1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Soundtrack Kota Berlin

Louise Osborne4 Januari 2013

Jika anda berjalan perlahan dan berhenti memandangi ponsel, anda mungkin bisa mendengar soundtrack kota Berlin. Tidak selalu sama, tapi selalu ada.

https://p.dw.com/p/17ECj
Foto: DW/L.Osborne

Di banyak kota di seluruh dunia di hari apapun, anda bisa menemui pengamen yang mengadu nasib, berharap menarik perhatian pejalan kaki, mendapatkan audiens untuk ekspresi bermusik mereka, dan pulang dengan topi penuh koin berkat kerja keras.

Penyanyi jalanan Berlin tampaknya membawa resep lama ke level baru. Mereka tampil dengan band penuh, termasuk vokalis yang dilengkapi mulai dari alat pengubah akustik hingga barisan pengeras suara profesional, bertempat di stasiun-stasiun kereta bawah tanah, pasar loak, taman-taman kota dan alun-alun di berbagai penjuru ibukota Jerman.

Selalu menyenangkan untuk menemukan sebuah band atau musisi tunggal menghibur selingkaran pejalan kaki yang terlihat senang.

Setiap hari Minggu, tidak hanya pasar loak yang menjadi daya tarik warga Berlin untuk datang ke Mauerpark. Tapi juga 'konser-konser' outdoor yang menampilkan musisi dengan beragam bakat.

Duet dengan kotak hitam

Seorang musisi bermain gitar sembari tersenyum di hadapan kerumunan orang, dan ia pun mulai berdialog dengan audiens sambil menunjuk ke sebuah kotak yang mengeluarkan suara iringan bassdrum.

"Ada seorang lelaki kecil bermain drum di dalam situ," ia berkelakar.

Sesuatu mengenai karisma Frederik Konradsen (foto di atas) yang santai seakan mencerminkan kebebasan dan kesenangan dari kota yang telah ia anggap sebagai rumah.

Seperti banyak musisi lain yang bermain di jalanan Berlin, sang solois yang lahir di Madagaskar dan besar di Denmark, Frederik jatuh cinta pada dunia musik di Berlin dan kebebasan untuk dapat bermain musik dimanapun dan kapanpun ia mau.

"Kalau saya lagi di Berlin hari Minggu, saya pergi ke Mauerpark atau Kollwitzplatz," ungkapnya. "Pada musim dingin, saya pergi ke Alexanderplatz, dan begitu cuacanya membaik, saya suka bermain di sekitar Museum Bode. Orang-orang bersantai di atas rumput di bawah matahari."

Rupert's Kitchen Orchestra pasti mencuri hati anda
Rupert's Kitchen Orchestra pasti mencuri hati andaFoto: DW/L.Osborne

Frederik merasa gaya hidup yang penuh kebebasan di Berlin cocok dengan pribadinya.

"Adalah kebebasan untuk bangun pagi dan merencanakan konser 30 menit sebelum berlangsung," jelasnya. "Begitu spontan dan kalau tidak berhasil, saya bisa beres-beres dan langsung pergi. Seringnya dengan penonton, kita baru ketemu dan begitu mereka melihat saya, mereka diberikan pilihan untuk berhenti dan mendengarkan atau melanjutkan aktivitas. Penuh kebebasan."

Kerja keras untuk lirikan

Band lain yang juga mahir menarik perhatian adalah Rupert's Kitchen Orchestra. Dinamis dan merangsang seperti kota itu sendiri, vokalis mereka mampu berpose secara ekspresif hingga memaksa pejalan kaki untuk berhenti.

"Anda harus meyakinkan orang dengan musik anda," tegas vokalis dan pemain saksofon band tersebut, yang memperkenalkan diri sebagai Chrispy. "Audiens tidak datang karena anda terkenal, mereka datang karena mereka suka musiknya. Dan menyenangkan bisa melakukan kontak secara langsung."

Rupert's Kitchen Orchestra terbentuk tahun 1995 dan telah bermain di Berlin sejak itu. Mulai dari Volkspark Friedrichshain hingga stasiun kereta bawah tanah di Karl-Marx-Straße. Meski kerap mendapat pesanan untuk bermain di lokasi-lokasi tradisional, Chrispy bilang tidak ada yang lebih nikmat daripada pertunjukan dadakan di ruang terbuka.

"Lebih mudah bagi kami," katanya. "Kami tidak perlu merencanakan untuk pergi ke suatu tempat, kami bisa melihat situasi. Kalau kami bermain di lokasi tradisional, kami harus melakukan cek suara dan sebagainya."

The Nobis datang sesekali ke Berlin untuk tampil
The Nobis datang sesekali ke Berlin untuk tampilFoto: DW/L.Osborne

Sekedar lewat saja

Meski Berlin menarik bagi banyak musisi sebagai tempat unjuk gigi dan hidup, banyak juga yang memilih tinggal hanya untuk beberapa minggu atau bulan dalam setahun. Otomatis membawa suara-suara baru ke ranah musik Berlin yang terus berubah.

"Kami baru saja menjual CD terbanyak sejak datang ke Berlin," tandas Emi Kashiwara, salah satu anggota duo asal Jepang yang dikenal dengan nama The Nobis. Emi berbagi cerita sesaat setelah membereskan sebuah set penyintesis di Mauerpark beberapa hari sebelum mereka kembali meninggalkan kota.

"Orang-orang di sini benar-benar senang mendengarkan," tambahnya.

Daya tarik Berlin banyak bertumpu pada atmosfer spontanitas dan kreativitas yang membuat siapapun dapat menguji ambisi artistik mereka.

Pengamen tidak hanya menyediakan soundtrack yang tak diragukan lagi bagi kota yang unik ini, tapi juga mengingatkan para pendatang mengapa mereka dulu memilih untuk pindah ke ibukota.