1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tahanan Politik - Batu Ujian Reformasi Myanmar

9 Januari 2012

Myanmar di bawah Presiden Thein Sein perlahan membuka diri. Akhir 2011, 230 tahanan politik dibebaskan. Tapi itu hanya sebagian kecil, diperkirakan sekitar 600 sampai 1.500 pembangkang kini masih ditahan.

https://p.dw.com/p/13gVa
Akankah Thein Sein membebaskan semua tahanan politik?Foto: AP

Salah seorang yang pernah ditangkap empat kali, dan pada Oktober 2011 dibebaskan adalah komedian terkenal: Zarganar. Ia beken karena lelucon satirnya tentang junta militer. Zarganar mengaku sering memikirkan mereka yang kini masih dipenjara, "Setelah dibebaskan, saya duduk di pesawat, dari mana saya bisa melihat penjara Myitkyina dari udara. Saya sekarang bebas, tapi kawan-kawan saya masih ditahan, dan saya sangat sedih”.

Pemerintah Myanmar telah berjanji akan membebaskan para tahanan politik lainnya. Pada awal Januari 2012 menurut sebuah organisasi eksil Myanmar, pemerintah hanya membebaskan sekitar 33 tahanan. Bagi kelompok oposisi, itu sangat mengecewakan. Pemerintah telah gagal memenuhi janji mereka, kata Zarganar.

Garrett Kostin, seorang aktivis demokrasi Myanmar dari organisasi “Sahabat Terbaik” yang berbasis di Thailand menilai, "Sebuah negara yang punya cara berpikir yang demokratis tidak boleh memenjarakan tahanan politik. Kalau ingin membuat kami percaya bahwa pemerintah telah berubah, maka mereka harus menunjukkannya dengan membebaskan para tahanan politik. Selama ini, mereka selalu membantah adanya tahanan politik di Birma.“

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dan partnernya William Hague dari Inggris, yang baru-baru ini mengunjungi Yangoon, telah mengirimkan sinyal jelas, bahwa tanpa reformasi lebih lanjut, Barat tak akan mencabut sanksi ekonomi yang selama ini mereka jatuhkan terhadap Myanmar.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague menegaskan, "Ini sangat penting, bahwa kerja belum selesai, dan kami akan mengamati bagaimana pemerintahan Myanmar akan bekerja. Kami juga mempertimbangkan untuk mengurangi sanksi Uni Eropa. Dalam pertemuan dengan presiden dan beberapa menteri, saya sudah menjelaskan dari perspektif internasional kami bahwa pembebasan tahanan politik adalah prioritas tertinggi."

Bagaimanapun beredar laporan bahwa Presiden Thein Sein akan melakukan semua hal yang mungkin untuk menjalankan demokratisasi. Termasuk dengan menawarkan solusi damai jangka panjang untuk mengakhiri konflik dengan kelompok etnis yang selama ini memberontak.

Tapi reformasi bukan perkara gampang. Aktivis pro demokrasi Myanmar Garrett Kostin menilai masih ada tokoh garis keras di dalam pemerintah, "Dia, Thein Sein adalah presiden, dan jika ada pertarungan kekuasaan dengan para wakil atau anggota parlemen, ia harus bisa mengatasinya. Satu dari wakil presiden adalah seorang konservatif garis keras. Tapi jika Presiden Thein merasa wajib untuk melaksanakan reformasi nyata, maka ia bisa mengambilalih kepemimpinan dan mengatasinya."

Jalan untuk sebuah perubahan nyata kelihatannya masih akan panjang. Pemilihan umum untuk memperebutkan 48 kursi di parlemen dijadwalkan bakal digelar pada awal April. Partai tokoh oposisi Aung San Suu Kyi, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi, akan ikut bertarung. Tapi itu diperkirakan, tidak akan bisa dengan cepat mengubah wajah Myanmar dalam waktu dekat.

Andy Budiman Editor: Hendra Pasuhuk