1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Universitas Köln

Anett Keller24 Agustus 2006

Lebih 50 tahun sudah Universitas Köln berurusan dengan Indonesia. Bidang studi Ilmu Bahasa Melayu atau Filologi Indonesia diselenggarakan di perguruan tinggi tersebut.

https://p.dw.com/p/CPUt
Kota yang terkenal dengan 'Kölner Dom' nya, penghasil ahli bahasa dan budaya Indoneisa di Jerman
Kota yang terkenal dengan 'Kölner Dom' nya, penghasil ahli bahasa dan budaya Indoneisa di JermanFoto: AP

Beberapa ahli bahasa dan budaya Indonesia terkenal di Jerman menempuh studi di Universitas Köln. Saat ini mereka telah menjadi tenaga pengajar untuk bidang studi itu. Bidang studi Bahasa Melayu atau Filologi Indonesia Universitas Köln patut berterima kasih pada Irene Hilgers-Hesse. Dirinyalah yang pertama kali di tahun 1953 mengajarkan bahasa Melayu di Köln.

Hilgers-Hesse kemudian menjadi pendiri bidang studi Bahasa Melayu di Universitas Köln dan pelopor hubungan Indonesia-Jerman. Pada tahun 1950 Hilgers-Hesse membentuk "Deutsche-Indonesische Gesellschaft“ atau Perhimpunan Jerman-Indonesia dan menjadi ketuanya selama 40 tahun. Kamus Bahasa Jerman-Indonesia pertama juga ditulis Helgers-Hesse di tahun 1962, bersamaan dengan pembentukan bidang studi Bahasa Melayu di Universitas Köln.

Mempelajari Islam

Di Universitas Köln, bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia memiliki cabang konsentrasi "Filologi Indonesia – dengan titik berat pengaruh budaya Islam“. Menurut Profesor Wieringa, kepala bidang studi bahasa dan sastra Indonesia saat ini, pengaruh agama dalam sastra di Nusantara sangat kuat. Di Indonesia dan Malaysia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, agama merupakan inspirasi utama sastra.

Beberapa mata kuliah dalam bidang studi bahasa dan sastra Indonesia menjelaskan cakupan agama Islam dalam sastra. Seperti misalnya seminar “Islam dan Dunia Barat Abad 19 dan 20”. Mahasiswa bidang studi Indonesia juga diajarkan pengetahuan utama mengenai studi sejarah yang terpengaruh Islam tradisional.

Perkuliahan studi bahasa Melayu tak hanya berkaitan dengan sejarah. Dalam kurikulumnya, bidang studi ini juga memiliki beberapa titik berat. Profesor Wieringa menyebutkan apa saja yang dikerjakan peneliti bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Köln:

Edwin Wieringa: "Semester yang lalu kami menggarap buku Mochtar Lubis, novelnya yang cukup terkenal yang berjudul „Harimau! Harimau!“. Dan pernah saya juga memberi kuliah tentang sastra Malaysia, umpamanya satu novel dari Shakhnun Achmad dan juga novel dari Zainul Tahrani. Jadi saya selalu mencoba memberi kuliah tentang sastra Indonesia mutakhir juga."

Leluasa Memilih Bidang Studi

Banyaknya cabang konsentrasi yang ditawarkan dalam bidang studi ini membuat para mahasiswa Studi Indonesia leluasa memilih bidang yang diminatinya. Mahasiswa etnologi, linguistik, ilmu agama Islam atau ilmu sosial di Universitas Köln memilih bidang studi bahasa dan sastra Indonesia sebagai salah satu bidang studi pilihan dan mengambil spesialisasi lingkup budaya Melayu-Indonesia. Banyak juga mahasiswa bidang studi geografi atau ilmu ekonomi yang mengambil bidang pilihan bahasa dan sastra Melayu. Tak kurang dari 100 mahasiswa yang terdaftar dalam bidang studi ini.

Memang jumlah itu terlihat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah mahasiswa bidang studi lain. Namun jumlah yang sedikit malah memberikan suasana akrab bagi para mahasiswanya. Joachim Niess, mahasiswa semester sepuluh studi bahasa Melayu ini bercerita para mahasiswa jurusan sastra Melayu sangat menghargai suasana keakraban. Joachim yang juga aktif dalam senat mahasiswa jurusan sastra Melayu ini bercerita, rekan sejurusannya lebih senang membuat acara diskusi dan pertemuan ketimbang belajar sendiri di kamar masing-masing:

Joachim Niess: "Kami melakukuan pesta untuk semua mahasiswa dan sekali-sekali kami melakukan malam ceramah. Semester yang lalu ada satu ceramah tentang Aceh dan satu tentang sastra perempuan dan Islam di Indonesia. Dan semester yang lalu kami juga melakukan perjalanan ke pasar malam besar di Den Haag, yang adalah festival Asia yang terbesar di Eropa."

Kesulitan Lapangan Kerja

Selain kuliah sastra Melayu, Joachim juga mempelajari sastra Jerman. Dia belum tahu apa yang akan dikerjakannya setelah lulus nanti. Banyak mahasiswa yang tertarik mempelajari studi wilayah Asia Tenggara atau sejarah dan sastra wilayah ini, namun tak ada lapangan pekerjaan khusus di bidang sastra Melayu. Jadinya para lulusan bidang studi itu bekerja di berbagai ranah kerja. Misalnya menjadi guru Bahasa Jerman untuk DAAD atau bekerja di organisasi bantuan pembangunan Jerman untuk wilayah Asia.

Penelitian Sastra Melayu

Joachim Niess juga bekerja membantu penelitian Profesor Wieringa. Dia tertarik pada sastra klasik dan tengah menulis skripsi tentang itu. Joachim sangat penasaran pada hubungan paralel antar sastra fantastis. Menurutnya, banyak karya sastra zaman dulu yang hingga kini belum sempat diteliti. Sejak zaman kolonial, naskah-naskah kuno itu masih tersimpan di berbagai perpustakaan di Eropa. Joachim sangat ingin menjadi orang pertama yang menerjemahkan dan menginterpretasikan naskah-naskah kuno tersebut:

Joachim Niess: " Di sastra Melayu klasik itu ada banyak sekali teks, syair, hikayat dan lainnya, yang belum diteliti. Saya juga mempelajari sastra Jerman. Di jurusan itu, untuk semua buku, misalnya oleh penulis Johann Wolfgang von Goethe ada ratusan penelitian. Karena itu tidak ada masih banyak yang bisa ditemukan."

Para ahli filologi Indonesia selalu mendapatkan pandangan baru mengenai karya sastra masa lalu dan juga karya literatur modern Indonesia dan Malaysia. Fenomena bertambahnya penulis perempuan juga diteliti Profesor Wieringa. Kini Wieringa dan seorang rekannya tengah menulis antologi literatur Indonesia:

Edwin Wieringa: "Saya sedang menulis satu Antologi yaitu bunga rampai tentang sastra Indonesia modern, fokusnya yaitu sastra wangi, sastra perempuan yang sekarang sangat populer di Indonesia."

Perubahan Sistem Pendidikan

Kegiatan intensif dengan bahasa dan sastra Indonesia-Malaysia ini di masa depan tidak akan dapat dilakukan lagi oleh para mahasiswa di Universitas Köln. Seperti halnya universitas lain di Jerman, sistem pendidikan di Universitas Köln akan menganut sistem internasional, dengan gelar lulusan Bachelor dan Master. Di semester musim dingin tahun depan, gelar lulusan Magister tidak akan lagi diberikan.

Walau pun begitu, kesempatan untuk belajar bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Köln masih ada. Jurusan Filologi Indonesia akan berada di bawah bidang studi "Bahasa dan Budaya Dunia Islam“. Di dalam bidang studi itu, sastra Arab dan Iran akan dipelajari, selain Filologi Indonesia. Sastra Indonesia masih dapat dipelajari dengan mengambil konsentrasi studi wilayah Indonesia-Malaysia di Universitas Köln.