1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Tingkatkan Investasi di Indonesia

Hendra Pasuhuk20 November 2014

Ketua Dewan Uni Eropa Herman van Rompuy bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Jakarta. Uni Eropa berjanji akan mendukung agenda reformasi pemerintahan Jokowi.

https://p.dw.com/p/1DqL9
Foto: picture-alliance/dpa

Uni Eropa antara lain menyiapkan paket investasi senilai seluruhnya 300 miliar Euro untuk tiga tahun mendatang, atau senilai 4.500 triliun Rupiah.

Hal itu disampaikan Ketua Dewan Uni Eropa Herman van Rompuy usai bertemu dengan Presiden Jokowi di Kantor Kepresidenan hari Rabu (19/11/14). Herman van Rompuy mengatakan, adanya pemerintahan baru di Indonesia membuka dinamika baru untuk kerjasama yang saling menguntungkan.

Dalam pertemuan itu dibahas tentang Perjanjian Kerjasama dan Kemitraan Uni Eropa dan Indonesia, yang akan mulai berlaku tanggal 1 Mei 2015.

"Ini adalah perjanjian pertama antara Uni Eropa dengan sebuah negara ASEAN," tegas Van Rompuy. Indonesia dan Uni Eropa juga sepakat mengatasi masalah penebangan kayu ilegal dan membahas bagaimana meningkatkan peluang pasar di Eropa untuk produk-produk berbasis kayu dari Indonesia.

Pasar ekspor terbesar

Selain bertemu dengan Jokowi, Herman van Rompuy berada di Indonesia untuk membuka acara "Dialog Bisnis Indonesia-Eropa ke-5" di Hotel Shangri-La, Jakarta.

Dalam pidato sambutannya Van Rompuy memaparkan, Uni Eropa yang terdiri dari 28 negara adalah pasar ekspor terbesar bagi Indonesia. Secara keseluruhan, Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar ketiga, dan investor asing kedua terbesar di Indonesia.

"Tapi masih ada potensi yang belum dimanfaatkan," kata Van Rompuy. Dengan Perjanjian Kemitraan, terbuka kemungkinan meningkatkan perdagangan dan investasi.

"Hubungan dagang Uni Eropa dan Indonesia sudah sehat, tapi masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara seperti Singapura, Malaysia dan Thailand," tuturnya. Padahal Indonesia adalah ekonomi terbesar di ASEAN, yang mewakili 40 persen PDB dan penduduk di ASEAN.

"Kita pasti bisa lebih baik," tandas Van Rompuy.

Saling menguntungkan

Van Rompuy mengatakan, Asia akan menjadi kawasan ekonomi utama dunia dalam 20 tahun mendatang. Lebih dari 60 persen pertumbuhan ekonomi dunia akan terjadi di Asia. Jadi tidak heran, kalau Uni Eropa ingin menjalin hubungan yang lebih dalam dan saling menguntungkan.

"Eropa perlu Asia. Pertumbuhan ekonomi di Asia akan menjadi motor perekonomian global. Banyak negara, seperti Indonesia, terus bertumbuh secara mengesankan. Pada saat yang sama, Asia perlu Eropa, yang dengan inovasi dan kemampuan teknologinya, menjadi pasar terbesar dan terkaya di dunia, (Eropa) adalah investor terbesar di Asia," kata Van Rompuy.

Kepada Jokowi ia menyampaikan: "Bapak Presiden, Anda bisa mengandalkan persahabatan dan kerjasama Uni Eropa dalam menjalankan agenda reformasi Anda bagi negara yang dinamis ini."

Kepada Herman van Rompuy, Presiden Jokowi meminta agar Uni Eropa membahas lagi berbagai kesulitan dan hambatan produk minyak kelapa sawit Indonesia menembus pasar Eropa. Indonesia adalah salah satu pemasok minyak kelapa sawit terbesar ke Eropa.

hp/yf (dpa, eu)