1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Suriah Dalam Pemilu Jerman

Jeanette Seiffert10 September 2013

Kanselir Merkel terlambat mendukung posisi Obama di KTT G20. Oposisi langsung mengeritik sikap Merkel. Tapi krisis Suriah tidak jadi tema besar dalam pemilu.

https://p.dw.com/p/19ear
Angela Merkel (L) and U.S. President Barack Obama walk together during the G20 summit in St.Petersburg September 6, 2013.
G20 St Petersburg 06.09.2013 Obama dan MerkelFoto: Reuters/Anton Denisov/RIA Novosti

Dalam KTT G20 di St Petersburg, Amerika Serikat mengeluarkan deklarasi yang menyatakan Bashar al Assad harus bertanggung jawab atas serangan senjata kimia di Suriah. Kanselir Jerman Angela Merkel menolak menandatangani deklarasi itu, lalu meninggalkan St Petersburg tanpa keterangan apa-apa.

Ketika tiba di Jerman beberapa jam kemudian, Merkel mengetahui bahwa ia adalah satu-satunya pimpinan negara barat yang tidak menandatangani deklarasi itu. Di panggung diplomatik, Jerman tiba-tiba berada dalam satu posisi dengan Rusia dan Cina. Sikap Jerman langsung dipertanyakan oleh mitra-mitranya di barat.

Menyadari kekeliruannya, Merkel berusaha menyelamatkan situasi. Beberapa jam kemudian, ia menandatangani deklarasi Amerika tentang Suriah. Mengenai keterlambatan itu, Merkel memberi alasan bahwa ia ingin memberi kesempatan kepada negara-negara kecil di Eropa untuk mencari posisi bersama.

Peluang bagi oposisi?

Pihak oposisi di Jerman langsung melihat peluang mengangkat isu tersebut dalam kampanye pemilu. Ketua partai oposisi SPD, Sigmar Gabriel, menyebut sikap Merkel sebagai "kegagalan total politik luar negeri Jerman". Apakah krisis Suriah bisa jadi tema besar dalam kampanye pemilu di Jerman?

Jurubicara luar negeri SPD, Rolf Mützenich mengatakan, ini adalah kesempatan baik untuk mengeritik politik pemerintah secara keseluruhan. Negara-negara Eropa yang lain kelihatannya melakukan pembicaraan dengan Amerika dan Kanada di sela-sela KTT G20 tanpa melibatkan Jerman. "Ini menunjukkan bahwa Jerman saat ini tidak punya pengaruh dalam politik internasional", kata Mützenich.

Mützenich juga menuduh kanselir Merkel diam-diam mendukung posisi Obama, tapi tidak ingin hal ini diketahui oleh publik Jerman yang dikenal kritis. "Obama sendiri mengatakan, bahwa para pemimpin pemerintahan dalam pembicaraan empat mata sudah menyatakan setuju dengan politiknya. Obama berharap, mereka juga akan memberikan dukungan secara terbuka di hadapan publik."

Pihak oposisi kelihatannya ingin menyudutkan Merkel sebagai pemimpin yang sering mengubah pendiriannya dan tidak bersikap jujur kepada publik.

Belajar dari perang Irak

Politik luar negeri memang bisa ikut menentukan hasil pemilu di Jerman. Hal ini terbukti dalam pemilu 2002. Ketika itu, kandidat SPD Gerhard Schröder secara tegas menolak keterlibatan Jerman dalam serangan ke Irak. Sementara Merkel yang saat itu menjadi pemimpin oposisi menyatakan, tetap harus ada opsi militer untuk Irak. Ternyata, Schröder mendapat dukungan besar dari warga Jerman dan akhirnya memenangkan pemilu.

Tapi kalangan pengamat menilai, kasus Suriah berbeda dengan kasus Irak. Karena dalam krisis Suriah, tidak ada perbedaan besar antara partai-partai politik. "Jadi kasus Suriah tidak cocok menjadi munisi dalam kampanye pemilu", kata pengamat politik Josef Janning dari lembaga penelitian politik luar negeri DGAP. "Sikap pemerintah dan partai-partai oposisi sebenarnya tidak jauh berbeda." Menurut Janning, SPD tidak akan berhasil memobilisasi pemilih untuk menentang Merkel sehubungan dengan krisis Suriah.

Josef Janning juga tidak khawatir bahwa pengaruh Jerman di panggung internasional makin kecil. Sebab dunia sudah tahu, bahwa sebagian besar rakyat Jerman memang tidak setuju dengan aksi militer. Ini berhubungan dengan sejarah Jerman. Jadi masyarakat internasional juga tidak terlalu berharap bahwa Jerman akan terlibat dalam serangan militer. Apalagi Jerman saat ini sedang berada di tengah masa kampanye pemilu.