1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Turun Peringkat, Italia Kecam S&P

20 September 2011

Pemerintahan PM Silvio Berlusconi mengkritik penurunan peringkat kredit Italia oleh Standard & Poor's sebagai bermotivasi politik. Klaim yang langsung ditampik lembaga pemeringkat kredit yang bermarkas di AS tersebut.

https://p.dw.com/p/12dCC
Ilustrasi koin 1 Euro
Ilustrasi koin 1 EuroFoto: picture alliance/dpa

"Penilaian Standard & Poor's tampaknya lebih didikte komentar surat kabar ketimbang kenyataan. Selain itu tampak terpengaruh pertimbangan politik," kecam Berlusconi. Juru bicara S&P's langsung mengeluarkan pernyataan yang membela penurunan peringkat kredit Italia, "Peringkat kami apolitis. Kami memberikan sebuah pandangan independen kepada kaum investor mengenai resiko politik dan inisiatif kebijakan yang mungkin berdampak pada peringkat kredit di masa depan. Kami tidak menyarankan kebijakan seperti apa yang seharusnya atau tidak seharusnya diambil pemerintah."

S&P's menurunkan satu level peringkat kredit Italia hari Senin (19/9) malam, dari A+ menjadi A. Level tersebut dapat kembali mengalami penurunan, karena gambaran pasar terhadap Italia saat ini masih negatif. S&P's menilai penurunan peringkat kredit yang mereka berikan bagi Italia mencerminkan prospek pertumbuhan ekonomi Italia yang terus melemah.


Tekanan bagi Roma

Menanggapi penurunan peringkat kredit Italia, Uni Eropa mendesak Roma untuk segera mengatasi kelemahan struktural yang sudah mengakar di perekonomian mereka. Pemerintah koalisi yang rapuh serta perselisihan di parlemen turut membatasi kemampuan Italia menanggapi tantangan ekonomi.

PM Italia, Silvio Berlusconi
PM Italia, Silvio BerlusconiFoto: dapd

Meski angka defisit tahunan Italia tergolong rendah, negara tersebut tenggelam di timbunan utang. Pertumbuhan ekonomi yang stagnan menyulitkan Italia dalam membayar utang. Uni Eropa menyarankan Italia untuk tidak hanya berusaha mengurangi utang, namun juga segera mengadopsi agenda pro-pertumbuhan.

Sementara pihak oposisi mendesak Berlusconi untuk bertanggung jawab atas 'kegagalan' pemerintah mengatasi masalah ekonomi. Enrico Farinone dari Partito Democratico (PD) bahkan mendesak Berlusconi untuk mundur. "Negara kami sudah terpojok. Satu-satunya jalan keluar adalah sebuah pemerintahan yang mencerminkan kesatuan nasional yang melibatkan seluruh partai-partai besar," tegas Farinone.

Faktor pribadi Berlusconi

Perdana Menteri Berlusconi saat ini tengah terlibat dalam sejumlah skandal korupsi dan seks. Ada empat persidangan yang tengah berjalan dengan Berlusconi sebagai terdakwa. Situasi ini pula yang menurut sejumlah kritik memperlemah kredibilitas sang perdana menteri dan mencegah pemerintah dari reformasi struktur ekonomi yang kini sangat dibutuhkan.

Langkah S&P's menurunkan peringkat kredit Italia menyusul kekhawatiran pasar yang telah berlangsung selama berminggu-minggu. Kemampuan Italia melunasi utang negara yang jumlahnya salah satu yang terbesar di dunia diragukan oleh kalangan pasar. Penurunan peringkat berarti Italia harus membayar suku bunga yang lebih tinggi kepada investor yang memperpanjang periode kredit.

Dampak bagi Uni Eropa

Sejumlah analis menilai perkembangan terakhir di Italia akan berdampak negatif bagi seluruh zona Euro, mengingat Italia adalah perekonomian terbesar ketiga di zona tersebut. Bank Sentral Eropa (ECB) harus segera bertindak untuk memperbaiki situasi. "Tanpa adanya kepercayaan penuh akan peringkat kredit Italia, akan mustahil untuk menaruh kepercayaan terhadap sistem perbankan Eropa," ujar Sony Kapoor, direktur think tank ekonomi Re-Define.

"Ada persepsi meluas bahwa para pembuat kebijakan berada satu langkah di belakang pasar," tukas ekonom senior Dana Moneter Internasional (IMF), Olivier Blanchard. Ia kemudian memperingatkan kemungkinan baik Eropa maupun Amerika Serikat kembali terseret ke dalam resesi.

Penurunan peringkat kredit Italia membawa awan gelap bagi kemajuan negosiasi Yunani dengan dunia internasional dalam menghindari kebangkrutan yang diprediksi dapat terjadi dalam hitungan minggu. Brasil bahkan dilaporkan bersedia menggelontorkan dana 10 miliar Dolar melalui IMF untuk membantu Eropa. "Namun Italia adalah persoalan yang jauh lebih besar dari Yunani," menurut Kathy Lien, direktur lembaga perriset mata uang GFT.

dpa/rtr/Carissa Paramita

Editor: Luky Setyarini