1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Status Darurat Kerusuhan Rasial di Charlotte

22 September 2016

Aksi protes di Charlotte, North Carolina AS yang dipicu penembakan warga kulit hitam tak bersenjata memuncak jadi kerusuhan. Gubernur North Carolina nyatakan situasi darurat di kota itu.

https://p.dw.com/p/1K6QC
USA Polizei erschießt Afro-Amerikaner in North Carolina - Proteste
Foto: Reuters/J. Miczek

Amerika Serikat kembali diguncang aksi protes berlatar belakang penembakan rasialis. Menyusul insiden aksi tembak mati seorang warga kulit hitam yang disebut tak bersenjata, Keith Lamon Scott Selasa lalu, warga menggelar aksi demonstrasi damai untuk memprotes kekerasan oleh polisi terhadap warga Afro Amerika yang terus berlangsung.

Charlotte protests broadcast live on Facebook

Protes yang mulanya digelar secara damai berubah menjadi aksi kekerasan setelah polisi bertindak brutal membubarkan para demonstran yang bergerak menuju kawasan pusat kota Charlotte. Saksi mata melaporkan polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata, menggunakan semprotkan merica dan granat pengejut untuk membubarkan massa. Polisi melaporkan, para demonstran yang terlebih dulu melemparin polisi dengan petasan dan batu.

Bentrokan bertambah hebat, setelah tersiar kabar seorang demonstran tewas tertembak oleh polisi. Para demonstran mulai memecahkan kaca-kaca bangunan di dekat sebuah hotel berbintang. Aksi penjarahan dilaporkan pecah setelah situasi bertambah kacau.

Beberapa jam kemudian polisi melaporkan, korban tertembak tidak mati tapi dalam kondisi kritis. Aparat keamanan juga menuduh tembakan dilepaskan dari kerumunan demonstran. Setelah diguncang aksi protes selama dua hari, gubernur negara bagian North Carolina, Pat MacCrory menyatakan situasi darurat di kota Charlotte.

Dua versi insiden penembakan

Presiden Barack Obama bereaksi langsung menanggapi insiden penembakan warga kulit hitam oleh polisi kulit putih yang kesekian kalinya itu, dengan menelpon langsung walikota Charlotte untuk meminta informasi.

Sejauh ini terdapat dua versi terkait penembakan warga Afro-Amerika itu. Komanmdan kepolisian di Charlotte, Kerr Putney tetap ngotot menyatakan korban membawa senjata api dan aparat menemukan senjata bersangkutan. Sementara sejumlah saksi mata menyebut, korban penembakan hanya membawa buku, dan sudah mengangkat tangan saat diperintahkan keluar mobilnya.

Kandidat presiden dari kedua partai besar, Hillary Clinton dan Donald Trump secara senada juga mengecam aksi penembakan oleh polisi di North Carolina dan aksi serupa di Oklahoma. Kubu Demokrat mengecamnya sebagai tidak bisa ditolerir. Sementara kubu Republik mengecamnya sebagi sangat berbahaya.

Kelompok aktivis kulit hitam Amerika Serikat kini menyerukan boikot ekonomi di Charlotte. Sementara American Civil Liberties Union menuntut kepolisian untuk merilis rekaman video dari dashbord mobil patroli dan kamera yang dipasang di badan polisi, untuk mendapat kejelasan dari insiden berbu rasialis ini.

as/ap(rtr,afp,ap,dpa)