1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tentara Jerman Latih Pasukan Mali

Katrin Gänsler16 Agustus 2013

Militer Jerman Bundeswehr melatih pasukan Mali di kota kecil Koulikoro. Banyak pihak menilai, misi ini terlalu kecil untuk bisa menstabilkan situasi.

https://p.dw.com/p/19QWA
Titel: DW_ Bundeswehr-Mali1. 26. Juli 2013. Koulikoro.
DW_ Bundeswehr-Mali1Foto: Katrin Gänsler

Letnan Kolonel Bejamin Hildebrandt memberi instruksi: "Kita akan membuat tiga barikade, satu di sini, satu lagi di belakang semak-semak, yang satu lagi di ujung sana." Sersan Christophe Bailleux menerjemahkan instruksi itu ke dalam bahasa Perancis.

Sekitar 30 tentara Mali mengikuti pelatihan Bundeswehr. Pelatihan pasukan ini dilaksanakan dalam rangka misi Uni Eropa, EUTM. Lokasinya di kota kecil Koulikoro, sekitar 60 kilometer dari ibukota Bamako.

Ada sekitar 100 tentara Jerman yang ditempatkan di Koulikoro. Menurut mereka, misi itu sampai sekarang berlangsung cukup baik. Tentara Mali senang mendapat pelatihan ini dan punya motivasi tinggi, kata Bailleux. Sedangkan tentara Jerman agak kesulitan menghadapi cuaca panas. "Benar-benar sulit. Suhu udara bisa mencapai 52 derajat Celcius," katanya. Tidak mudah untuk berkonsentrasi pada cuaca sepanas itu.

Pelatihan penting

Bagi para serdadu Mali, pelatihan ini adalah bagian pendidikan militer yang penting. Pasukan Mali sejak bertahun-tahun tidak mendapat pendidikan memadai. Perlengkapan mereka juga terlalu tua. Tahun 2012, pemberontakan pecah di utara Mali. Hanya dalam waktu tiga bulan, pasukan pemberontak MNLA berhasil menguasai Mali utara. Banyak anggota MNLA pernah dilatih di Libya. Pasukan pemerintah Mali tidak kewalahan menghadapi mereka.

Sekarang, minat kaum muda Mali untuk masuk militer cukup tinggi. Untuk mengikuti pelatihan khusus Bundeswehr, para peserta harus melalui penyaringan ketat. "Saya senang masuk tentara," kata Letnan Momou Saye.

Setelah mengikuti pelatihan, mereka akan ditempatkan di utara Mali. Sejak intervensi pasukan Perancis awal 2013, situasi di utara agak tenang. Kondisi kritis ada di sekitar kota Kidal, yang menjadi pusat gerakan MNLA. "Tapi saya tidak takut. Saya sudah dilatih untuk menghadapi itu", ujar Momou Saye.

Gaji terlalu kecil

Awal Juni lalu, sebagian serdadu menggelar aksi demonstrasi menuntut gaji yang lebih besar. Banyak tentara yang belum mendapat bayaran. "Ini akibat dari lambatnya birokrasi di Mali. Jadi ada beberapa surat yang belum ditandatangani", kata Letnan Kolonel Alexander Müller-Cramer, komandan kontingen Bundeswehr. Tapi aksi demonstrasi itu tidak mengganggu jalannya pelatihan.

Beberapa pihak memang mengeritik misi pelatihan yang didanai Uni Eropa. Menurut para pengeritik, misi itu terlalu kecil dan tidak bisa memperkuat militer Mali secara keseluruhan. Padahal peran aparat keamanan sangat penting untuk menstabilkan situasi negara itu. Tapi menurut Sersan Christophe Bailleux, kehadiran Bundeswehr di Mali sangat penting. "Ini misi yang baik. Saya secara sukarela melaporkan diri untuk ikut misi ini", katanya.