1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Skandal Dana Bantuan Bencana Kelaparan untuk Ethiopia

10 Maret 2010

Ketika Ethiopia dilanda bencana kelaparan dan mencari bantuan ke seluruh dunia, negara-negara dan organisasi bantuan di seluruh dunia berlomba-lomba memberikan bantuan. Bantuan ini disalahgunakan untuk membeli senjata.

https://p.dw.com/p/MP4S
Anak yang kekurangan gizi di Ethiopia.
Anak yang kekurangan gizi di Ethiopia.Foto: AP

Pada pertengahan dasawarsa 1980, dinas rahasia AS CIA melaporkan bahwa dana bantuan dari Negara barat bagi warga yang menderita kelaparan di Ethiopia utara, kemungkinan besar disalahgunakan oleh kelompok perlawanan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) untuk membeli senjata. Ketika Ethiopia dikuasai rezim militer Mangistu Haile Mariam, terdapat banyak kelompok perlawanan menentang pemerintahan, termasuk TPLF pimpinan Meles Zenawi, yang kini menjabat sebagai perdana menteri Ethiopia.

25 tahun kemudian, kabar tersebut dibenarkan dengan pengakuan salah seorang pemimpin TPLF, yang saat ini hidup di pengasingan di Belanda. Kepada Deutsche Welle, Dr. Aregawi Berhe menjelaskan mekanisme penipuan terhadap organisasi donor.

"Penyumbang mengalirkan uang dengan harapan, bantuan itu diterima oleh yang memerlukannya. TPFL menerima bantuan itu dengan berkedok Asosiasi Bantuan Tigray MARET, dan dikatakan membagikannya kepada warga. Namun MARET itu 100 persen di bawah partai. Setelah dana bantuan diterima dari penyumbang dan organisasi bantuan, dana itu dialirkan ke anggaran komite pusat partai dan akhirnya dibelanjakan untuk kepentingan logistik dan pembiayaan gerakan perlawanan," kata Aregawi.

TPLF yang terlibat dalam skandal dana bantuan itu merupakan bagian inti dari Fron Demokratis Rakyat Ethiopia (EPRDF) pimpinan Perdana Menteri Meles Zenawi. EPRDF adalah aliansi partai yang memerintah di Ethiopia sejak 1991. Juru bicara EPRDF Sekuture Getachev menyangkal tudingan itu.


"Kami tidak ingin lupa bahwa TPLF pernah meminta bantuan pada negara donor dan organisasi bantuan, dan dengan begitu ratusan ribu warga di wilayah Tigray terbebas dari bencana kelaparan. Partai yang memerintah EPRDF, yang juga TPLF di dalamnya, punya reputasi panjang dan diakui internasional dalam hal penanganan dana bantuan dan tindakan yang berhubungan dengannya. Semua orang sudah tahu itu. Pihak yang sekarang menuding kami adalah pihak yang dikeluarkan dari partai karena intrik tertutup," kata Sekuture.

Namun pernyataan mantan komandan TPLF Aregawi kini dikuatkan oleh salah seorang pendukungnya, Gebremedhin Araya. Kepada stasiun penyiaran Inggris BBC, Araya menggambarkan bagaimana anggota kelompok pemberontak menyamar sebagai warga atau sebagai pembeli palawija partai besar. Suatu drama dimainkan di depan para pemberi bantuan, demikian disebutkan Gebremedhin.

Saksi kunci dan penggugat, mantan komandan TPLF Aregawi dan Gebremedhin mengalami perpecahan dengan Meles Zenawi dan keduanya kini berada di pengasingan. Pernyataan mereka, apakah itu benar atau tidak, muncul tiga bulan sebelum pemilu di Ethiopia, karena itu sama saja seperti kampanye menentang partai yang memerintah.

Ludgar Schadomsky/Luky Setyarini

Editor: Hendra Pasuhuk