1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Singapura Pulangkan Dua TKW Simpatisan ISIS

5 Juli 2017

Pemerintah Singapura mengusir dua tenaga kerja asal Indonesia lantaran bersimpati terhadap kelompok teror Islamic State. Keduanya dikabarkan mengalami radikalisasi melalui media sosial.

https://p.dw.com/p/2fwjC
Indonesien Arbeiter Vorbereitung für Saudi-Arabien
Calon tenaga kerja Indonesia Foto: picture-alliance/dpa/M. Irham

Pemerintah Singapura memulangkan dua tenaga kerja perempuan asal Indonesia setelah keduanya ketahuan mengalami radikalisasi di dunia maya. Salah satu TKW tersebut dikabarkan berniat pergi ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teror Islamic State.

Wakil Menteri Dalam Negeri Singapura Desmond Lee mengabarkan kepada parlemen, sejak 2015 pihaknya telah memulangkan sembilan tenaga kerja domestik berkewarganegaraan asing yang ketahuan berhubungan dengan kelompok teror, termasuk kedua TKW Indonesia tersebut. Singapura berulangkali diperingatkan mengenai ancaman serangan teror oleh jihadis asing.

Lee mengklaim kedua TKW Indonesia merupakan simpatisan ISIS dan mengalami "radikalisasi melalui media-media sosial." Meski kedua tersangka tidak merencanakan serangan teror, "kami tidak bisa mentolelir dukungan terhadap ideologi radikal, baik oleh penduduk lokal atau warga negara asing," imbuhnya.

Antara 2015 dan 2016 Singapura menangkap 40 tenaga kerja Bangladesh lantaran isu serupa. Mereka ditengarai menyiapkan serangan teror di kampung halamannya sendiri. Enam dari 40 tersangka saat ini masih menjalani masa tahanan di Singapura setelah terbukti terlibat dalam pendanaan terorisme. Sementara sisanya telah dipulangkan.

Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mewajibkan semua warga negara yang pulang dari Suriah untuk menjalani program deradikalisasi selama satu bulan di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Bambu Apus, Jakarta Timur. Kebanyakan WNI yang pulang dari Suriah saat ini adalah perempuan dan anak-anak.

"Siapa yang bisa menjamin mereka tidak radikal? Sebagai langkah preventif, kami memberikan mereka pencerahaan melalui program ini," kata Kepala BNPT Suhardi Alius. "Setelah menyelesaikan program, mereka bisa kembali ke rumah masing-masing, imbuhnya.

rzn/yf (AFP, Antara)