1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Simalakama Clinton dan Trump

7 November 2016

Jutaan penduduk Amerika Serikat masih belum menentukan kandidat yang akan dipilih. Uniknya kelompok terbesar yang masih bimbang adalah perempuan.

https://p.dw.com/p/2SHdb
USA - Wahlbox
Foto: Getty Images/AFP/S. Maturen

Dilema sedang menghinggapi sebagian penduduk Amerika Serikat. Buat pemilih mengambang seperti Lopez Rey, seorang pengacara Florida berlatarbelakang migran Kuba, pilihan antara Hillary Clinton dan Donald Trump seperti buah simalakama. Sebuah seleksi antara "kecerobahan dan pengalaman," atau "machoisme dan perubahan."

Hal serupa dialami Brooke Carpenter, seorang guru bahasa Inggris di Philadephia, sebuah kota di negara bagian Pennsylvania. Pada empat pemilihan silam ia selalu mencoblos kandidat Partai Republik. Layaknya kaum konservatif AS pada umumnya, perempuan beragama Kristen Protestan itu menentang aborsi, mendukung pengurangan pajak dan khawatir pemerintahan Demokrat bakal mengekang kebebasannya.

"Saya tidak bisa memilih Hillary Clinton atau Donald Trump. Tapi apakah apa saya berarti tidak memilih sama sekali? Saya tidak tahu," ujarnya.

Infografik Electoral College USA Wahl Englisch
Sistem pemilihan umum AS

Lopez Rey atau Brooke Carpenter mewakili pemilih mengambang di sejumlah negara bagian yang tidak mengekor partai tertentu. Dari sepuluh yang disebut 'Swing States', Flordia adalah yang terpenting lantaran memiliki 29 wakil. Di sinilah Clinton dan Trump menghabiskan dana kampanye terbesar untuk iklan televisi.

Saat ini Pennsylvania yang bakal mengirimkan 20 wakil pemilih cendrung mendukung Clinton. Perubahan tersebut muncul setelah Trump ketahuan pernah mengucapkan omongan vulgar terhadap perempuan. Meski sejak 30 tahun terakhir Pennsylvania selalu mendukung kandidat Demokrat, Trump tetap berupaya menjaring suara warga kulit putih di negara bagian tersebut.

Pemilih mengambang selalu ada, kata John Hudak dari Brookings Institute di Washington. "Saat ini sebagian dari mereka adalah pendukung Bernie Sanders yang tidak bersedia mencoblos kandidat lain."

"Sementara sebagian lain adalah kaum konservatif sosial yang tidak melihat Donald Trump sebagai kandidat Republik yang pantas," ujarnya.

Saat ini jumlah pemilih mengambang ditaksir mencapai tujuh persen dari total jumlah pemilih. Meski jumlahnya belakangan terus berkurang, Hudak menilai terlalu berisiko untuk setiap kandidat bertaruh pada mereka. "Karena Clinton dan Trump adalah dua kandidat yang sama sekali berbeda. Jadi akan ada pemilih yang baru akan memutuskan ketika sudah berada di bilik suara."

rzn/yf