1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Siaran "Die Sendung mit der Maus" Rayakan 40 tahun

10 Maret 2011

Lebih dari 1,6 juta orang dari berbagai negara lain pernah dan masih mengikuti siaran ini. Di Jerman siaran pendidikan anak-anak ini telah membuka pikirian satu generasi.

https://p.dw.com/p/10Wzf
Christoph Biemann (penulis/sutradara, kiri muka), Ralph Caspers (kanan) dan Armin Maiwald (penulis/sutradara)Foto: dapd

Seekor tikus berwarna oranye, gajah berwarna ungu dan bebek kuning yang keras kepala bermain di taman. Sebelumnya si tikus dengan sudah payah membangunkan kawan kecilnya, si gajah itu. Die Sendung mit der Maus atau Program dengan si Tikus sudah membuat jutaan anak-anak Jerman tertawa.

Percaya atau tidak, kebanyakan anak-anak itu sudah dewasa. Banyak yang kini berusia di atas 30 tahun: Kira-kira sama dengan program si tikus "Die Sendung Mit Der Maus" yang pada 7 Maret merayakan Ulang Tahunnya yang ke 40.

Sendung mit der Maus Fernsehen macht glücklich Ausstellung
"Apakah babi bisa berenang?"Foto: WDR/Schmitt-Menzel

Bagaimana garis-garis biru dan putih bisa silih berganti di dalam tube odol? Atau, bagaimana binatang bisa membantu menghasilkan listrik? Semua pertanyaan mengenai hal-hal yang kita lihat sehari-hari itu dijelaskan melalui seri kartun "Die Sendung mit der Maus".

Meski ditujukan untuk anak-anak yang berusia sekitar 4 – 8 tahun, Haryo Sedhono yang berusia di atas 30 tahun, sampai kini masih nge-fans sama "Die Sendung Mit der Maus". Ia bercerita, "Saya mulai nonton umur empat atau lima tahun pada tahu 79-80-an mulai menonton siaran itu. Kalau ngga salah itu setiap hari Minggu. Ada si tikus yang berdiri dan berjalan di atas dua kaki, dan gajah kecil yang berwarna ungu. Perannya terbalik, tikusnya besar, gajahnya kecil. Lalu ada bebek kecil lagi, tapi aku kurang ingat pada bebek itu"

Seri "Die Sendung mit der Maus", yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama "Mouse TV" mulai disiarkan 7 Maret 1971. Awalnya judul seri ini panjang, penonton terancam keseleo saat menyebutnya. Yakni, "erita-cerita televisi untuk belajar dan tertawa bersama”. Meski begitu, seri ini langsung menjadi buah bibir. Pasalnya di Jerman ketika itu, anak-anak di bawah 6 tahun tidak boleh nonton televisi.

Reaksipun berbagai macam. Banyak guru dan pendidik anak yang menilainya sebagai buruk untuk perkembangan anak-anak. Tapi stigma ini lambat laun menghilang dan diganti dengan rasa kagum, terutama karena banyaknya tema sehari-sehari yang ditampilkan. Kadang dengan lagu, kadang dengan film dokumenter kecil-kecil yang tak sampai 3 menit panjangnya, atau dengan klip lagu.

Salah satunya, tentang tim tukang sampah, yang sekali seminggu datang ke rumah-rumah penduduk di Jerman untuk mengambil sampah. Apa saja yang harus mereka lakukan, jam berapa mereka harus bangun untuk tiba di tempat kerja tepat waktu, sampah apa saja yang mereka angkut dan apa saja tugas mereka masing-masing.

Tak hanya lagu yang digunakan untuk mengenal sebuah tema, begitu diceritakan Haryo Sedhono, "banyak tema pengetahuan umum, jadi biasanya ada orang di pabrik yang dengan kata-kata gampang memberitahu bagaimana membuat kertas, gula dan roti di pabrik-pabrik. Biasanya yang menceritakan semua itu adalah Armin."

30 menit siaran kisah-kisah lucu tiga sekawan tikus, gajah dan bebek itu digemari banyak orang. Armin Maiwald dan Christoph Biemann, kedua sutradara yang menciptakan "Die Sendung mit der Maus" ini tampaknya berhasil memasukkan unsur-unsur pendidikan di antara hiburannya. 75 piagam telah diraih oleh seri kartun ini, dan di Jerman dihormati sebagai program pendidikan bangsa.

Di antara segmen-segmen informasi terdapat spot-spot kartun selama 30 detik yang digambar tangan. Kartun ini tidak menggunakan penjelasan dan suara yang terdengar hanya bunyi-bunyian yang biasa terdengar dari tikus, gajah dan bebek. Kadang diselipkan juga kartun lain, yang dengan simpel membahas pertanyaan, seperti kenapa kita ada di dunia.

Die Maus wird 40 Flash-Galerie
Tiga sekawan gajah, tikus dan bebek.Foto: WDR

Bukan hanya filsafat yang disoroti, tema yang diangkat bisa mencakup perang dunia dan tema serius lainnya. Misalnya unsur integrasi dan saling pengertian yang oleh para penciptanya dijadikan bagian dari struktur narasinya.

"Ada sesuatu yang khas pada Sendung mit der Maus, yaitu awalnya selalu diceritakan apa yang akan terjadi dalam program itu dengan menggunakan bahasa Jerman, kemudian dalam satu bahasa asing. Jadi setelah keterangan itu disampaikan dalam bahasa Jerman dan disusul dengan bahasa lain, moderatoornya lalu mengatakan bahwa keterangan susulan itu dalam bahasa Turki atau Portugis. Ini supaya sejak muda sudah terbiasa dengan bahasa asing. Dulu tahun 70-an di Jerman cuman ada sedikit orang Asia, biasanya orang yang asing berasal dari Turki, Italia, Portugal dan Spanyol, banyak pekerja migran dari Eropa Selatan... Jadi saya kira ini supaya anak-anak kecil bisa bermain dengan anak-anak orang asing."

Sebuah studi mengatakan bahwa meski ditujukan untuk anak-anak di bawah usia10 tahun, kebanyakan penonton seri itu berusia sekitar 39 tahun. Menurut Haryo Sedhono, ia bersama teman-temannya ketika SMA masih suka menonton seri itu. Nah, sampai kinipun "Die Sendung mit der Maus" ditayangkan setiap hari Minggu di televisi, dan Haryo Sedhono mengaku masih ingin menontonnya, andaikata ia memiliki televisi.

Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk