1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

070211 Filmnachwuchs Uni

15 Februari 2011

Anak-anak, antara 9 sampai 12 tahun, bisa belajar di Universitas Film Anak-anak, Potsdam, yang khusus didirikan untuk mereka.

https://p.dw.com/p/10HPD
Foto: DW/Nadine Wojcik

Semester baru di Sekolah Tinggi Film dan Televisi di Postdam, Berlin. Konrad, satu dari 80 mahasiswa cilik berusia antara 9 dan 12 tahun. Hari ini adalah kuliah pertama. Satu semester lamanya mereka akan belajar tentang kamera, menyunting gambar dan berakting. Tapi kuliah pertama mengupas tentang sejarah film. Membosankan untuk anak-anak? Tidak ternyata.

Beberapa anak menanggapi pelajaran yang mereka ikuti. "Menurut saya seru sekali bagaimana orang dulu membuat film," kata seorang gadis cilik. Anak lelaki di sebelahnya menimpali, "Saya nonton banyak sekali film dan orangtua saya selalu bilang, saya punya bakat akting. Saya juga senang melakukannya dan ingin tahu juga bagaimana cara membuat film." "Saya dan seorang teman membuat film saat liburan musim panas, kami pakai kamera lama," begitu kata seorang temannya yang lain. Hendrik , 12 tahun, termasuk yang tidak terkejut melihat sejarah awal film. Mulai dari gambar berputar dari kaca, zoetrope atau roda gambar bergerak, kemudian Laterna Magica yang merupakan model pertama proyektor, dan akhirnya kamera film pertama, yang harus diengkol.

Kinderfilmuni Konrad Wolf Potsdam
Foto: DW/Nadine Wojcik

Para mahasiswa kecil itu, bergantian mencobanya. Fakta-fakta kering tentang sejarah awal film menjadi lebih bisa mereka pahami. Enam kuliah yang harus mereka ikuti, semua berlangsung setiap hari Sabtu, jadi bukan saingan bagi pelajaran sekolah biasa. Di akhir semester, mereka akan menerima ijazah dari Universitas Film Anak-anak.

"Anak-anak sekarang semakin dini berkenalan dengan film. Mereka juga bisa membuat film pendek dengan telepon genggam atau kamera digital. Dan selama ada kebutuhan untuk tahu, bagaimana cara membuat film yang sesungguhnya, dan punya banyak ide, mengapa kita tidak menyenangkan anak-anak ini dengan ilmu sekolah tinggi," kata Claudia Wegener, dosen di HFF, Sekolah Tinggi Film dan Televisi di Potsdam. Ia salah satu pendiri Universitas Film untuk anak-anak, satu-satunya di dunia, yang didirikan empat tahun silam. Tidak ada seleksi, anak-anak cukup mendaftarkan diri. Namun tempat terbatas, hanya 80 kursi.

Christina Handke dari Musium film Potsdam termasuk satu dari 17 dosen di Universitas Film Anak-Anak. Ia jelaskan, "Anak-anak kan polos, terlihat dari pertanyaan mereka. Entah tentang sejarah film atau tentang produksi film, aktris atau cara memperbanyak film. Ya, hal-hal yang orangtua mereka juga berpikir, 'oh iya, saya juga tidak tahu'. Dan anak-anak itu mencari tahu, mereka mengamati dengan cermat, pendapat mereka mengejutkan dan buat saya betul-betul menarik karena menimbulkan rangsangan positif, juga untuk saya."

Para mahasiwa cilik itu betul-betul ingin tahu. Mereka tak segan bertanya di sela-sela penjelasan dosen. Di penghujung kuliah pertama tentang sejarah film, mereka menyaksikan gambar-gambar bergerak yang pertama. Film bisu, yang dalam kesempatan itu diiringi langsung dengan musik dari orgel: suasana pasar, perjalanan kereta api yang eksotis dan aksi pemain akrobat Perancis.

"Saya paling suka waktu pemutaran film. Film-film tua yang menurut saya lucu, karena saya nggak kenal sama sekali dengan film-film itu. Tapi entah bagaimana gambar-gambarnya seperti sudah saya kenal, sedikit tapi ya kenal, tahu," seorang anak lelaki bertutur.

Penutup studi singkat di Universitas Film Anak-anak itu adalah membuat film sendiri. Untuk mengerjakannya, anak-anak itu berkenalan dengan para mahasiswa dewasa di Sekolah Tinggi Film dan Televisi Postdam yang akan membantu syuting mereka.

Nadine Wojcik/Renata Permadi
Editor: Koesoemawiria