1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sufisme 'Terancam' di Pakistan

Shadi Khan Saif26 November 2013

Pakar Sufisme Eropa mengkhawatirkan masa depan keberagaman agama di tengah ekstremisme yang terus berkembang di Pakistan. Kini peran mistisisme Islam tidak lagi sebesar di masa lalu.

https://p.dw.com/p/1ANVV
Foto: DW/S. K. Saif

Sufisme, paham mistik dalam Islam untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, telah dipraktekkan selama berabad-abad dalam dunia Islam. Ilmu ini juga banyak mempengaruhi individu, filsuf, penulis serta ahli teologi di luar negara-negara Muslim.

Pakar ilmu sosial Jerman Jürgen Wasim Frembgen dan ahli sejarah Perancis Michel Boivin adalah dua akademisi yang telah meriset secara mendalam Sufisme, musik Sufi serta kuil Sufi di Pakistan.

Kedua pakar berbagi pikiran terkait semakin berkurangnya kebudayaan Sufi di Pakistan dalam sebuah acara di Goethe Institut di Karachi baru-baru ini. Frembgen, yang juga mengajar studi Islam di Universitas München, menyampaikan kekhawatirannya akan masa depan Sufisme di Pakistan yang terancam punah.

Sang akademisi memuji betapa plural dan inklusif setiap tempat ibadah Sufi di Pakistan. Frembgen menambahkan bahwa orang luar dan orang asing selalu diterima dan ditoleransi di tempat-tempat suci tersebut. Sufisme menyediakan jembatan bagi cinta, harmoni dan toleransi selama berabad-abad, katanya.

Frembgen: Pluralisme terletak pada jantung Sufisme
Frembgen: Pluralisme terletak pada jantung SufismeFoto: DW/S. K. Saif

"Sufisme tidak memegang peranan penting lagi di tengah masyarakat Pakistan. Kami mengetahui bahwa sejumlah gerakan politik dan Islam garis keras tidak menyukai sufisme di Pakistan. Sufisme dinilai 'haram' atau terlarang dalam ideologi mereka," ungkap Frembgen.

Pengaruh Wahhabisme

Pakistan, sebuah negara berpenduduk 170 juta lebih dengan mayoritas Islam Sunni, memiliki ratusan kuil yang didatangi para penganut Sufisme untuk mencari ketenangan batin. Namun lokasi ibadah tersebut juga menjadi target serangan teroris yang terus meningkat.

Pada festival Sufi tahunan di Karachi bulan Oktober, jumlah pengikut terlihat jauh lebih sedikit ketimbang tahun sebelumnya. Kuil Abdullah Shah Ghazi menjadi target dua pelaku bom bunuh diri 2 tahun lalu menewaskan 10 orang.

Para militan - kebanyakan dari kelompok Islam Wahhabi - menyerang beberapa kuil Sufi di banyak kota Pakistan dalam beberapa tahun terakhir, menewaskan sejumlah pengikut, yang sebagian besar anggota kelompok Islam minoritas Syiah atau mayoritas Sunni-Barelwi.

Ahli sejarah mengatakan bahwa baik Syiah maupun Barelwi meyakini interpretasi budaya Islam secara meluas dan mencari inspirasi dari orang-orang suci bangsa Persia dan Arab, yang berperan menyebarluaskan Islam ke seluruh sub benua India. Orang-orang suci Muslim tersebut juga banyak dicintai oleh penganut Hindu, Sikhisme, Kristen dan Yahudi di Asia Selatan. Namun banyak juga penganut Syiah dan Barelwi yang memuja mistik asal India dan mengunjungi tempat ibadah mereka.

Sebaliknya, penganut Wahhabisme yang jumlahnya lebih sedikit daripada Sunni, memuja 'Islam puritan' dan menilai beribadah di kuil-kuil di luar keyakinan Islam bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Frembgen juga prihatin akan renovasi arsitektur sejumlah kuil Sufi di bawah pengaruh Wahhabisme. Ia menilai kecantikan artistik kuil-kuil tersebut telah ternoda oleh ubin keramik monoton yang menjadi bagian renovasi. Para pakar melihat perkembangan ini sebagai bukti bahwa semakin banyak warga Pakistan yang mengadopsi kebudayaan Wahhabisme.

Taliban pernah menyerang beberapa kuil Sufi
Taliban pernah menyerang beberapa kuil SufiFoto: cc-by-Shaun Metcalfe

Optimisme

Tapi belum semuanya hilang, tegas akademisi Perancis Michel Boivin.

"Kuil-kuil Sufi tidak hanya terancam tapi diserang di berbagai penjuru Pakistan, namun festival Sufi masih dihadiri banyak pengikut," ucap Boivin.

Attiya Dawood, seorang penulis dan aktivis perdamaian, memandang kecintaan terhadap orang-orang suci telah mendarah daging bagi ratusan ribu warga Pakistan dan banyak yang datang ke kuil dan mendengarkan qawwali, atau musik Sufi.

"Taliban ingin menciptakan ketakutan di tengah masyarakat dengan menyerang tempat ibadah mereka sehingga dapat membatasi kebebasan dan mobilitas sosial," tambahnya.