1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

UE Kecam Pembunuhan Pimpinan Oposisi Suriah

8 Oktober 2011

Sedikitnya 5 orang tewas saat militer Suriah menembaki ribuan peziarah dalam pemakaman pimpinan oposisi Kurdi di Qamishly. Mashaal Tammo tewas di rumahnya di tangan sekelompok bersenjata yang mengenakan penutup muka.

https://p.dw.com/p/12oOE
Catherine Ashton mengecam represi di Suriah
Catherine Ashton mengecam represi di SuriahFoto: picture-alliance/dpa
Uni Eropa mengecam pembunuhan Mashaal Tammo. Ketua urusan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengatakan, "Kekejian semacam ini semakin membuat Uni Eropa khawatir mengenai situasi di Suriah. Semua yang bertanggung jawab atas pembunuhan Tammo harus diadili." Pernyataan keras juga datang dari menteri luar negeri Jerman, Guido Westerwelle, yang menyebut Tammo sebagai korban kekejaman rezim Presiden Bashar al-Assad.

Tammo selama ini terkenal vokal menentang kekuasaan Assad dan menyuarakan pembaharuan di Suriah. Organisasi hak asasi manusia Suriah yang berbasis di London menyatakan, "Pemakaman pemimpin Kurdi, Mashaal Tammo, dihadiri lebih dari 50 ribu pengunjuk rasa yang menyerukan kejatuhan rezim." Sebuah video yang diunggah oposisi Suriah memperlihatkan para peziarah menangis dan berteriak saat mengiringi peti mati Tammo.

Jeritan kaum minoritas

Tammo yang tewas di usia 53 tahun dalam beberapa bulan terakhir membantu pengunjuk rasa anti-pemerintah di Qamishly. Ia juga salah satu anggota dewan eksekutif yang baru dibentuk, Dewan Nasional Suriah. Para anggota lainnya saat ini tengah berada di Mesir untuk menggalang dukungan. Pihak oposisi menuding pemerintahan Assad berada di balik pembunuhan Tammo. Putra Tammo juga terluka berat akibat serangan yang dilancarkan empat lelaki yang datang ke rumah Tammo menggunakan sebuah mobil berwarna hitam.

Kaum Kurdi adalah kaum etnis minoritas terbesar di Suriah. Mereka telah lama mengeluhkan diskriminasi yang dilancarkan rezim Assad. Pembunuhan Tammo dan kondisi Suriah dalam beberapa minggu terakhir meningkatkan kekhawatiran mengenai ancaman perang saudara. Pekan lalu, seorang putra dari ulama Muslim Sunni dibunuh sekelompok bersenjata di depan Universitas Aleppo. Menurut perkiraan PBB, jumlah korban tewas sejak Maret lalu di Suriah telah mencapai 2900 orang, 187 diantaranya adalah anak-anak.

Kekerasan membabi buta

Hari Sabtu (8/10), sekelompok bersenjata dilaporkan menembaki kantor perusahaan minyak Rusia di Homs. Insiden tersebut mengundang amarah pemerintah Rusia yang menuntut pengetatan keamanan dari kedutaan besar mereka di Damaskus. Rusia beserta Cina baru-baru ini memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk kekerasan rezim Assad.

Polisi Inggris menangkap tujuh orang pengunjuk rasa di luar kedutaan besar Suriah di London. Termasuk tiga diantaranya yang memanjat ke atap gedung kedutaan dan mengibarkan bendera Kurdi. Unjuk rasa di London diikuti sekitar 60 orang. Sementara di kedutaan besar Suriah di Wina, sebelas orang ditangkap setelah menerobos masuk dan berunjuk rasa di balkon gedung kedutaan. Laporan menyebutkan sekitar 20 orang menerobos masuk saat puluhan lainnya menyoraki dari jalanan.

dpa/afp/Carissa Paramita

Editor: Vidi Legowo-Zipperer