1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tebar Kapur Tohor untuk Maksimalkan Potensi Hujan Buatan

17 September 2019

BNPB bekerja sama dengan BPPT dan BMKG menerapkan teknologi modifikasi cuaca untuk menghilangkan asap yang timbul akibat kebakaran hutan dan lahan. Sebanyak 40 ton kapur tohor pun siap ditebar.

https://p.dw.com/p/3PhuQ
Indonesien und Malaysien - Waldbrand

Aussprache lernen
Indonesien und Malaysien - Waldbrand
Foto: Getty Images/ Wahyudi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus berupaya memadamkan api kebakaran hutan dan lahan di sejumlah titik yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Selain melalui darat, pemadaman juga dilakukan melalui udara. Terhitung sebanyak 52 pesawat telah dikerahkan untuk memadamkan kebakaran dengan teknik water bombing.

BNPB juga bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menerapkan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan untuk menghilangkan kabut asap.

Saat ini BMKG mengatakan potensi pertumbuhan awan memang masih sulit terjadi. Sedangkan untuk menyemai garam (NaCl) sebagai syarat pembuatan hujan buatan membutuhkan terbentuknya awan minimal 80 persen.

Asap pekat kebakaran menghambat proses penguapan syarat terbentuknya awan. Kabut asap menyebabkan sinar matahari sulit tembus ke permukaan bumi dan menghambat proses penguapan air.

Atas dasar ini BNPB, BPPT, dan BMKG kemudian menggunakan kalsium oksida atau kapur tohor aktif (CaO) yang bersifat eksotermis atau mampu mengeluarkan panas.

"Radiasi matahari terhalangi kabut asap, jadi awan susah terbentuk karena penguapan terhambat. Dengan kapur tohor aktif ini diharapkan konsentrasi asap berkurang, awan terbentuk, dan garam bisa ditebar untuk hujan buatan," ujar Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT, Tri Handoko Seto, dalam keterangan pers yang diterima DW Indonesia.

Calcium Oxide Jakarta Indonesien
Kapur tohor yang siap ditebar BPPT.Foto: Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Sebanyak 40 ton kapur tohor aktif sudah tersedia di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Rencananya kapur tersebut akan ditebar di beberapa provinsi terjadinya kebakaran hutan dan lahan seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan.

BPPT akan menggunakan tiga jenis pesawat yakni Cassa 212 dengan kapasitas 800 kilogram, CN 295 dengan kapasitas 2.4 ton dan pesawat Hercules C 130 dengan kapasitas 4-5 ton.

Baca juga: Jokowi: Berbagai Upaya Dilakukan Untuk Padamkan Karhutla

Pesawat tambahan

Dua pesawat tambahan telah didatangkan ke Pekanbaru yaitu pesawat Cassa 212-200 kapasitas 1 ton dan pesawat Hercules C-130 kapasitas 4 ton untuk mendukung upaya operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) pada Senin (16/09). Hingga saat ini tersedia 4 pesawat yaitu Cassa 212-200 dari BPPT dan 3 pesawat bantuan TNI.

Cassa 212-200
Salah satu pesawat tambahan yang didatangkan yakni pesawat Cassa 212-200.Foto: Nasional Penanggulangan Bencana

Nantinya seluruh pesawat akan beroperasi di 6 provinsi antara lain Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Pesawat tersebut akan menyemai bibit awan hujan yang potensial berdasarkan hasil analisis BMKG.

Bahkan Selasa (17/09) pagi ini, pesawat CN 295 juga berangkat ke Kalimantan untuk menyemai awan hujan dan meredakan kebakaran di tanah Borneo. Menurut laporan BMKG, saat ini terdapat potensi awan hujan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Tahun ini diprediksi kabut asap akan lebih parah karena musim kemarau yang lebih panjang. Musim penghujan diprediksi baru akan masuk pada pertengahan Oktober. Hujan buatan dinilai sebagai salah satu solusi utama untuk memadamkan kobaran api.

Berdasarkan data BNPB, luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dalam periode Januari – Agustus 2019 mencapai 328.724 hektare. Provinsi Riau adalah wilayah terluas yang mengalami kebakaran hutan yakni mencapai 49.266 hektare disusul Kalimantan Tengah seluas 44.769 hektare.

Baca juga: Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia Kian Meluas

rap/ae (BNPB)