1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Satu tahun setelah perang Lebanon

Peter Philipp1 Mei 2007
https://p.dw.com/p/CP6d

Tak ada yang terlalu terkejut mendengar hasil laporan Komisi Penyidikan yang disampaikan bekas Hakim Agung Israel Elijahu Winograd mengenai latar belakang dan kesalahan perang Libanon tahun lalu.

Kritik terhadap proses penetapan perang bukan baru terdengar hari Senin siang. Terutama mengenai kebijakan yang diambil semasa perang dan hasil akhir perang itu, karena tak satupun target yang diutarakan sebelum perang itu teraih. Serdadu Israel yang diculik tidak berhasil dibebaskan, kelompok Hisbullah gagal dilucuti dan situasi di Israel Utara tidak menjadi lebih aman. Yang terjadi justru sebaliknya.

Panglima perang Israel itu terpaksa mengundurkan diri dan publik menuntut tanggung jawab Perdana Menteri Ehud Olmert, atau setidaknya tanggung jawab Menteri Pertahanan Israel, Amir Peretz.

Awalnya saat pembentukan perintahan meski tak memiliki latar belakang militer, kedua politisi - Olmert sebagai pimpinan partai konservatif Kadima dan Perez, pemimpin partai Sosial Demokrat - masih dianggap tepat. Namun sekarang kenyataan bahwa keduanya hanya berlatar belakang sipil justru dianggap fatal. Demikian laporan Komisi Penyelidikan.

Kesalahan demi kesalahan dilakukan. Sebagai warga sipil mereka membiarkan diri ditekan oleh Panglima Militer saat itu. Selain itu, keduanya tidak mencari sumber informasi alternatif maupun mencari penyelesaian lain. Singkatnya, sepanjang proses ini keduanya gagal total.

Belum diketahui, apakah akan ada konsekwensi politik dari kegagalan ini? Nyatanya Olmert sudah berupaya bersembunyi dibalik keputusan kabinet. Disebutkan, ia tidak sendirian ketika mengambil keputusan itu, seluruh kabinet turut bertanggung jawab. Khususnya Menteri Pertahanan Amir Peretz dianggap terbukti membenarkan argumen dari Komisi Penyelidikan. Peretz sama sekali tidak mengerti masalah dan isyu yang berkaitan dengan militer. Oleh sebab itu laporan Komisi Penyelidikan mengecam Peretz melakukan kelalaian besar ketika menerima jabatan Menteri Pertahanan tanpa memiliki pengetahuan dalam bidang tersebut.

Bagi negara lain, pasti juga sangat menarik untuk mengetahui bahwa para pakar militer Israel juga dikecam dalam laporan itu. Ehud Barak dan Ariel Sharon, dua politisi yang cenderung lebih dekat ke militer adalah pendahulu Ehud Olmert.

Keduanya juga dipersalahkan karena ketika Israel keluar dari Lebanon tahun 2000, mereka tidak mempersiapkan rancangan tindak lanjut guna menghadapi kemungkinan terjadinya ancaman. Kini, satu tahun setelah perang Lebanon, kekesalan dan kebingunan di Israel tampaknya justru semakin besar.