1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Taman Energi Alternatif di Jerman

Frank Arenz18 November 2008

Di Jerman pemanfaatan energi alternatif semakin digalakkan. Di kota kecil Morbach misalnya, di kawasan bekas pangkalan angkatan udara AS, dibangun apa yang disebut taman energi alternatif.

https://p.dw.com/p/FxRq
Pembangkit listrik tenaga surya nyaris tidak perlu perawatan, tapi harga modulnya relatif mahal.Foto: picture-alliance/dpa

Dalam dekade terakhir ini anjuran bagi penggunaan bahan bakar alternatif semakin gencar dilontarkan. Sebab disadari bahan bakar fosil akan semakin mahal karena cadangannya semakin menipis.

Selain itu kesadaran lingkungan, juga semakin tumbuh. Diketahui pembakaran bahan bakar fossil menimbulkan pencemaran serta emisi gas rumah kaca yang mempengaruhi iklim global. Di Jerman pemanfaatan energi alternatif semakin digalakkan.

Terutama untuk melepaskan ketergantungan dari sumber energi fossil. Pemerintah mendukung pengembangan dan pemanfaatan energi matahari, tenaga angin atau biomassa. Di kota kecil Morbach, misalnya di kawasan bekas pangkalan angkatan udara AS yang paling besar di Eropa dibangun apa yang disebut taman energi alternatif.

Morbach adalah kota kecil dengan populasi penduduk sekitar 11.000 orang, dahulu hanya dikenal sebagai pangkalan angkatan udara AS di Jerman. Sebagai konsekuensi dari perang teluk kedua, basis a ngkatan udara AS itu dikosongkan. Militer AS pada tahun 1995 mengembalikan kawasan seluas 145 hektar itu kepada pemerintah kota.

Setelah debat politik yang cukup alot, pada tahun 2001 diputuskan di kawasan bekas pangkalan angkatan udara AS itu akan dibangun taman nergi alternatif. Berupa gabungan seluruh energi alternatif yang dikenal.

Dengan begitu kawasan sekitar kota Morbach akan dipenuhi kebutuhan energinya dengan pembangkit listrik ramah lingkungan. Konsep untuk mengabungkan operasi pembangkit energi surya, tenaga angin dan biomassa dalam satu kompleks, merupakan gagasan pertama dan satu-satunya di Jerman. Konsep itu juga diharapkan akan menjadi proyek percontohan pembangkit energi ramah lingkungan terpadu di dunia.

Konsepnya dikembangkan oleh para pakar teknologi energi alternatif dari sekolah tinggi teknik di Trier dan Kampus-lingkungan di kota Birkenfeld. Namun proyek itu juga menghadapi berbagai kendala. Terutama untuk meyakinkan masyarakat di sekitarnya untuk menerima proyek ini.

Penyebabnya, warga di pedesaan masih menilai instalasi pembangkit energi angin sebagai merusak pemandangan. Selain itu mereka juga masih merasa skeptis akan kehandalan pembangkit energi alternatif.

Walikota Morbach, Gregor Eibes menceritakan bagaimana ia dapat meyakinkan penduduk: “Yang terpenting adalah memberikan informasi lebih dini dan lengkap kepada penduduk. Yang lebih penting lagi, kami menegaskan bukan hanya ingin membangun pembangkit listrik tenaga angin, melainkan sebuah kawasan pembangkit energi alternatif, berupa gabungan dari tenaga angin, sel surya dan biomassa. Juga kami meminta konsep terpadu dari investor.

Di kawasan pembangkit energi alternatif kota Morbach saat ini beroperasi 14 pembangkit listrik tenaga angin, sebuah kompleks panel sel surya seluas 4000 meter persegi dan sebuah kompleks instalasi biogas.

Produksi listrik gabungan tiga jenis pembangkit energi alternatif itu, mencapai sekitar 50 juta kilowatt per tahunnya. Produksi energinya melebih kebutuhan listrik seluruh penduduk Morbach. Dengan pembangkitan energi yang ramah lingkungan itu, setiap tahunnya emisi gas karbondikosida dapat dikurangi sekitar 32.200 ton. Hal ini dinilai sebagai kontribusi positif bagi perlindungan iklim.

Windräder im Morgenrot
Pembangkit listrik tenaga anginFoto: picture-alliance/ ZB

Akan tetapi instalasi pembangkit listrik yang ramah lingkungan semacam itu, juga bukannya tidak bermasalah. Masalah utama adalah tingginya ongkos untuk pembangunannya. Instalasi pembangkit sel surya misalnya, secara ekonomis baru memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Selain itu pembangunannya harus tetap disubsidi oleh negara.

Michael Grehl, penanggung jawab kawasan energi Morbach menjelaskan: “Sel surya merupakan sumber energi yang sangat mahal. Cahaya mataharinya gratis, tapi ongkos pembuatan modulnya yang mahal. Untuk membangkitkan energi sebesar satu kilowatt, diperlukan modul sel surya seluas 10 meter persegi yang harganya 4000 Euro. Jadi dapat dihitung waktu yang diperlukan agar modal yang ditanamkan meraih keuntungan. Menurut undang-undang energi terbarukan titik impas ditetapkan 10 tahun, artinya setelah itu baru dapat meraih keuntungan.“

Dibandingkan dengan energi surya, pemanfaatan tenaga angin yang telah dikenal sejak abad-abad, jauh lebih murah dan efisien. Dewasa ini instlasi pembangkit listrik tenaga angin di Jerman, biasanya berupa menara setinggi sekitar 100 meter dengan bilah rotor bergaris tengahnya 40-90 meter. Sebuah instalasi pembangkit listrik tenaga angin harganya sekitar 2 juta Euro dan memproduksi listrik enam kali lipat lebih besar dari kompleks sel surya.

Tetapi pembangkit energi angin kadang-kadang bercitra negatif. Michael Grehl menjelaskan: “Pembangkit energi angin di Jerman dan di negara lainnya, menghadapi penolakan dari penduduk. Banyak yang hanya merasa terganggu pemandangannya. Ini dapat dimengerti, karena instalasi ini tidak dapat disembunyikan dan harus dibangun amat tinggi untuk memanen angin. Tema kritik kedua adalah kebisingan.“

Selain itu organisasi pelindung lingkungan Jerman – NABU melontarkan kritik lain. Mereka melaporkan bilah rotor instalasi tsb setiap tahunnya membunuh sekitar 1.000 ekor burung . Masalah yang sebenarnya adalah, habitat kehidupan berbagai spesies burung terganggu, akibat kebisingan yang ditimbulkan pembangkit listrik tenaga angin tsb.

Sementara itu sumber energi alternatif biomassa, selain digunakan di instalasi biogas juga dimanfaatkan untuk pembuatan bahan bakar pellet. Sampah organik berupa limbah peternakan dan pertanian digunakan langsung untuk pembangkit listrik biogas. Sementara sampah industri perkayuan diolah menjadi, Pellet yang merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan yang lebih murah dibanding gas atau minyak bumi. Pellet sampah kayu biasanya digunakan untuk instalasi pemanas ruangan di saat musim dingin.

Inovasi teknologi ramah lingkungan lainnya yang dibangun kota Morbach adalah instalasi penjernihan air minum dengan memanfaatkan energi matahari. Yang diperlukan hanyalah sumber air dan energi matahari.

Air yang kualitasnya tidak layak minum, dipanaskan dalam instalasi pemanas sel surya. Tanpa imbuhan bahan kimia atau teknologi canggih, air ibaratnya didestilasi agar kualitasnya menjadi layak minum. Teknologinya diterapkan untuk proyek-proyek bantuan di negara -negara sedang berkembang, yang tidak memiliki jaringan pemasokan listrik.