1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Bingung Hadapi Krisis Pengungsi

18 Desember 2015

Para pemimpin Uni Eropa minta proses berjalan lebih cepat dalam hadapi krisis migrasi. Kesabaran semakin menipis dan Austria bahkan ancam sangsi keuangan bagi negara-negara yang tidak kooperatif dalam masalah pengungsi.

https://p.dw.com/p/1HPZ1
EU-Gipfel zu Flüchtlingen und Brexit
Foto: dpa/Denis Closon

Hal tersebut mereka cetuskan dalam konferensi tentang migrasi yang berjalan sejak kemarin di Brussel. "Implementasi sangat kurang dan harus dipercepat," demikian dikatakan dalam pernyataan bersama 28 pemimpin negara. Mereka memperingatkan juga, bahwa integritas blok Schengen ikut terancam. "Semua elemen strategi imigrasi ada, tetapi ada defisit soal pelaksanaannya," demikian dikatakan Donald Tusk yang sekarang menjabat Presiden Dewan Eropa.

Para politisi yang berkumpul juga menyatakan kelemahan dalam penanganan batas-batas luar Uni Eropa harus ditangani. Para imigran yang datang karena mencari peluang ekonomi lebih baik, dan bukan karena hidupnya terancam harus segera dipulangkan. "Sekarang semua orang setuju, bahwa mereka akan melaksanakannya secepat mungkin," kata Presiden Perancis Francois Hollande. Dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, untuk menyelesaikan banyak masalah, Eropa perlu 10 tahun. Sedangkan masalah imigran baru dihadapi Eropa dalam empat atau lima bulan terakhir.

Uni Eropa sudah menyetujui serangkaian langkah untuk mengatasi masalah migrasi, yang antara lain melibatkan masalah penyeberangan Laut Tengah oleh 1 juta imigran dan pencari suaka. Tapi implementasi berjalan lambat, dan negara-negara Eropa Tengah serta Timur jelas tidak bersedia menerima imigran. Sejauh ini hanya 232 pencari suaka direlokasi dari Yunani dan Italia ke negara-negara Uni Eropa lain.

"Mengaku Eropa hanya jika menguntungkan"

Kanselir Rusia Werner Faymann menyatakan Kamis, mereka akan mulai memperhitungkan konsekuensi berbentuk sangsi uang bagi negara-negara Uni Eropa yang tidak kooperatif dalam upaya pembagian 160.000 pencari suaka secara merata di seluruh Uni Eropa. Austria termasuk negara yang paling banyak memikul beban kenaikan besar-besaran jumlah imigran.

Anggota Uni Eropa yang menolak untuk menerima pengungsi membuat beban para pembayar pajak, misalnya Austria, semakin berat. Demikian dikatakannya kepada harian Jerman Die Welt. Ia mengecam negara-negara tersebut dengan mengatakan mereka hanya menyebut diri anggota Eropa jika menguntungkan, dan menolak Eropa jika merugikan.

Namun demikian, pemimpin fraksi tengah kanan di Parlemen Eropa, yaitu politisi Jerman Manfred Weber mengkritik sikap Austria. Menurutnya, ancaman tidak akan memberi solusi, malah akan menciptakan masalah baru.

Turki akan minta visa dari warga Suriah

Sementara itu Turki menyatakan akan mulai menjalankan politik visa bagi warga Suriah yang berusaha memasuki negara itu. Demikian dikatakan pemerintah Turki Kamis. Sementara penengah terus mengupayakan kompromi antara pemerintah Turki dan Uni Eropa untuk mengurangi laju masuknya pengungsi.

The hope for a new home

Sejumlah besar pengungsi Suriah yang awalnya lari ke Turki, melanjutkan perjalanannya ke Jerman. Sebagian meninggalkan keluarga mereka di Turki, dan berharap akan bisa mendatangkan mereka jika sudah menemukan tempat tinggal yang aman. Menurut jajak pendapat yang diadakan inisiatif Suriah-Jerman, "Adopt a Revolution" Oktober lalu, 889 pengungsi Suriah di Jerman yang ditanyai pendapatnya menyatakan tidak berniat tinggal lama di Jerman. Tetapi mereka tidak ingin kembali ke Suriah yang masih di bawah kekuasaan Bashar al Assad, demikian keterangan Elias Perabo dari inisiatif itu.

ml/as (twitter, ap, dpa, Focus online)