1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Olahraga

Ongkos Stadion Piala Dunia Membludak

28 Mei 2018

Kaliningrad telah meresmikan stadion sepak bola yang dibuat untuk Piala Dunia 2018. Stadion ini mungkin akan jadi simbol beban ekonomi Rusia, setelah turnamen usai.

https://p.dw.com/p/2yPbv
Russland Luzhniki-Stadion
Foto: picture-alliance/L. Perenyi

Stadion baru di Kaliningrad resmi dibuka Rabu lalu (23/05) dengan pertandingan antara klub sepak bola Baltika dan klub tamu Krylia Sovetov Samara. Tapi sebelum pertandingan dimulai, satu hal sudah jelas. Stadion itu bisa jadi jebakan ekonomi.

Kesadaran timbul sudah sejak sebelumnya. Ketika gubernur Kaliningrad, Anton Alikhanov, bertemu presiden Rusia, Vladimir Putin tahun lalu, ia sudah meminta bantuan finansial untuk membayar pembangunan stadion. Ketika itu ia menekankan, ongkosnya tidak bisa dipikul sendirian oleh pemerintah kawasan itu.

Beberapa pekan setelahnya, Putin memerintahkan badan berwenang untuk melihat apakah dana dari pemerintah federal bisa ditemukan untuk membantu menutupi ongkos pengoperasian tujuh dari 11 stadion yang didirikan untuk turnamen Piala Dunia 2018.

Hampir setengah bilyun Rubel

Rencana awalnya, tiap daerah akan membayarstadion mulai 2019. Menurut pemerintah lokal, stadion baru akan membebani anggaran regional sebesar 200 sampai 500 juta Ruble. Ini terlalu banyak bagi tujuh dari 11 lokasi, apalagi jika ditengok bahwa beberapa dari kawasan itu tidak punya klub sepak bola yang masuk liga teratas Rusia.

Volgograd, Kaliningrad, Nizhny Novgorod dan Samara hanya bermain di liga dua. Pertandingan musim ini biasanya hanya dihadiri 1.000 sampai 5.000 orang. Saransk bermain di liga tiga. Sochi bahkan tidak punya tim profesional. Di lain pihak, bahkan Yekaterinburg dan Rostov yang berada di liga teratas tidak bisa menarik begitu banyak penonton untuk menutupi ongkos pengoperasian stadion yang sangat besar.

Pemerintah regional ingin Moskow beri sokongan

Menurut studi perusahaan konsultasi AECOM, Piala Dunia bisa jadi masalah raksasa bagi kota-kota yang jadi lokasi permainan. Pemerintah lokal kini membunyikan alarm. Februari lalu, dalam pertemuan untuk persiapan Piala Dunia, mereka kembali meminta sokongan dari Moskow.

Para wakil dari Republic Mordovia mengusulkan pendirian asosiasi managermen nasional yang akan mengurus pengoperasian dari satu kantor. Sementara Nizhny Novgorod ingin perawatan stadionnya dibayar dari anggaran Rusia selama tiga tahun setelahPiala Dunia berakhir. Diperkirakan, ongkos pengoperasian semua stadion yang digunakan dalam Piala Dunia akan melewati jumlah dua bilyun Rubel per tahun.

Perencanaan terlambat?

Akhir tahun lalu, Presiden Putin memerintahkan revisi konsep yang berasal dari tahun 2015, tentang penggunaan stadion setelah Piala Dunia berakhir. Rencana revisi diserahkan bulan Mei. Para pakar dari perusahaan konsultasi PricewaterhouseCoopers mengungkap, ketika London jadi tuan rumah Olimpiade 2012, pemerintahnya sudah secara aktif mempertimbangkan masalah penggunaan stadion setelah Olimpiade berakhir, bahkan sebelum fasilitas itu mulai dibangun.

Negara tuan rumah Piala Dunia yang lalu juga mengalami masalah seperti yang dihadapi rusia. Afrika Selatan (2010) dan Brazil (2014) berhasil perangi masalah stadion yang terlalu besar dengan menempatkan bangunan sementara yang bisa dibongkar setelah turnamen berakhir. Langkah ini akan dicoba Yekaterinburg. Dari 35.000 kursi selama turnamen, 12.000 akan disingkirkan setelah Piala Dunia selesai.

Ini bisa emmbantu, tetapi Afrika Selatan dan Brazil sudah jadi contoh jelas, banyak stadion untuk Piala Dunia berukuran terlalu besar dan ongkosnya terlalu mahal untuk bisa ditutup keuntungan yang masuk.

Penulis: Ilya Koval (ml/vlz)