1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sudan Selatan Siap Hadapi Perang

11 April 2012

Sudan Selatan persiapkan diri untuk menghadapi serangan dari negara tetangga, Sudan. Pertempuran di perbatasan kini sudah masuki hari kedua.

https://p.dw.com/p/14bdQ
Süden , Südsudan , Unabhängigkeit , Sudan , Politik , Fahne , Militär , Uniform , Flagge , Soldat , Feier
Unterzeichnung des Nichtangriffpaktes zwischen Sudan und SüdsudanFoto: picture alliance/Photoshot

Juru bicara Sudan Selatan mendesak parlemen Rabu, 11 April untuk menggerakkan penduduk agar mempertahankan negara muda tersebut, jika Sudan mengadakan serangan. Dalam beberapa hari terakhir pertempuran sudah terjadi di sepanjang perbatasan yang diperebutkan.

"Khartoum kemungkinan memang hendak melaksanakan perang. Jika kita tidak mempertahankan diri, kamu akan binasa. Jadi kita harus menggerakkan orang-orang agar siaga." Demikian dikatakan wakil kepala partai yang berkuasa di Sudan Selatan, James Wani Igga di depan parlemen. "Perkembangan di perbatasan sangat buruk. Kita harus bersiap-siap dalam berbagai hal, karena mereka menyerang dari berbagai sisi." Demikian ditegaskan Igga. Seruannya disambut dengan tepuk tangan dari politisi yang menghadiri sidang parlemen.

Pertempuran Hari Kedua

Pertempuran besar memasuki hari kedua, Rabu, 11 April, ketika pesawat tempur Sudan membom daerah kaya minyak di Sudan Selatan, yang diperebutkan. Pasukan Sudan Selatan menempatkan diri di daerah ladang minyak Heglig, yang direbut kembali dari pasukan Sudan, Selasa 10 April.

Am 9.7.2011 wird Südsudan ein unabhängiger Staat.
Peta wilayah Sudan Selatan serta perbatasan dengan Sudan

Di Khartoum, parlemen Sudan menyerukan penghentian negosiasi dengan pemerintah di Juba, yang dipimpin Uni Afrika, menyangkut sengketa alot soal minyak, garis demarkasi, daerah yang diperebutkan dan masalah kewarganegaraan. Parlemen Sudan Selatan kemudian menghentikan negosiasi dan segera menarik delegasinya. Demikian laporan radio pemerintah, Omdurman.

Pertempuran menyusul pertikaian di perbatasan, yang muncul bulan lalu antar warga yang bertetangga. Itu menjadi kerusuhan terbesar sejak pemerintah di Juba menyatakan kemerdekaan Juli tahun 2011. Kerusuhan itu kini juga menimbulkan kekhawatiran internasional akan kembalinya situasi perang. Selasa 10 April, seorang koresponden AFP yang berada di dekat fron Sudan Selatan mendengar tembakan artileri berat dan sejumlah serangan udara selama sekitar sejam. Sebuah bom dijatuhkan dari pesawat yang mendarat sekitar satu kilometer dari lokasi.

Pergerakan besar pasukan Sudan Selatan tampak di dekat garis perbatasan. Sejumlah konvoi tentara sedang dalam perjalanan ke daerah from di dekat Heglig. Sudan Selatan menganggap daerah itu termasuk wilayahnya. Tetapi sebagian besar produksi minya Khartoum berasal dari daerah itu.

afpe/rtre/Marjory Linardy