1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Strategi Baru Bush Di Irak.

11 Januari 2007

Dalam pidatonya lewat televisi, Presiden George W Bush untuk pertama kalinya mengakui secara terbuka kesalahan dalam perang Irak dan menyatakan itu sebagai tanggung jawabnya sendiri.

https://p.dw.com/p/CIw3
Foto: AP

Tetapi inti dari strategi barunya juga tidaklah meyakinkan, demikian pendapat Christina Bergmann dalam komentarnya:

Presiden George W Bush memaparkan strategi barunya di Irak. Tetapi kenyataannya, dalam soal pasukan AS, tidak banyak perubahan. Ia hanya membuat para penentangnya lebih sulit untuk menyerangnya, dengan menegaskan, bahwa dialah yang bertanggung jawab atas kesalahan di masa lalu. Ia juga memasukkan beberapa anjuran dari Komisi Baker dalam strategi barunya. Misalnya bahwa pemerintah Irak dan negara-negara tetangga Irak akan lebih dilibatkan. Tetapi Bush tetap mempertaruhkan segalanya pada langkah militer.
Tidak disebut-sebut tentang akan dimulainya gebrakan diplomatik dengan mengikutkan negara-negara tetangga Irak, yaitu Iran dan Suriah. Sebaliknya, Bush menghadapi kedua negara itu dengan melancarkan ancaman. Dan seperti yang sudah diduga semula, jumlah tentara AS di Irak akan ditambah lagi, padahal untuk jangka panjang Komisi Baker menyebut hal itu tidak bermanfaat. Para serdadu dapat mengamankan suatu wilayah terbatas, tetapi kalau mereka meninggalkan wilayah itu, maka semua kembali seperti sediakala. Masalah lainnya, kehadiran tentara AS di Irak menyerap tenaga yang diperlukan di tempat lain, seperti misalnya di Afghanistan.
Tetapi anjuran Komisi Baker untuk menarik pasukan AS, tidak akan diikuti oleh Bush. Alasannya, itu hanya akan menyebabkan ambruknya pemerintah Irak dan negara itu akan jatuh dalam kekacauan. Di lain pihak Bush juga menyampaikan kepada warga AS, bahwa bila rencananya pun berhasil, kekerasan akan tetap terjadi di Irak. Ini benar-benar sangat sinis. Sebab itu berarti, bertambahnya korban tewas di kalangan serdadu AS dan penduduk sipil Irak, bagi Bush bukanlah merupakan kegagalan dari politik yang dijalankannya.
Jadi Bush telah mempersiapkan warganya akan kemungkinan terus jatuhnya korban, walaupun ia tahu, jumlah warga yang mendukung Perang Irak terus berkurang. Tujuan Bush tetaplah Irak yang demokratis, Irak yang memerangi teroris dan bukan menampungnya. Tetapi kapan tujuan itu dapat tercapai, tidak disinggung. Yang pasti tidak dalam waktu setahun, dan Bush sendiri tentunya juga menyadari hal itu. Mungkin disinilah ia berspekulasi. Ia mengacu pada masa depan, dimana ia sendiri tidak lagi menjadi presiden. Jadi penggantinya nanti lah yang harus menangani segala dampak tindakannya.
Memang mengejutkan, bahwa seorang presiden AS salah menafsirkan sikap kepala batu sebagai kekuatan. Ia tidak mau menerima, bahwa kehadiran AS di Irak memperlemah posisi AS, bukan hanya di Irak, melainkan di seluruh dunia. Dengan segala upaya ia hendak meneruskan langkah yang sudah diambil, karena selama masa jabatannya ia tidak mau mengakui kegagalan politik utamanya. Banyak faktor yang menunjukkan bahwa itulah motif dari segala tindakannya.