1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Universitas Hamburg

Anett Keller28 Agustus 2006

Universitas Hamburg merupakan salah satu perguruan tinggi yang telah lama menyelenggarakan studi kajian wilayah Asia Tenggara di Jerman.

https://p.dw.com/p/CPUp
Hamburg sebagai kota pelabuhan melihat pentingnya bahasa asing bagi perdagangan
Hamburg sebagai kota pelabuhan melihat pentingnya bahasa asing bagi perdaganganFoto: dpa - Bildfunk

Lebih dari 80 tahun di Universitas Hamburg bahasa Melayu dan bahasa Jawa diajarkan. Hingga kini bidang studi Austronesistik di Institut Asia Afrika Universitas Hamburg merupakan salah satu pusat pengajaran dan penelitian Indonesia yang terpenting di Jerman.

Bisa dibilang hampir tak ada universitas lain di Jerman yang telah begitu lama mempelajari Asia Tenggara seperti Universitas Hamburg. Tak heran, Hamburg adalah kota pelabuhan dan perdagangan. Sejak akhir abad ke-19 Hamburg sudah berhubungan dengan seluruh dunia, juga dari segi akademis.

Awal Mulanya

Jauh sebelum Universitas Hamburg didirikan, institusi seperti kebun raya, museum, dan galeri sering mengadakan kuliah umum. Kerjasama intensif dengan Asia Tenggara dimulai hampir seabad lalu oleh Museum Etnologi. Ketika itu mereka mengadakan ekspedisi ke daerah Pasifik Selatan. Pada tahun 1912, Bidang Kajian Hindia Belanda pertama kali diselenggarakan dan saat itulah bahasa dan sastra Indonesia diajarkan.

Pada tahun 1919 didirikanlah Universitas Hamburg. Setahun kemudian pengajaran bahasa Melayu diadakan di sana. Di tahun 1920an terdapat sedemikian banyak bahasa lokal Austronesia yang diajarkan seperti Bahasa Jawa, Dayak Ngaju, Minangkabau, Batak Toba dan bahasa Lampung. Diperlukan hampir 10 tahun hingga akhirnya Bidang Kajian Austronesistik didirikan.

Peran Bahasa Indonesia dalam Perdagangan

Indonesia sejak awal menyumbang hal penting dalam penelitian dan pengajaran studi Asia Tenggara di Universitas Hamburg. Salah satu sebabnya adalah bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia. Alasan lainnya karena Hamburg memiliki kontak perdagangan dengan Asia Tenggara. Seperti yang dijelaskan Profesor Rainer Carle, pimpinan jurusan Austronesistik Universitas Hamburg:

Rainer Carle: "Masa dulu waktu lembaga kita didirikan Hamburg sebagai tempat perdagangan yang kuat ada minat berdagang juga ke Asia Tenggara. Dan tentu Indonesia main peran dalam hal itu. Ada perusahaan-perusahaan dari Hamburg yang punya perwakilan di sana sehingga minat tumbuh untuk mempelajari Indonesia, mempelejari bahasa. Dan mereka bersedia untuk mendirikan satu institut yang memperhatikan hal itu."

Memepelajari Budaya

Selain mempelajari bahasa, mahasiswa jurusan Austronesistik Universitas Hamburg wajib mempelajari budaya dan sastra Austronesia. Menurut Profesor Carle, yang terpenting adalah mendalami dan terlibat langsung di wilayah dan budaya yang diteliti. Dia menganjurkan mahasiswanya untuk terjun langsung ke masyarakat lokal dan mempelajari budaya mereka, tidak hanya belajar dari buku. Makanya selain bahasa Indonesia, bahasa lokal lain juga diwajibkan untuk dipelajari. Saat ini bahasa Jawa dan Jawa kuno, Batak Toba, dan Manggarai tercatat menjadi mata kuliah di jurusan ini.

Program Beasiswa

Satu dukungan Indonesia yang amat dihargai Profesor Carle adalah beasiswa Darmasiswa. Beasiswa ini diberikan pemerintah Indonesia kepada mahasiswa asing selama satu tahun untuk belajar di universitas di Indonesia. Mahasiswa tamu dapat mengikuti kursus bahasa Indonesia secara intensif, mengikuti kuliah, dan belajar budaya Indonesia dengan bergaul dengan mahasiswa lokal. Universitas Hamburg berencana untuk mengadakan program pertukaran mahasiswa dengan universitas mitra di Indonesia, agar lebih banyak lagi mahasiswa Jerman yang merasakan kuliah di Indonesia.

Menurut Profesor Carle, mahasiswa dari Jerman dapat mempelajari budaya lokal dan membantu masyarakat desa mengatasi masalah lokal. Sebaliknya, mahasiswa Universitas Sam Ratulangi dari Manado dapat mengikuti program Austronesistik di Hamburg. Mereka bukanlah tamu pertama yang datang dari Indonesia. Saat ini ada lima dari 70 mahasiswa Austronesistik di Hamburg yang berasal dari Indonesia.

Pilihan Studi

Mahasiswa sastra Austronesistik di Hamburg dapat menikmati fasilitas perpustakaan terlengkap di Jerman yang disediakan universitas mereka. Di perpustakaan itu terdapat sekitar 25 ribu judul koleksi, beberapa di antaranya karya antik langka dalam bahasa-bahasa Austronesia. Sejumlah koleksi karya sastra dari Asia Tenggara juga dimiliki perpustakaan ini.

Saat ini sekitar 70 mahasiswa Universitas Hamburg mengambil bidang studi utama ilmu Austronesistik. Jumlah mahasiswa yang sama mengambil bidang studi ini sebagai bidang studi pilihan kedua. Banyak mahasiswa yang mengambil kombinasi bidang studi Austronesistik dengan ekonomi supaya nantinya dapat bekerja di perusahaan. Sementara yang lain mengambil ilmu humaniora dan kemudian bekerja sebagai peneliti.