1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Trend Baru Fotografi Digital

7 Oktober 2006

Kini semakin banyak orang yang tiba-tiba menjadi penggemar memotret. Karena rahasia dunia fotografi, yang dahulu seperti ilmu sihir, dalam waktu hanya beberapa tahun terakhir pelan-pelan sirna.

https://p.dw.com/p/CPUG
Foto: AP

Selama lebih dari 100 tahun, ilmu memotret ibaratnya rahasia yang hanya diketahui segelintir orang. Mereka harus tahu ukuran bukaan lensa, kecepatan bukaan layar, dan juga kepekaan film. Kini, semua memiliki perangkat fotografi digital, yang hasilnya langsung dapat dilihat.

Analog Tergusur Digital

Terutama di negara maju, pergantian teknologi fotografi dari analog ke digital amat terasa. Kini semakin jarang terjadi transaksi peralatan kamera analog dan film negativ maupun dia-positiv. Bahkan pesawat mobile phone atau telefon seluler generasi baru, hampir semuanya dilengkapi fitur kamera digital dengan resolusi antara satu hingga tiga megapixel. Kamera digital kompak, kini memiliki lebih banyak fitur dan fungsi. Kerapatan gambar dan warnanya, kini kisarannya mencapai lima sampai tujuh mega-pixel, yang berarti ketajaman dan kecemerlangannya telah melewati ketajaman film warna konvensional.

Angka statistik yang ditampilkan di pekan raya fotografi internasional Photokina 2006 di kota Köln, dapat menggambarkan kencangnya trend fotografi digital ini. Di Eropa Barat saja, pada tahun ini telah terjual lebih dari 28 juta unit kamera digital. Pasar global untuk digital imaging ini, yang meliputi kamera dan peralatan pendukung, seperti medium penyimpan data, printer kompak serta pencetakan foto, saat ini mencapai omset sekitar 125 milyar Euro. Angka statistik di Jerman saja menunjukan, pada tahun lalu terjual sekitar tujuh juta unit kamera digital dan dicetak lebih lima milyar foto.

Digital, Lebih Mudah dan Murah

Sekarang, ibaratnya hambatan dalam dunia fotografi, nyaris sudah disingkirkan seluruhnya. Zaman dimana penggemar foto, memotret dengan hati-hati, karena harga film dan ongkos pengembangannya di studio yang cukup mahal, telah lewat. Para pengguna kamera digital, boleh dikatakan dapat memotret sebanyak mungkin obyek, menghapus gambar yang tidak disukai, dan menyimpan gambar yang disenangi dengan mudah dalam komputer atau media penyimpan memory lainnya. Trend ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Hasselblad, Christian Poulsen.

Teknologi Baru

Setelah gelombang kamera digital kompak di tahun-tahun sebelumnya, di arena Photokina tahun 2006 ini, yang digelar dari tanggal 26 September sampai 1 Oktober lalu, trend berikutnya adalah teknologi kamera reflex tunggal SLR digital. Teknologi terbaru, mampu menampilkan kamera SLR Digital yang lebih sempurna. Lensa-lensa baru yang dilengkapi koreksi distorsi gambar, perangkat sensor yang lebih peka cahaya hingga 30 megapixel, serta kartu penyimpan data yang kapasitasnya mencapai 8 gigabyte, merupakan trend yang nampak tahun ini.

Pemain pasar terbesar di bidang kamera SLR Digital ini, tetap produsen kamera terkemuka yang memiliki tradisi fotografi panjang, seperti Nikon, Canon, Olympus, Pentax dan Hasselblad. Selain itu muncul pula Sony yang menggandeng Minolta dan Samsung yang beberapa tahun lalu mengakuisisi Rollei, serta Panasonic yang menggandeng Leica. Kelihatan sekali, yang dibidik adalah segmen yang luas, bukan hanya pengguna profesional.

Perlobaan Resolusi

Yang juga amat menarik, resolusi kamera SLR Digital juga meningkat drastis dibanding Photokina terakhir dua tahun lalu. Ketika itu, di kelas menengah SLR Digital untuk amatir dan semi profesional, kisaran kerapatan titik gambarnya antara 6 sampai 8 megapixel. Sekarang minimal 10 megapixel dan batasan paling tinggi nyaris tidak ada. Hasselblad misalnya menawarkan kamera dengan resolusi hingga 39 megapixel.

Juga jika berbicara resolusi kamera, kebanyakan produsen terkemuka kini lebih menekankan pada perbaikan kualitas gambar. Jadi perlombaan tidak lagi berkaitan dengan berapa puluh megapixel resolusi kamera, akan tetapi lebih jauh lagi, misalnya dengan kemampuan pengaturan gambar pada monitor, koreksi warna, modus pada kecepatan tinggi, modus penyimbang hitam-putih, pengenalan kontur wajah hingga kemudahan rekayasa gambar.

Lensa

Trend lainnya yang muncul dalam Photokina tahun ini, adalah penawaran lensa kamera SLR Digital yang lebih kuat dan peka cahaya. Carl Zeiss misalnya menawarkan tiga produk lensa baru, yang kepekaan cahayanya amat tinggi. Produk baru itu diperuntukan bagi kamera SLR Digital terbaru dari Sony, yakni Alpha 100. Sony juga dengan cerdik memanfaatkan bayonet lensa Minolta autofokus, sehingga pemilik kamera tersebut dirangsang membeli kamera baru Sony. Juga Panasonic menggandeng Leica untuk memanfaatkan lensanya yang terkenal berkualitas tinggi.

Peran Teknologi Pencetakan

Melihat perkembangan teknologi kamera digital itu, dimana secara teknis tidak ada perbedaan, maka pencetakan foto merupakan kunci perbedaannya. Dalam arti, kerapatan megapixel yang tinggi tidak ada artinya, jika teknologi pencetakan foto masih ketinggalan. Hal itu juga diakui oleh Henri Honoris, direktur perencanaan korporat dan pengembangan bisnis PT Modern Photo, satu-satunya perusahaan Indonesia yang hadir di Photokina.

Yang Paling Penting Kreativitas

Juga Christian Poulsen dari Hasselblad menekankan, dalam persaingan global teknologi digital, dimana perbedaan amat minimal, sekarang ini jenis kamera menjadi sekunder. Sebab semua gambar yang diambil, dapat direkayasa sedemikian rupa hingga hasinya juga serupa. Bagi Hasselblad, produsen pembuat kamera profesional paling terkemuka di dunia, memang spektrum persaingannya relatif sempit. Karena jarang produsen kamera lainnya yang menawarkan produk yang setara. Karena itulah, Poulsen menegaskan, dalam dunia fotografi era digital, yang paling menentukan adalah kreativitas para pemotretnya. Baru setelah itu, ketajaman lensa, kejernihan warna dan kapasitas sensor gambar. Jadi trend yang terlihat di Photokina, memang bukan perlombaan meningkatkan pixel, tapi meningkatkan kemudahan operasi serta memperluas kemungkinan kreativitas.