1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sistem Peringatan Dini Tsunami Termodern

19 Desember 2018

Sistem peringatan dini Tsunami termodern dari ilmuwan Eropa, bisa bantu kurangi jumlah korban jiwa akibat terjangan gelombang dahsyat itu. Dengan rute evakuasi efektif warga punya cukup waktu untuk selamatkan diri.

https://p.dw.com/p/3AMUv
Japan Fukushima Tsunami trifft AKW Welle
Foto: AP

Sistem Peringatan Dini Tsunami Termodern Penyelamat Jiwa

Berlibur ke pantai bisa menyenangkan dan membuat relaks. Tapi selalu ada ancaman dari gelombang tsunami yang datang tanpa diduga. Kini para peneliti berusaha memprediksi lebih akurat terjangan gelombang maut itu.

Di pantai Setubal, Portugal, para ilmuwan dari sebuah proyek riset Eropa mengujicoba peralatan yang secara otomatis mendeteksi gelombang tinggi, dan memberi peringatan pada warga di pantai terdekat.

Alessandro Annunziato, kepala laboratorium manajemen krisis Eropa mengatakan: ""Kami ingin mengukur tinggi perrmukaan laut di berbagai lokasi, dan menganalisis datanya secara "real time". Itu memungkinkan memicu tanda bahaya pada poin yang samasekali berbeda.

Sonar aktif menggunakan gelombang akustik untuk mengukur sejauh apa permukaan laut. Jika air laut datang dengan cepat, itu berarti ada gelombang besar melintas di bawah perangkat.

Sementara Daniele A. Galliano peneliti krisis manajemen menerangkan: "Normalnya sonar dipasang pada basis statis. Tapi untuk eksperimen ini, sonar bisa naik turun untuk mensimulasi naik dan turunnya level air laut"

Sonar ikuti gerakan gelombang

Gerakan sonar meniru datangnya gelombang tsunami, yang khas untuk kawasan ini. Pada tahun 1755, kota Lissabon dihancurkan gelombang tsunami semacam itu.

"Kurva ini merepresentasikan gelombang tsunami, yang lewat di bawah sensor. Terukur ketinggian air naik dengan cepat”, ujar Alessandro Annunziato

Semua data bencana alam, yang berasal dari berbagai sumber, dimonitor di laboratorium manajemen krisis Eropa pada pusat riset bersama di Ispra Italia

Global Disaster Alert and Coordination System- GDACS, bekerja secara otomatis, menganalisis ancaman dan memberi tanda bahaya via email, pesan singkat atau kanal lainnya. Berlangganan grtais dan terbuka bagi siapa saja.

"Kami tidak hanya memonitor tsunami, tapi juga gempa bumi, banjir dan siklon tropis. Masing-masing diberi label warna, hijau, oranye atau merah, tergantung ancamannya pada populasi", tambah kepala laboratorium manajemen krisis Eropa itu.

Dari kantor pengendali di Setubal, hasil ujicoba dikirim ke panel digital di pantai dalam waktu 30 detik. Waktu ini diperlukan peralatan untuk mendeteksi dan mengkonfirmasi adanya tsunami serta kemungkinan alarm yang keliru. Dari jarak sejauh ini ke sonar, hanya ada waktu sekitar 3.5 menit untuk mengevakuasi warga, sebelum simulasi tsunami menghantam pantai.

 "Apa yang membuat solusi ini menarik, karena sistem menggabungkan sirene dengan informasi tertulis pada panel. Ini unik", kata peneliti seismologi Fernando Carrilho menjelaskan keunggulan tekniknya:

(DW Inovator)