1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tingkat Kesenjangan Sosial Meningkat di Negara Maju

21 Oktober 2008

Jurang kaya miskin di negara-negara maju meningkat tajam selama 20 tahun terakhir. Demikian disebutkan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan OECD dalam laporan yang diluncurkan di Berlin, Jerman, Selasa (21/10).

https://p.dw.com/p/FeHj
Seorang pengemis di jalanan kota Essen, JermanFoto: AP

OECD, sebagai lembaga beranggotakan 30 negara industri maju menyebutkan, peningkatan kesenjangan itu terjadi di lebih dari tiga perempat negara anggotanya. Negara yang tingkat kemiskinan dan kesenjangan pendapatannya paling tinggi adalah Meksiko, Turki dan Amerika Serikat. Sementara Jerman bersama Norwegia, Kanada dan Amerika Serikat merupakan negara yang peningkatan kesenjangannya paling pesat.

Salah satu faktor yang makin melebarkan jurang kaya miskin adalah kebijakan pemotongan pajak terhadap kaum terkaya. Di Jerman, misalnya, antara tahun 1999 dan 2005, pemerintah Gerhard Schröders memotong pajak orang kaya dari 53 persen menjadi 42 persen. Dan dalam periode yang sama statistik menunjukan peningkatan kesenjangan yang tajam di Jerman. Disebutkan Markus Grabka dari Institut Penelitian Ekonomi Jerman:

"Dulu, selama puluhan tahun kesenjangan pendapatan di Jerman tergolong sedang-sedang saja. Namun kecenderungan ini belakangan berubah. Sejak tahun 2000 terjadi peningkatan yang luar biasa. Bahkan kini kesenjangan itu jauh di atas rata-rata anggota OECD."

Dalam laporan OECD, peningkatan kesenjangan di Jerman selama lima tahun, sejak tahun 2000 hingga 2005, melebihi gabungan periode 15 tahun sebelumnya, 1985-2000. Yang lumayan, di Jerman orang-orang biasanya mengalami kemiskinan tidak terlalu lama. Menurut laporan itu, warga Jerman yang mengalami kemiskinan selama lebih dari 3 tahun berturut-turut, hanya sekitar 3 persen.

Disebutkan, pertumbuhan ekonomi selama berdasa-dasa warsa ini ternyata lebih menguntungkan kaum berpunya ketimbang kaum tak berpunya. Di 30 negara anggota OECD, pendapatan rata-rata 10 persen kaum berpenghasilan tertinggi sekitar 9 kali lipat dibanding pendapatan 10 persen kaum berpendapatan terendah.

Ahli ekonomi OECD Michael Förster yang turut menyusun laporan itu mengungkap, hanya sedikit negara anggota OECD yang mengalami penurunan kesenjangan. Dijelaskan Michael Förster:

"Di sisi lain, terdapat juga negara-negara yang menunjukan gejala sebaliknya. Bisa saya sebut Spanyol dan Prancis. Negara-negara itu menunjukkan bahwa kebijakan tertentu bisa diambil untuk mencegah terjadinya peningkatan kesenjangan secara struktural."

Negara yang juga mengalami perbaikan adalah Inggris, Jepang dan Australia. Sedangkan Meksiko, kendati mengalami perbaikan yang berarti, namun angka kemiskinan dan kesenjangan sosialnya masih yang paling tinggi.

Di atas semua itu, yang paling menjadi perhatian besar dari laporan OECD ini adalah lonjakan angka kemiskinan di kalangan anak-anak. Dari segi statistik, kemiskinan di kalangan kaum tua dan pensiunan menurun, namun kemiskinan di kalangan anak-anak meningkat. Dalam catatan OECD, kemiskinan anak-anak dan kaum muda 25 persen lebih tinggi dibanding kelompok usia lain.

Hal lain, kemiskinan di kalangan keluarga dengan orang tua tunggal jumlahnya tiga kali lipat dibanding keluarga dengan orang tua lengkap. Ini karena banyak program bantuan keluarga di berbagai negara lebih mengistimewakan keluarga lengkap. Jerman salah satunya. Peneliti Institut Penelitian Ekonomi Jerman, Markus Grabka melihat dampaknya yang sangat luas. Yakni kemiskinan di kalangan anak-anak dari orang tua tunggal.

"Yang paling terkena dampak dari kebijakan di Jerman ini adalah anak-anak. Kemiskinan orang dewasa jelas bukan lagi merupakan persoalan besar di Jerman. Namun sekarang ini yang menjadi persoalan utama adalah kemiskinan di kalangan anak-anak."

Dalam laporannya, OECD menyebut, program bantuan khusus memang merupakan langkah yang meringankan kaum miskin. Namun dampaknya hanya sementara. Yang dibutuhkan adalah kebijakan lebih struktural dan menyeluruh, dalam penyedian lapangan kerja. Khsusunya bagi mereka yang memiliki keterampilan rendah.

"Yang juga penting adalah kebijakan aktif. Maksudnya, tindakan aktif untuk mendorong orang untuk terjun dalam dunia usaha. Dibarengi langkah aktif pula untuk memastikan agar usaha atau kerja itu memberikan penghasilan yang memadai," ungkap shli ekonomi OECD, Michael Förster:

Masalahnya, keadaan ekonomi dunia sedang memburuk. Mengakibatkan pengangguran meningkat. Kelihatannya hingga tahun 2009 mendatang angka kemiskinan dan kesenjangan sosial masih akan belum membaik. (gg)