1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: PBB Gagal di Somalia

Ludger Schadomsky31 Desember 2006

Untuk sebuah imbauan sederhana pun Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak berhasil menemukan kesepakatan.

https://p.dw.com/p/CPA7
Foto: AP

Imbauan pelaksanakan gencatan senjata gagal dikeluarkan. Padahal dewan itu justru mengaku berwenang untuk masalah perdamaian dan keamanan di dunia. Dua hari lamanya DK merembukkan masalah Somalia. Satu-satunya hasil adalah kebisuan. Dua hari diperlukan hanya untuk menyimpulkan kesepakatan internal, yakni: untuk sementara ini DK tidak menangani pertumpahan darah di negara Afrika tersebut. Dan untuk yang terakhir kalinya, Kofi Annan yang masih menjabat Sekretaris Jenderal PBB menyelamatkan reputasi moral PBB dengan menyatakan hal yang tidak berhasil dirumuskan oleh ke-15 anggota DK. Annan menuntut agar semua pasukan asing, termasuk dari Etiopia, keluar dari Somalia yang dilanda perang. Annan melakukannya tanpa dukungan dari DK yang terpecah.

Ketidakberdayaan DK tidak hanya membuat marah Qatar yang merupakan satu-satunya negara anggota dengan penduduk beragama Islam dari 15 negara dalam dewan tertinggi PBB itu. Qatar menuntut agar penyerbu Kristen dari Etiopia disebutkan dalam sebuah pernyataan. AS dan negara lainnya mencegah disinggungnya hal itu. Kemarahan negara Arab atas campur tangan antek-antek AS dan tidak adanya reaksi dari DK, mudah untuk dimengerti. Bukankah diasumsikan bahwa dewan tertinggi tersebut dapat membedakan antara invasi yang jahat dan yang baik. Kesan kembali muncul bahwa negara pemegang hak veto AS membiarkan mitranya untuk merampungkan rencananya. Mitra itu bisa bernama Etiopia atau Israel.

Keraguan DK menyangkut masalah Libanon yang berlangsung lama dan terkesan disengaja,tidak terlupakan. Dalam kasus Somalia, keraguan itu tampaknya tidak hanya disebabkan oleh perbedaan mencolok antara kubu mayoritas barat termasuk Rusia dan Cina, dan kubu Qatar, tetapi juga terutama karena susunan DK sudah tidak sesuai realitas saat ini. Selain itu dari 15 anggota DK wakil negara islam terlalu sedikit.

Ketidakberdaayan di New York itu lebih daripada sekedar menutupkan mata ketika pembunuhan di Somalia terjadi, lebih dari hanya membiarkan terjadinya invasi yang meninggalkan kekacauan bagi pemerintahan sementara, lebih dari ketidakberdayaan terhadap perang yang dilancarkan AS di tempat lain saat ini. Kebisuan saat ini terutama dapat menyebabkan dunia Islam akan semakin tidak mengindahkan DK yang didominasi negara barat dan akibatnya tidak hanya Teheran yang akan berpaling dari dewan tertinggi itu.

Dampak berat dari kebisuan terlihat pada kenyataan bahwa Somalia tetap terabaikan karena sudah merupakan kancah baru untuk pertempuran internasional melawan teroris; dan pasukan Etiopia, sama seperti tentara Amerika di Irak, hanya mengundang pejuang jihad dari seantero dunia.