1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tugas Berat Leterme Pimpin Pemerintahan Baru Belgia

20 Maret 2008

Setelah krisis pemerintahan selama 9 bulan di Belgia, lima partai sepakat untuk membentuk pemerintahan koalisi. Kamis (20/03) tokoh politik Kristen Demokrat Yves Leterme menggantikan PM transisi Guy Verhofstadt.

https://p.dw.com/p/DRl5
Yves LetermeFoto: AP

Dari penguasaan bahasa, Yves Leterme adalah perdana menteri yang ideal bagi Belgia. Ayahnya berasal dari Wallonie, kawasan selatan Belgia yang berbahasa Prancis, dan ibunya dari kawasan utara Flandern yang berbahasa Vlaams. Hampir tidak ada tokoh politik yang fasih berbicara tanpa aksen dalam dua bahasa tersebut seperti Yves Leterme, yang terdengar misalnya dalam kesempatan konferensi pers.

Tapi syarat kemampuan berbahasa bukan otomatis jaminan menjadi seorang kepala pemerintahan yang baik. Jika Leterme mengukur peluangnya dalam berbagai komentar pers beberapa hari terakhir ini, pada dasarnya ia dapat langsung angkat kaki. Komentar terhadap pemerintah baru dan perdana menterinya sangat negatif. Juga jika Leterme dan koalisi lima partainya akan mengucapkan janji kepercayaan di parlemen akhir pekan ini, mereka masih harus merebut kepercayaan masyarakat, terutama bagi warga di Wallonie di selatan Belgia.

Janji Laterme: "Jika saya memperoleh kepercayaan, saya ingin menjadi perdana menteri seluruh warga Belgia. Saya tahu bahwa dalam langkah saya selama ini, juga terdapat kesalahan, juga pada diri saya sendiri. Tapi saya akan melakukan yang terbaik untuk semua warga, juga bagi warga dari Wallonie.“

Partai-partai di Belgia masing-masing terwakili untuk kawasan Flandern yang berbahasa Vlaams dan di kawasan Wallonie yang berbahasa Prancis. Situasi yang bahkan sampai menimbulkan permusuhan di dalam partai, misalnya pada partai Kristen Demokrat dari kawasan Flandern dan dari Wallonie. Selain itu pemilihan umum tidak menghasilkan posisi mayoritas yang jelas di parlemen.

Sudah dua kali ketua partai Kristen Demokrat dari Flandern Yves Leterme gagal dalam upayanya membentuk pemerintahan. Perdana menteri sebelumnya, Guy Verhofstadt, meskipun mengalami kekalahan dalam pemilihan parlemen sembilan bulan lalu, harus tetap memegang jabatan sebagai kepala pemerintahan transisi. Meskipun demikian Verhofstadt menyatakan akan mundur sepenuhnya pada Paskah mendatang, sebagai upaya memperbesar tekanan agar terbentuk koalisi pemerintahan di bawah pimpinan tokoh Kristen Demokrat dari Flandern Yves Leterme.

Partai Kristen Demokrat dan liberal dari kedua kawasan di Belgia itu akhirnya melakukan pendekatan. Kubu Sosialis dari Wallonie yang sebetulnya mengalami kekalahan dalam pemilihan parlemen, termasuk dalam lima partai koalisi pemerintah. Yang pasti hubungan tersebut sangat rapuh. Memang tercapai kesepakatan dalam dasar-dasar kerjasama tapi perinciannya masih harus dibicarakan.

Jika pemerintahan baru ini ingin bertahan hidup secara politis untuk jangka panjang, harus dilakukan reformasi negara. Kawasan Flandern yang lebih berada, ingin memiliki otonomi lebih besar dalam politik tenaga kerja dan kesehatan. Sementara kawasan Wallonie di selatan, khawatir hilangnya solidaritas di antara kedua kawasan di Belgia tersebut. (dk)