1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

USA Kongresswahlen Obama

3 November 2010

Dalam pemilihan Kongres AS, partai Republik berhasil meraih mayoritas di Dewan Perwakilan Rakyat. Sementara di Senat, partai Demokrat kehilangan dua kursi, namun masih dapat mempertahankan mayoritas.

https://p.dw.com/p/Px8k
Presiden Obama ketika berkampanye di Temple University, PhiladelphiaFoto: AP

Ini ibarat sebuah tamparan bagi Obama yang memang sudah diramalkan sebelumnya. Presiden Amerika Serikat Barack Obama mencoba melakukan semuanya sebaik mungkin dan itu, sekaligus. Kini ia baru menyadari, sikap tersebut membuatnya kehilangan simpati dari semua kubu. Kubu konservatif geram, terutama karena reformasi kesehatan, yang menurutnya adalah sebuah intervensi negara yang tidak benar terhadap kehidupan pribadi. Ketika itu, Obama tidak menggunakan kesempatan berdebat terkait reformasi kesehatan. Kini ia harus terima, bahwa semua upaya tidak akan cukup jika hanya ingin melakukan yang terbaik. Seharusnya hal itu dibicarakan hingga tuntas.

Kalangan mitra setia Obama juga menilai, bahwa ia tidak menaruh prioritas dengan tepat. Menurut mereka, seharusnya ia mengurusi ekonomi AS terlebih dahulu daripada mereformasi sistem kesehatan AS. Memang, di awal masa jabatannya ia sempat melakukan upaya pemulihan ekonomi. Namun nampaknya, pemerintah Obama terlalu dini berpendapat, konjunktur sudah terpulihkan dan ketika itu akan meningkat terus. Ternyata krisis ekonomi di Eropa menggagalkan harapan Obama dan berdampak pada jumlah pengangguran di AS yang semakin bertambah. Obama terlambat menyadari, bahwa rakyat AS akan menyalahkan Geung Putih jika situasi mereka memburuk.

Obama juga mengecewakan warga AS yang setia memilihnya. Misalnya terkait ketidakjelasan peraturan militer yang menyatakan, homoseksual sebenarnya tidak boleh masuk tentara. Padahal dalam kampanye pemilu Obama menjanjikan akan mencabut peraturan tersebut. Janji ini dan janji lain, penjara militer di Guantanamo akan ditutup dalam satu tahun, tidak ditepatinya.

Ada satu hal penting yang diabaikan Barack Obama. Pemilih di seluruh AS kurang menganggap pemerintah di Washington. Dua tahun yang lalu hal ini menguntungkan Obama. Waktu itu ia berjanji akan mengubah politik di ibukota. Tetapi, ia tidak berhasil mewujudkannya. Jurang antara Partai Demokrat dan Republik tidak pernah sebesar sekarang. Kini saatnya, Obama memenuhi janji tersebut dan bersedia bekerja-sama melewati lintas partai.

Untuk terus-menerus menyalahkan kubu Republik, yang kini sudah terbiasa untuk menyatakan „tidak“, tidak akan membawa keuntungan, begitu juga bila terus-terusan menudingkan jari kepada pemerintah sebelumnya. Memang benar, George W. Bush menjerumuskan AS ke dalam kemelut krisis. Tetapi, itu masa lalu. Washington, kini adalah Barack Obama. Dan hal ini dirasakan oleh Obama pada hari pemilihan dengan tamparan menyakitkan.

Christina Bergmann
Christina Bergmann

Christina Bergmann

Editor: Andriani Nangoy