1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bundeswehr Afghanistan

27 November 2009

Kasus pemboman truk tangki di Kundus, meluas jadi skandal politik di Jerman. Akibatnya dua pejabat tinggi mengundurkan diri. Kementerian pertahanan dituduh sengaja merahasiakan jatuhnya korban sipil dalam insiden itu.

https://p.dw.com/p/Kj2y
Redaktur Deutsche Welle, Bernd RiegertFoto: DW

Insiden serangan bom terhadap dua truk tangki di Kundus, Afghanistan, mengguncang politik Jerman. Serangan itu diperintahkan oleh komandan pasukan Jerman yang bertugas di Kundus.

Jendral bintang empat Wolfgang Schneiderhan, komandan tertinggi militer Jerman, harus meletakkan jabatan. Juga wakil menteri pertahanan Peter Wichert. Dengan langkah ini, Menteri Pertahanan yang baru, Karl Theodor zu Guttenberg, ingin menunjukkan bahwa ia mengambil tindakan tegas.

Sekarang dimulai permainan politik seperti biasanya. Siapa yang tahu tentang apa? Siapa yang seharusnya mengetahui sesuatu, dan kapan? Siapa yang berbohong, secara sengaja atau tidak sengaja? Kekacauan informasi yang terjadi di Kementerian Pertahanan langsung jadi santapan besar bagi pihak oposisi.

Minimnya Komunikasi Publik

Padahal dulu, SPD yang sekarang beroposisi, juga terlibat dalam pemerintahan koalisi besar. Jadi agak aneh, kalau pimpinan oposisi Frank Walter Steinmeier, yang dulu menjabat Menteri Luar Negeri, sekarang berteriak keras menuntut penuntasan kasus ini. Padahal setelah peristiwa pemboman September lalu itu, ia berdiam diri.

Yang penting sekarang adalah menegaskan lagi, bahwa pengunduran diri ini berhubungan dengan politik informasi yang dijalankan Kementerian Pertahanan. Jadi tidak berhubungan pertanyaan, apakah keputusan komandan Jerman memerintahkan serangan itu merupakan keputusan yang betul atau salah.

Bahkan Menteri Pertahanan yang baru, Guttenberg, pada awalnya juga membela serangan terhadap truk tangki itu. Dalam kunjungan pertamanya ke Afghanistan, Guttenberg bisa menyaksikan sendiri betapa sulitnya situasi para tentara Jerman yang bertugas di sana.

Koridor hukum bagi serdadu di Afghanistan

Sampai sekarang belum bisa dipastikan, berapa orang yang tewas dalam serangan itu. Angka yang disebutkan bervariasi dari 17 sampai 142 orang. Lalu siapa para korban itu? Taliban atau warga sipil? Menurut Undang-Undang Internasional, jatuhnya korban sipil dalam perang harus dihindari.

Komandan Jerman yang memerintahkan serangan itu hanya bisa diadili, jika ia sebelumnya memang sudah tahu, bahwa akan jatuh korban sipil dalam jumlah besar, tapi tetap mengambil resiko itu.

Debat yang sekarang muncul di Jerman akan membuat para serdadu yang sedang melaksanakan misi militer di luar negeri makin bingung. Apa yang boleh mereka lakukan dan apa yang tidak, untuk memenuhi misinya? Dalam hal ini, pemerintah Jerman harus menetapkan aturan yang jelas dan praktis. Mundurnya seorang jendral yang sudah banyak berjasa tidak menyelesaikan masalahnya.

Bernd Riegert

Editor: Hendra Pasuhuk