1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Juga Tuntut Jawaban Dari Facebook

22 Maret 2018

Menteri Kehakiman Jerman Katarina Barley mengatakan, skandal Cambridge Analytica membombardir pengguna dengan pidato kebencian. Dia mengundang Mark Zuckerberg untuk beri penjelasan.

https://p.dw.com/p/2ukyR
Großbritannien Sitz von Cambridge Analytica in London
Foto: Reuters/H. Nicholls

Menteri Kehakiman Jerman Katarina Barley mengundang Direktur Utama perusahaan Facebook, Mark Zuckerberg. ke kantornya untuk memberi penjelasan seputar pencurian dan penyalahgunaan data-data pribadi akun pengguna perusahaan media sosial terbesar dunia itu.

Katharina Barley mengatakan hari kamism(22/3), dia punya banyak pertanyaan untuk dijawab tentang bagaimana Cambridge Analytica bisa "memanen" data jutaan pengguna Facebook. Data-data ini kemudian dijual ke aktor-aktor politik yang berusaha mengeksploitasi kelemahan pengguna dengan iklan-iklan politik yang ditargetkan.

Dia menyebut skandal itu "ancaman terhadap demokrasi," dan menambahkan bahwa manajemen Eropa Facebook "berutang beberapa jawaban" kepada pemerintah Jerman.

Akhir pekan lalu, seorang pengungkap fakta (whistleblower) mengungkapkan bahwa perusahaan riset data yang berbasis di London, Cambridge Analytica, anak perusahaan dari kelompok SCL, telah menggunakan tes kepribadian yang dibentuk oleh seorang dosen psikologi untuk mengumpulkan data dari 270.000 pengguna. Mereka kemudian dapat mengumpulkan data dari teman-teman pengguna ini sehingga akhirnya mendapatkan informasi mengenai 50 juta orang.

Christopher Wylie - Cambridge Analytica Whistleblower
Christopher Wylie, bekas analis Cambridge Analytica yang kemudian mengungkap praktek pencurian dan penyalahgunaan data dari akun Facebook Foto: Reuters/H. Nicholls

"Mengeksploitasi setan batin"

Cambridge Analytical didirikan tahun 2013 oleh Robert Mercer dengan masukan dari Steve Bannon, yang kemudian menjadi penasihat Presiden AS Donald Trump. Perusahaan itu seolah-olah dibentuk untuk mendukung kampanye kubu konservatif - meskipun Gedung Putih membantah telah menggunakan data Cambridge Analytica untuk memenangkan Donald Trump dalam pemilihan presiden 2016.

Co-founder Christopher Wylie, yang meninggalkan perusahaan itu tahun 2014, mengatakan kepada surat kabar Observer dari Inggris: "Kami mengeksploitasi Facebook untuk memanen profil jutaan orang. Dan membangun model untuk mengeksploitasi apa yang kami ketahui tentang mereka dan menargetkan 'setan batin‘ mereka."

Skandal itu makin disorot ketika muncul cuplikan Direktur Utama Cambridge Analytica Alexander Nix yang menyiratkan kepada seorang wartawan yang menyamar sebagai politikus Sri Lanka, bahwa dia dapat menggunakan "suap dan pemerasan" untuk mempengaruhi hasil pemilu.

Cambridge Analytica in London
Kantor Cambridge Analytica di LondonFoto: picture-alliance/AP Photo/K. O´Connor

Merongrong demokrasi

Direktur Utama dan pendiri Facebook Mark Zuckerberg, setelah mendapat kecaman dan tekanan dari beberapa negara, akhirnya tampil dengan sebuah pernyataan. Sebelumnya, Komisi Informasi di parlemen Inggris telah meminta Zuckerberg datang untuk memberikan penjelasan secara langsung. Juga Komisaris Kehakiman Uni Eropa Vera Jourova mengeritik  pelanggaran keamanan data-data pribadi di Facebook yang disebutnya telah "merongrong demokrasi".

Setelah beberapa hari diam, Marc Zuckerberg hari Rabu (21/3) mengeluarkan pernyataan penyesalan dan mengatakan akan "meningkatkan langkah-langkah untuk melindungi data pengguna".

"Kabar baiknya adalah, bahwa kami telah mengambil tindakan untuk mencegah hal ini terjadi beberapa tahun yang lalu," kata Zuckerberg. "Tapi kami juga membuat kesalahan, masih ada lagi yang harus dilakukan, dan kami harus meningkatkan (perlindungan data) dan melaksanakannya."

hp/yf (dpa, afp)