1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

UE Tarik Neraca dari KTT Kopenhagen

22 Desember 2009

Sabtu, (19/12) delegasi dari 193 negara mengakhiri KTT tanpa mencapai hasil yang diinginkan. Kini hanya negara-negara Eropalah yang memiliki tujuan kongkrit dan mengikat untuk mengurangi emisi CO2.

https://p.dw.com/p/LB2r
Bendera Eropa

Kecewa. Itulah yang mewarnai perasaan wakil negara-negara Eropa setelah KTT iklim di Kopenhagen berakhir Sabtu lalu (19/12). Sebenarnya Uni Eropa ingin hasil lebih banyak dari Kopenhagen. Memang dalam pernyataan penutup tertulis bahwa suhu Bumi tidak boleh bertambah lebih dari 2°C. Tetapi tidak ada perincian, berapa sumbangan yang harus diberikan oleh setiap negara, supaya tujuan itu tercapai.

Perdana Menteri Swedia Frederik Reinfeldt yang mewakili Uni Eropa di Kopenhagen membenarkan kekecewaan banyak pihak. Ia mengatakan, "Sejujurnya, ini memang bukan kesepakatan yang sempurna. Ini tidak akan menyelesaikan masalah ancaman terhadap iklim. Kita dulu mengatakan akan berusaha mencapai kesepakatan yang sedekat mungkin dengan target 2°C. Ini tidak akan tercapai dengan dasar kesepakatan yang ada sekarang."

Sementara Ketua Komisi Eropa José Manuel Barroso terutama melontarkan kritik karena tidak ada kewajiban mengikat bagi satu negarapun untuk mengurangi emisi gas rumah kacanya. Namun demikian kesepakatan itu sudah menjadi langkah awal, demikian Barroso. Ia menambahkan, jika negara-negera Eropa tidak mengajukan tuntutan, hasil KTT akan lebih sedikit lagi.

Eropa Tetap Memimpin

UN Klimagipfel in Kopenhagen
Norbert Röttgen di Kopenhagen (15/12)Foto: picture-alliance/ dpa

Uni Eropa merasa tetap berada di posisi pimpinan dalam hal perlindungan iklim, walaupun KTT Kopenhagen bisa dibilang gagal. Hingga 2020 negara-negara Eropa akan mengurangi emisi CO2nya sebanyak 20%, dibanding jumlah tahun 1990. Jika AS, Cina dan India ikut menetapkan tujuan kongkrit, Eropa bahkan bersedia mengurangi emisi sebanyak 30%. Tetapi negara-negara tersebut sama sekali tidak menunjukkan kesediaan mereka.

Demikian dikatakan Menteri Lingkungan Hidup Jerman Norbert Röttgen. Ia menambahkan, "Eropalah yang mendorong dan memimpin. AS datang terlambat. Dan blokade AS hingga akhir konferensi, juga penolakan negara-negara lain untuk memikul tanggung jawab akhirnya juga diikuti Cina."

Perundingan Selanjutnya

Jose Manuel Barroso
Ketua Komisi Eropa José Manuel BarrosoFoto: AP

Bersama menteri lingkungan hidup dari negara-negara Eropa lainnya Röttgen akan mendiskusikan dimulainya kembali perundingan tentang iklim. Untuk itu Kanselir Angela Merkel telah mengundang sejumlah negara untuk mengadakan pembicaraan awal di Bonn enam bulan mendatang. Akhir tahun depan semua negara di dunia akan kembali dapat bergelut untuk menghasilkan kesepakatan iklim baru.

Walaupun kekecewaan besar, harapan juga ada. Setidaknya dunia untuk pertama kalinya telah bersama-sama berusaha merumuskan kesepakatan iklim. Dari kegagalan itu juga ada pelajaran yang dapat ditarik, demikian dikatakan Barroso seraya menekankan, bahwa fase baru perundingan kini dimulai.

Sementara itu berbagai organisasi perlindungan lingkungan melontarkan kritik. Untuk menjadi pemimpin dalam upaya perlindungan iklim, langkah Eropa masih kurang. Menurut aktivis lingkungan, Uni Eropa harus melakukan lebih banyak daripada sekedar memberikan janji akan mengurangi emisi CO2 sebanyak 20%. Sedangkan Uni Eropa kembali menepis kritik dengan argumentasi, tidak ada daerah lain di Bumi yang mewajibkan diri untuk mengurangi emisi sebanyak itu selain Eropa.

Wolfgang Landmesser / Marjory Linardy

Editor: Edith Koesoemawiria