1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Universitas Humboldt Berlin

Anett Keller28 Agustus 2006

Di Universitas Humboldt Berlin, penelitian tentang Indonesia sudah menjadi tradisi sejak abad ke 19. Tetapi jurusan "Indonesistik“, Studi Wilayah Indonesia, belum terlalu tua.

https://p.dw.com/p/CPUq
Studi Wilayah Indonesia di Uni Humboldt dimulai pada masa pemerintahan Jerman Timur
Studi Wilayah Indonesia di Uni Humboldt dimulai pada masa pemerintahan Jerman TimurFoto: dpa zb

Jurusan ini berdiri sejak tahun 1960an. Kampus Universitas Humboldt terletak di bagian Berlin yang dulunya merupakan bagian dari Jerman Timur. Tentunya jurusan ini sudah mengalami perubahan dari masa Jerman Timur dahulu.

Berlin bukan hanya ibukota Jerman yang dulunya terbagi dua, tetapi juga menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dan seni Jerman selama berabad-abad. Jadi jangan terkejut jika penelitian ilmu wilayah Indonesia sudah lama mendapat perhatian besar di Berlin.

Dua nama yang memiliki andil besar adalah Wilhelm von Humboldt dan Adolf Bastian. Nama Universitas Humboldt diambil dari nama pendiri universitas ini, Wilhelm von Humboldt. Dia mendirikan bidang studi "Ilmu-ilmu Bahasa“ dan menitikberatkan pada bahasa-bahasa dari Asia Tenggara. Karyanya tentang "Bahasa Kawi di Pulau Jawa“ menjadi panduan dasar bagi penelitian bahasa di daerah tersebut, karena dari karyanya tersebut, diklasifikasikannya untuk pertama kali Bahasa Melayu dan Bahasa Polinesia.

James Richardson Logan mengusulkan nama Indonesia pertama kalinya pada pertengahan abad ke 19 untuk serangkaian kepulauan yang kini memiliki nama yang sama. Tetapi baru pada tahun 1884, Adolf Bastian menerbitkan buku etnologi yang berjudul „Indonesia atau Kepulauan Melayu“ dan membuat nama Indonesia terkenal diantara para ahli etnologi. Sebagai profesor di universitas Berlin, dia menemukan cara meneliti wilayah Indonesia yang saat ini ditekuni oleh Profesor Wessel, dosen ilmu Asia Tengara Modern di Universitas Hombolt, dan rekan-rekan kerjanya.

Kuliah ilmu wilayah Indonesia menjadi titik berat dalam seminar ilmu wilayah Asia Tenggara. Jurusan ini berada di bawah naungan Institut Untuk Asia dan Afrika. Sejak tahun 1960an jurusan ilmu wilayah Indonesia berdiri menjadi jurusan resmi di Universitas Humboldt. Wessel bekerja sebagai Profesor di Universitas Humboldt pada tahun 1988, ketika universitas tersebut masih menjadi milik Jerman Timu.

Masa itu sangat dipengaruhi oleh perang dingin. Ideologi antara negara sosialisasi dan kapitalis pun berbeda, juga penelitian tentang Indonesia. Wessel dapat merasakan perbedaan tersebut ketika ia masih berkuliah di Moskow. Di tahun 1960an, Wessel berencana untuk pergi ke Indonesia. Tetapi sesudah peristiwa G 30 S PKI di Indonesia kunjungan sebagai mahasiswa dari negara sosialis tidak mungkin lagi dilakukan. Tanpa keberangkatan, penelitian seperti berenang di kolam surut, ujar profesor berusia 64 tahun ini.

Ingrid Wessel: "Persyaratan untuk belajar dan membuat penyelidikan di RDD (Republik Demokrasi Jerman) agak sulit karena tak ada kontak langsung dengan negeri dan rakyat Indonesia. Dan karena perpustakaan Barat sering dapat dipakai hanya dengan pinjaman jarak jauh dari negeri Barat."

Di Jerman Timur grup ilmuwan wilayah Indonesia sangat kecil. Hal itu disebabkan oleh ketidakadaan hubungan politik dan perekonomian antara kedua negara. Pekerjaan para ahli wil