1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Saat Tubuh Dialiri Listrik Tegangan Tinggi

13 Juni 2018

Mereka yang tetap hidup setelah tersambar petir harus hadapi banyak masalah kesehatan berat. Peristiwa alam saat 100 juta Volt menerjang tubuh, bukan sekedar pengalaman tak terlupakan.

https://p.dw.com/p/2zTkB
Deutschland Gewitter Blitze in Hessen
Foto: picture-alliance/dpa/J. Eifert

Momen sambaran petir hanya berlangsung beberapa milidetik, jika menerjang tubuh manusia. Setelah itu segalanya berubah total. Saat fenomena terjadi temperatur bisa mencapai hingga 50.000 derajat Celcius. Itu sama panasnya seperti di permukaan matahari.

Jika petir menyambar dan gemuruh terdengar di langit, bagi banyak orang itu ibaratnya pertunjukan alam mengagumkan. Untuk sebagian orang itu menyulut panik, terutama bagi mereka yang pernah jadi korban sambaran petir.

"Mereka kerap menderita gangguan stres pasca trauma. Tersambar petir adalah peristiwa yang tidak pernah mereka duga," sehingga sepenuhnya mengubah hidup. Demikian dikatakan Profesor Berthold Schalke dari Klinik Neurologi Universitas Regensburg. Sejak beberapa tahun lalu, ia merawat korban sambaran petir.

Tubuh terbakar parah

Ia menjelaskan, aliran listrik tegangan tinggi dari petir bisa menyebar di permukaan tubuh. Itu menyebabkan luka bakar parah. Seorang pasiennya tersambar petir ketika mengenakan kalung emas. Akibat petir, kalung yang dikenakan sepenuhnya menguap dan meninggalkan luka bakar di kulitnya.

Kadar luka bakar sama seperti jika terkena uap panas. Shalke juga menjelaskan, kunci yang ditempatkan di saku baju juga bisa jadi potensi bahaya, karena bisa terbakar dan terbenam ke dalam kulit. Sebagian besar korban sambaran petir biasanya tewas.

"Berbagai faktor menentukan, apakah aliran listrik hanya menyebar di permukaan kulit, atau mengalir ke dalam tubuh," demikian papar Thomas Raphael dari Ikatan Teknik Elektro, Elektronik dan Teknik Informasi (VDE).

Listrik bisa memasuki tubuh melalui kepala. Listrik mencari jalan, misalnya lewat telinga, lubang hidung, mulut dan mata. Dari sana listrik mengalir ke tulang belakang. "Ada juga korban sambaran petir yang langsung terjatuh, dan jantungnya berhenti berdetak",  ujar Berthold Shalke. Ahli syaraf itu percanya, banyak korban yang sebenarnya bisa tertolong jika segera mendapat pertolongan.

Kerusakan tidak segera terlihat

banyak organ tubuh manusia berfungsi dengan impuls listrik, misalnya otot atau syaraf di otak. Listrik dari sambaran petir menyebabkan semua sinyal listrik di tubuh kacau balau. Jika menyerang otot, berarti orang itu tidak dapat mengendalikan lagi ototnya atau lumpuh.

Beberapa korban sambaran petir terlempar beberapa meter dari lokasi mereka sebelumnya. Menurut Shalke, itu disebabkan kontraksi otot yang sama sekali tidak bisa dikendalikan manusia.

Sambaran petir bisa menyebabkan kerusakan pada otak dan syaraf, dan baru terlihat lama setelah peristiwa berlalu. "Jaringan syaraf halus yang bertanggungjawab untuk merasakan suhu dan merasakan sakit biasanya rusak," papar Profesor Berthold Shalke.

Akibat kerusakan di otak, gangguan kepribadian juga bisa timbul. Orang mungkin tidak bisa berkonsentrasi dengan baik, atau sulit mengingat sesuatu. Dan itu berdampak pada kemampuan untuk bekerja. Dari segi neuropsikologi, biasanya korban sambaran petir yang selamat tidak bisa berprestasi seperti sebelumnya.

Langkah tepat jika cuaca buruk datang

Kadang petir tidak langsung menyambar orang, mungkin menyambar pohon di dekatnya, kemudian menjalar ke orang, baru mengalir ke tanah. Ini biasanya terjadi jika orang berada di dekat pepohonan.

Pakar perlindungan terhadap sambaran petir, Thomas Raphael dari VDE mengatakan,  saran utama adalah: Tidak berada di udara terbuka. Paling baik jika berlindung di bangunan yang punya sistem perlindungan terhadap petir. Jika bangunan tidak punya sistem itu, setidaknya harus terbuat dari batu."

Mobil adalah tempat berlindung yang aman. "Mobil adalah pembungkus dari kaleng, berfungsi sebagai konduktor dan pelindung." Demikian Raphael. Jika berada di udara terbuka, sebaiknya berjongkok. "Karena kilat ingin masuk ke tanah, tapi ia tidak segera menghilang ke dalam tanah, melainkan menyebar ke dalam dan ke sekeliling lokasi sambaran terlebih dahulu." Raphael menambahkan, jika orang melangkah, listrik akan semakin menyebar ke seluruh tubuh.

Sebaiknya mulai bersiap jika melihat kilat dari jarak jauh. Raphael menjelaskan; "Begitu melihat kilat, langsung mulai menghitung sampai guntur terdengar. Kemudian angka itu dibagi tiga. Dan hasilnya adalah jarak kira-kira petir dalam kilometer ke posisi kita." Jika antara kilat dan guntur kurang dari 10 detik, risiko tersambar petir sangat tinggi.

"Di Jerman per tahun rata-rata terjadi lima kasus kematian akibat sambaran petir", demikian Raphael. Dampaknya sulit diteliti, karena jarang terjadi. Menemukan cukup banyak korban selamat tetap hidup, untuk melakukan studi sangat sulit, jelas Raphael. Dokter juga tidak banyak yang kenal fenomena ini.

Penulis: Gudrun Heise (ml/as)