1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Moon dan Biden Upayakan Perdamaian Semenanjung Korea

4 Februari 2021

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden sepakat meningkatkan strategi komprehensif menyangkut Korea Utara untuk mencapai denuklirisasi di Semenanjung Korea.

https://p.dw.com/p/3oqvU
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in
Bertempat di Gedung Biru Kepresidenan di Seoul, Korea Selatan pada hari Kamis (04/02), Presiden Moon Jae-in berbicara melalui telepon dengan Presiden AS Joe Biden. Moon mengatakan, dirinya dan Presiden Biden telah sepakat meningkatkan kerja sama untuk mencapai perdamaian di Semenanjung KoreaFoto: South Korea Presidential Blue House/AP/picture alliance

Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in dalam sambungan telepon pertama, sejak pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada 20 Januari lalu, mengusulkan upaya bersama untuk perdamaian dan denuklirisasi abadi semenanjung Korea.

Biden menegaskan penting bagi Washington dan Seoul untuk memiliki posisi yang sama untuk mencapai tujuan bersama, demikian dikutip dari pernyataan kantor kepresidenan Moon.

"Kedua pemimpin sepakat segera memetakan kebutuhan strategi komprehensif terkait Korea Utara, jika memungkinkan," kata juru bicara Moon, Kang Min-seok.

Gedung Putih mengungkapkan melalui sebuah pernyataan, Biden berbicara dengan Moon untuk "menekankan komitmennya memperkuat aliansi AS-Korsel, yang merupakan kunci utama perdamaian dan kemakmuran di Asia Timur Laut."

Beda kebijakan Biden dan Trump

Moon yang ingin melanjutkan diplomasi nuklir mengatakan pada bulan lalu, Biden dapat belajar dari keberhasilan dan kegagalan Trump dalam menangani Korea Utara. Meskipun dia  juga mengakui Biden kemungkinan akan mencoba pendekatan yang berbeda.

Biden menyebut pimpinan Korea Utara, Kim Jong Un sebagai "preman" dan mengkritik Trump karena mengupayakan pertemuan puncak dengan pemimpin Korea Utara itu, yang dibuat untuk kepentingan propaganda di televisi.

Para ahli mengatakan Biden kemungkinan tidak akan berbicara tatap muka dengan Kim , kecuali Korea Utara menunjukkan ketulusan mereka untuk menyingkirkan persenjataan nuklir.

Bulan lalu, Kim Jong Un mengatakan, nasib hubungan negaranya dengan AS tergantung pada apakah Washington akan meninggalkan "kebijakan bermusuhan." Kim menyebut serangkaian sistem senjata nuklir berteknologi tinggi yang sedang dikembangkan di Korut, merupakan upaya nyata meningkatkan tekanan pada AS.

Tujuan akhir: perdamaian di Semenanjung Korea

AS, yang menempatkan sekitar 28.500 tentaranya di Korea Selatan, secara rutin melakukan latihan militer dengan tentara Korsel. Sementara Korea Utara memandang latihan militer gabungan itu dan sanksi yang dijatuhkan AS sebagai bukti  politik permusuhan Washington.

Moon mencuitkan di akun Twitternya Kamis pagi (04/02), bahwa dia memiliki "percakapan yang hebat" dengan Biden. "Kami akan selalu berdiri bersama saat kami bekerja untuk perdamaian di Semenanjung Korea dan mengatasi tantangan global,” katanya.

Pihak Istana Kepresidenan Moon menyatakankan, para pemimpin berbagi pandangan bahwa kerjasama trilateral antara Seoul, Washington, dan Tokyo penting untuk perdamaian regional.

Sosok Intelektual di Balik Uji Nuklir Korea Utara

ha/as (AP)