1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Teroris Juga Rencanakan Serang SBY

10 Februari 2010

Terdakwa pertama kasus Bom Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton mengakui bahwa kelompoknya juga menyiapkan rencana serangan bom untuk membunuh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

https://p.dw.com/p/Lxv5
Serangan bom 17 Juli 2009 terhadap dua hotel JakartaFoto: AP

Serangan bom terhadap Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono direncanakan berlangsung antara tiga pekan hingga sebulan setelah serangan 17 Juli ke hotel Marriott dan Ritz Carlton. Terdakwa Amir Abdillah menyebut perannya sendiri dalam seluruh serangan dan rencana serangan itu tak terlalu menentukan.

Namun, kepada wartawan usai sidang pertama itu, Amir Abdillah berdalih´, semua yang dilakukannya didasarkan pada keyakinan agama. “Itu bagian dari Jihad. Pokoknya kalau masalah itu, mungkin anda sudah paham lah, saya yakin," tandas Abdillah.

Presiden Yudhoyono menjadi target serangan karena dinilai mendukung dan tidak membatalkan eksekusi mati trio bom Bali.

Menurut Jaksa, Abdillah ikut bersama Noordin Top dan Saifudin Zuhri melakukan survey rute yang akan dilalui Presiden Yudhyono. Ia juga menyewa rumah yang dijadikan tempat persembunyian di Jatiasih, Bekasi, yang lokasinya tidak jauh dari kediaman Yudhoyono di Cikeas, dan menyiapkan bahan peledak.

Jaksa menjelaskan, Abdillah pernah membeli berbagai barang untuk merakit bom, seperti batu baterai, resistor, lampu kecil, kabel, pipa pralon, komponen eletronik, gotri, baut dan mur.

Barang-barang itu, dilengkapi urea dan belerang yang sudah ada di rumah kontrakan tersebut, sedianya akan dirakit menjadi sebuah bom mobil dalam serangan yang akan dilancarkan jika PPresiden SBY lewat dengan konvoynya. Pelaksana serangan yang sudah ditunjuk, menurut jaksa adalah Ibrohim alias Boim.

Sedangkan dalam serangan bom di Hotel Marriot dan Riitz Carlton pada tanggal 17 Juli 2009 yang menewaskan 11 orang dan melukai 53 orang, peran Amir Abdillah antara lain sebagai kurir, menjemput para pelaku utama, hingga menyewakan hotel di Kuningan Jawa Barat yang digunakan para pelaku untuk merancang serangan ke dua hotel di kawasan Kuningan, Jakarta itu.

Jaksa menyebut, Amir Abdillah ditugaskan Syaefuddin Zuhri untuk menjemput Dani Dwi Permana, yang disiapkan sebagai pelaku peledakan bom di Hotel JW Marriot. Kemudian bersama Noordin M Top, Saefudin Zuhri dan Dani Dwi Permana, Amir Abdillah menginap di kamar Nomor 15 Hotel Shanty. Baru sehari setelahnya, ia dan Saefudin Zuhri menjemput Ibrohim.

Pada malam harinya di kamar no 15 tersebut, Noordin M Top, Syaeufudin Zuhri, Dani Dwi Permana dan Ibrohim mengadakan rapat rencana meledakan JW Marriot. Sedangkan Amir Abdillah berjaga di luar. Setelah rapat selesai, ia dipanggil masuk untuk diba’iat dan mendapat pemberitahuan mengenai serangan itu.

Dalam persidangan, Amir Abdillah menerima semua dakwaan.

Amir Abdillah diciduk polisi di Koja, Jakarta Utara, tiga minggu setelah serangan Bom Marriot. Polisi menyebut penangkapan Amir Abdillah sebagai kunci pengungkapan serangan bom di dua hotel mewah tersebut. Dari keterangan mantan karyawan hotel Mulia inilah polisi berhasil mengembangkan pengusutan yang berujung penangkapan dan penggerebekan yang menewaskan 8 teroris termasuk gembong teroris paling dicari, Noordin M Top.

Terdakwa ke dua, Arif Susanto, Rabu siang (10/02), juga disidangkan secara terpisah, dengan dakwaan menyediakan persembunyian di Jawa Tengah bagi para pelaku serangan Marriot dan Ritz. Para tersangka lain dijadualkan akan disidangkan pula dalam waktu dekat.

Zaki Amrullah

Editor: Ging Ginajar