1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tantangan dan Bahaya bagi Wartawan Lingkungan Hidup

22 Juni 2010

Bergelut di bidang lingkungan hidup bagi wartawan tidaklah tanpa bahaya. Kadang pekerjaan dan nyawa pun jadi taruhannya. Hal ini menjadi salah satu tema diskusi di Forum Media Global 2010.

https://p.dw.com/p/O0J0
Liu Jianqiang, salah satu pembicara dalam Forum Media Global 2010.

Beberapa tahun lalu, Liu Jianqiang, seorang wartawan dari Cina, datang ke ngarai di Sungai Yangtze untuk membuat sebuah artikel. Disana ia melihat, bahwa selama 20 tahun ke belakang, perusahaan pembuat bendungan disana telah membohongi rakyat Cina dan ia melihat, bahwa proyek ini sudah dan akan membawa kerusakan alam yang besar. Liu memutuskan untuk memberitakan hal ini. Setelah ia selesai menulis, ia memberikan artikelnya kepada perusahaan yang bersangkutan. Liu segera ditelpon hari itu juga.

“walaupun mereka tidak menemukan hasil penyelidikan yang salah dalam artikel saya, mereka ingin saya menghapus bagian yang mereka tidak suka, karena ini menyangkut masalah negara. Alasan ini sering dipakai di Cina. Seorang lelaki dari perusahaan itu mengatakan ke saya, kalau saya menerbitkan artikel ini, maka saya akan dianggap musuh negara.“

Sebagai reaksi, Liu mematikan telpon selularnya dan menerbitkan artikel yang bersangkutan. Setelah itu Liu terus meliput berbagai tema lingkungan dan pencemarannya, terlepas dari berbagai kesulitan. Tahun 2006 harian Wall Street Journal mengekspos aktivitas Liu. Setelah itu, Liu dipecat dari pekerjaannya.

Di zaman sekarang, sayangnya hal seperti ini tidaklah jarang terjadi, ketika seorang wartawan ingin mengangkat tema lingkungan hidup. Frank Smyth dari ikatan perlindungan wartawan yang bermarkas di New York sudah melihat berbagai bentuk bahaya yang dihadapi para wartawan di seluruh dunia.

“Ada kasus, dimana para wartawan disiksa secara fisik, seperti di Rusia, Uzbekistan, dan di beberapa negara lainnya. Ada wartawan yang dituduh melanggar hukum, seperti di Brazil. Ada juga wartawan yang ditekan secara ekonomi, seperti di Argentina, dimana perusahaan-perusahaan mengadakan boikot iklan kepada media massa yang melaporkan berita mengenai isu yang tidak menguntungkan mereka. Atau mereka menekan media untuk memecat wartawannya.”

Sebenarnya tema lingkungan hidup dan perlindungan iklim cukup sering muncul di media massa. Jean Francois Juilliard dari ikatan Reporters without Boders mengatakan, masalahnya timbul ketika wartawan mulai menyelidiki isu lingkungan lebih lanjut dan menunjuk pihak yang salah. Solusi jangka pendek belum ada. Keberanian adalah hal utama dalam menghadapi tantangan ini. Frank Smyth dari ikatan perlindungan wartawan memberikan saran untuk menghadapi berbagai bahaya dalam pekerjaan seperti ini.

“Yang paling penting bagi wartawan, adalah jangan bekerja sendirian. Mereka harus berkolaborasi dengan editor mereka, para blogger harus saling berkolaborasi dalam komunitasnya. Dan wartawan harus bergabung dengan ikatan jurnalismus, agar bisa saling melindungi satu sama lain.“

Tiga bulan lalu, Liu kembali menulis sebuah artikel mengenai manipulasi instansi negara terhadap masalah polusi di Cina. Sejak sebulan pemerintah menyelidiki Liu. Dan sampai sekarang ia tidak tahu, apa yang akan terjadi padanya kalau ia kembali ke negaranya setelah konferensi ini. Mengapa Liu tetap bergelut dalam bidang lingkungan hidup?

“Penduduk setempat sangat berterima kasih atas pekerjaan saya. Dan ini membuat saya bahagia. Karena itu, saya tetap meliput isu-isu lingkungan hidup. Menurut saya, saya membuat perubahan.”

Anggatira Gollmer
Editor: Hendra Pasuhuk