1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Status Quo di Semenanjung Korea Terancam

25 Mei 2010

Konflik yang memanas di Semenanjung Korea setelah torpedo Korea Utara menenggelamkan kapal korvet Korea Selatan, menjadi sorotan media cetak internasional.

https://p.dw.com/p/NWNA
Demonstran Korsel di Seoul, dengan potret Presiden Korut Kim Jong Il yang dicorengFoto: AP

Ketegangan yang meruncing antara Korea Selatan dan Korea Utara menjadi sorotan harian Spanyol Expansion

„Seoul menuduh Pyongyang bertanggung jawab atas tenggelamnya kapal perang Korea Selatan akhir Maret lalu. Konflik yang meruncing di semenanjung Korea mengancam kondisi status quo yang selama ini berlaku di Asia. Amerika Serikat juga menganggap Korea Utara bertanggung jawab atas tenggelamnya kapal korvet, tapi menolak menyebutnya sebagai aksi perang. Washington memiliki kepentingan meredakan konflik tersebut. Karena Cina yang merupakan mitra satu-satunya Korea Utara adalah mitra keuangan terpenting Amerika Serikat. Selain itu di Asia, Washington sudah terlibat dalam dua front. Yakni dalam perang di Afghanistan dan konflik program atom Iran.“

Dampak sengketa antara Korea Utara dan Korea Selatan bagi Amerika Serikat menjadi tema komentar harian Italia La Repubblica:

„Dari kesan pertama serangan berat Korea Utara di lautan dengan 46 korban tewas, tidak menyenangkan Washington. Pemerintah Presiden Barack Obama melihat bahwa kini masih ada front panas lainnya, kali ini di Timur Jauh. Selain masalah program atom Iran, dan dua pertempuran di Irak dan Afghanistan. Pendapat umum di Amerika Serikat masih menilai Obama dengan politik membuka diri tidak meraih apapun, juga dalam masalah program atom Korea Utara. Tapi ada efek positif langsung lainnya dari ketegangan eskalasi ini bagi Amerika Serikat: Serangan negara komunis Korea Utara mendorong pemerintah dan masyarakat di Jepang mengakhiri sengketa lama berkaitan dengan pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa.“

Setelah Facebook diketahui memberikan data pengguna jasanya kepada mitra iklannya, jaringan sosial online itu tidak hanya terancam kehilangan 60 persen anggotanya, tapi fenomena yang oleh Facebook diakui sebagai kesalahan data ini menjadi sorotan media cetak. Facebook ibaratnya Big Brother dengan wajah yang ramah. Demikian komentar harian Belgia De Standaard. Selanjutnya harian itu menulis

„Profil pengguna pribadi pada Facebook pada kenyataannya merupakan emas berharga bagi mereka yang ingin menjual apa pun kepada kita. Direktur Facebook Mark Zuckerberg pernah berprediksi, bahwa dalam dunia baru ini tidak ada lagi tempat untuk pandangan kuno menyangkut kawasan pribadi. Bentuk dari jaringan sosial saat ini terdiri dari bagian informasi pribadi. Untungnya semakin banyak orang yang mengerti bahwa Facebook tampaknya terancam menjadi istilah lain dari Big Brother. Memang dengan wajah yang lebih ramah, tapi Big Brother yang terus bermain dengan standar perlindungan data dan pelanggannya yang dianggap agak bodoh, seharusnya tidak begitu percaya.“

DK/AR/dpa