1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Unjuk Rasa di Kopenhagen

14 Desember 2009

Berbagai kelompok masyarakat menggelar demonstrasi di Kopenhagen menuntut langkah konkrit menanggulangi pemanasan bumi. Inilah unjuk rasa terbesar seputar isu perubahan iklim.

https://p.dw.com/p/L25f
Foto: AP

Terutama harian-harian Jerman menyoroti aksi demonstrasi di Kopenhagen pada akhir minggu. Harian Süddeutsche Zeitung yang terbit di München menulis:

Penyelenggara memang mengharapkan banyak peserta yang akan berdemonstrasi di Kopenhagen. Mereka memperkirakan sekitar 20.000 atau mungkin 50.000 peserta. Ternyata yang muncul kemudian sekitar 100.000 orang. Belum pernah begitu banyak orang berdemonstrasi di ibukota Denmark. Mereka tidak berunjuk rasa menuntut upah lebih tinggi, menuntut peningkatan anggaran pendidikan atau menentang pemerintahan. Mereka berdemonstrasi untuk kebersamaan global. Ini bukan hanya protes menentang sikap berdiam diri para politisi. Ini adalah bukti munculnya sebuah gerakan global baru. Gerakan ini makin lama makin besar pengaruhnya. Kelompok masyarakat sipil sejak dulu memang memainkan peran penting dalam konferensi iklim PBB. Tapi berlum pernah gerakan ini sekuat di Kopenhagen, pada musim dingin 2009.

Harian die tageszeitung yang terbit di Berlin menyoroti pengerahan aparat keamanan sebagai berikut:

Ketika rincian operasi aparat keamanan di Kopenhagen mulai terungkap, banyak pihak sepakat, polisi sudah bereaksi terlalu berlebihan. Pada akhir minggu mereka sempat menahan sekitar 1200 orang. Padahal bisa dibilang tidak banyak yang terjadi. Seorang polisi dan seorang demonstran luka ringan. Tiga barisan jendela kaca hancur. Ketika polisi melakukan penangkapan, sebagian besar demonstran sudah meninggalkan pusat kota. Sejak beberapa bulan, polisi dan media berulangkali membahas kemungkinan terjadinya kerusuhan selama pertemuan puncak ini. Denmark yang dikenal cukup liberal kemudian mengeluarkan makin banyak undang-undang yang memperluas hak-hak polisi dan membatasi hak pengunjuk rasa.

Harian Tagesspiegel yang juga terbit di Berlin menulis:

Apakah perlindungan iklim dilihat sebagai peluang atau sebagai ancaman, kenyataannya sama saja: negara industri dan negara berkembang sama-sama akan tenggelam, jika di Kopenhagen tidak segera terjadi perubahan haluan. Tugas para kepala negara dan pemerintahan yang sedang berkumpul adalah, menyadari hal ini dan menggagas sasaran kebijakan iklim. Sasaran itu harus memungkinkan semua pihak ikut meredam pemanasan bumi dan tidak kehilangan muka. Namun untuk itu dibutuhkan kepemimpinan Eropa yang lebih kuat. Sampai masa paruh pertama di Kopenhagen, itu belum terlihat.

Harian Luksemburg Luxemburger Wort berkomentar:

Apakah pertemuan di Kopenhagen sukses atau tidak, tergantung dari sikap Amerika Serikat dan Cina. Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa memang bisa menuntut negara miskin, negara ambang industri dan Cina agar menyetujui target reduksi emisi gas rumah kaca. Tapi untuk itu, negara industri kaya harus membayar cukup banyak. Padahal situasi ekonomi mereka sendiri sedang sulit. Jadi mungkin saja di Kopenhagen akhirnya disetujui target reduksi emisi gas rumah kaca. Tapi untuk pembiayaannya tersedia lebih sedikit dana. Kesepakatannya juga tidak terlalu mengikat. Itu yang diharapkan Amerika Serikat dan Cina.

HP/ZER/dpa/afp