1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Suasana Hubungan Rusia dengan Uni Eropa

23 Oktober 2007

Menjelang pertemuan Rusia dengan Uni Eropa di Mafra Portugal, suasana hubungan masih diwarnai awan-awan kelabu. Tapi Uni Eropa hanya dapat berkembang bersama Rusia dan bukan melawan Rusia. Inilah yang akan digarisbawahi dalam pertemuan Jumat (26/10) mendatang.

https://p.dw.com/p/CJ7e
Presiden Rusia Putin (kanan) dalam pertemuan dengan pejabat UE
Presiden Rusia Putin (kanan) dalam pertemuan dengan pejabat UEFoto: AP

Di balik pintu tertutup, pihak Uni Eropa menyebutkan perkembangan Rusia tidak boleh hanya meliputi bidang ekonomi dan energi, melainkan juga harus mencakup nilai dasar yang sama. Yakni negara berlandaskan hukum, kebebasan mengemukakan pendapat, hak asasi manusia. Dalam hal ini Rusia masih mengalami kemunduran dan menimbulkan kekhawatirannya. Pakar dan politisi Rusia membantah kritik ini, mereka semakin sering menyebutnya sebagai haluan konfrontasi atau suasana anti Rusia dalam Uni Eropa, serta pemberitaan media yangkeliru dari dan tentang Rusia. Falk Bomsdorf, ketua Friedrich-Naumann-Stiftung di Moskow menerangkan

O-Ton Bomsdorf

„Apa yang menyangkut kelompok politik, elit politik: Mereka sering berpikir, penekanan kami tentang nilai-nilai itu hanya dipikirkan untuk sebuah instrumen politik, sebagai upaya menanamkan pengaruh di Rusia dan mempertahankannya agar mencapai pengaruh politik tertentu. Mereka akhirnya tidak menerima bahwa kami mewakili sesuatu yang serius dan ingin meraih sesuatu.“

Hal yang juga menimbulkan keresahan Rusia adalah negara di Uni Eropa yang dulunya selama empat puluh tahun tergabung dalam kawasan bekas Uni Sovyet, yang kini menjadi anggota lembaga tersebut serta menyuarakan nada kritis terhadap Rusia. Misalnya masalah dengan Polandia, dimana Warsawa memveto perundingan Uni Eropa menyangkut perjanjian baru dengan Rusia, sebagai reaksi terhadap larangan Rusia untuk impor daging dari Polandia tahun 2005 lalu. Atau masalah pemindahan prasasti pahlawan perang Uni Sovyet di Tallinn, dimana pemerintah Estonia memindahkan prasasti itu dari lokasi sebelumnya. Rusia mengkritik keras hal ini dan menyebutnya sebagai penghinaan tentaranya. Dan yang berikutnya situasi kelompok minoritas Rusia di negara-negara Baltik yang hingga sekarang masih tidak memiliki kewargaan-negara. Gernot Erler, menteri negara di kementerian luar negeri Jerman sejak lama memperhatikan semakin rumitnya hubungan Rusia dan Eropa. Tapi Erler masih melihat hal positif dari hubungan yang sulit dengan Rusia

„Orang masih dapat membuat daftar dengan banyak point dimana antara Uni Eropa dan Rusia dan juga antara Amerika dan Rusia, terdapat kesamaan di bidang politik. Apakah itu perang internasional melawan jaringan terorisme, atau misalnya politik Timur Tengah. Atau fungsi Rusia sebagai anggota kwartet Timur Tengah atau kepentingan stabilitas negara tetangga, dimana kepentingan Rusia dan Eropa sejalan. Sikap Rusia didramatisir, itu yang ditangkap secara emosional, yang menimbulkan banyak frustrasi dalam hubungan dengan Rusia.

Namun menurut Erler lebih jauh, jika orang memandang pada politik praktis, terhadap kejadian sebenarnya, masih ditemui banyak hal yang konstruktif, juga dalam upaya yang dilakukan Jerman. Dan itu tidak boleh dilupakan.