1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Sinovac Tidak Picu Respons Antibodi terhadap Varian Brasil

5 Maret 2021

Sebuah penelitian laboratorium dengan sampel kecil menunjukkan bahwa vaksin Sinovac kemungkinan tidak memicu respons antibodi yang cukup terhadap varian baru yang diidentifikasi di Brasil.

https://p.dw.com/p/3qFUl
Penyuntikkan vaksin Sinovac
Dulcineia da Silva Lopes menerima suntikkan vaksin Sinovac di Rio de Janeiro, Brasil (18/01)Foto: Ricardo Moraes/REUTERS

Munculnya varian baru virus corona telah menimbulkan kekhawatiran bahwa vaksin dan perawatan yang dikembangkan berdasarkan jenis virus sebelumnya mungkin tidak dapat berfungsi dengan baik.

Sampel plasma yang diambil dari delapan orang yang telah disuntik dengan vaksin Sinovac, gagal menetralkan varian dari garis keturunan P.1 atau 20J / 501Y.V3 secara efisien, kata para peneliti dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada hari Senin (01/03).

"Hasil ini menunjukkan bahwa virus P.1 mungkin lolos dari antibodi penetral yang diinduksi oleh ... vaksin Sinovac,” kata para peneliti di Universitas São Paulo, Fakultas Kedokteran Universitas Washington, dan beberapa institusi lain.

Vaksin COVID-19 Sinovac digunakan dalam program vaksinasi massal di sejumlah negara, termasuk Cina, Brasil, Indonesia, dan Turki.

Sinovac bisa mengurangi keprahan penyakit

Meski hasil penelitian menunjukkan infeksi ulang dapat terjadi pada individu yang telah disuntik vaksin, perlindungan yang diberikan oleh Sinovac terhadap infeksi corona yang parah dapat menimbulkan mekanisme lain dalam sistem kekebalan tubuh.

Para peneliti menyebut selain antibodi, Sinovac juga dapat berkontribusi untuk mengurangi keparahan penyakit.

Juru bicara Sinovac tidak dapat dimintai komentar, namun Kepala Eksekutif Yin Weidong mengatakan dalam sebuah program yang disiarkan CGTN pada hari Kamis (04/03) bahwa perusahaan tersebut "sepenuhnya mampu" menggunakan kapasitas penelitian dan manufaktur untuk mengembangkan vaksin baru terhadap varian baru, jika diperlukan.

Weidong juga mengatakan proses pengembangan vaksin tidak akan memakan waktu lama.

ha/hp (Reuters)