Setelah Houla Annan Kembali ke Suriah
28 Mei 2012Utusan khusus perdamaian PBB dan Liga Arab Kofi Annan tiba di Damaskus (28/05) untuk pembicaraan dengan Presiden Bashar al-Assad dan sejumlah pejabat Suriah lainnya. Annan mengharapkan langkah berani dari Assad. Kunjungan Annan yang dibayangi pembunuhan massal di Houla, ditujukan untuk menyelamatkan program perdamaian enam poin, yang diusulkan mantan sekjen PBB tersebut.
“Saya secara pribadi amat terkejut dan khawatir dalam insiden tragis yang terjadi di Houla dua hari lalu, yang menyebabkan begitu banyak korban tewas, anak-anak, perempuan dan pria”, demikian dikatakan Annan setelah tiba di ibukota Suriah, Damaskus.
Houla Membuat Keraguan Perdamaian di Suriah
Di kota di pusat Suriah itu menurut keterangan pengamat PBB, Jumat (25/05) sedikitnya 108 orang tewas dan 300 lainnya luka-luka. Menurut ketua misi pengamat PBB Robert Mood, di antara korban terdapat 49 anak-anak dan 7 perempuan. Kebanyakan korban tewas akibat terkena ledakan granat atau tembakan dari jarak dekat. Terdapat jejak panser dan tembakan mortir.
Kofi annan juga menggunakan pernyataannya kepada pers di Damaskus untuk mengulang kembali permintaannya kepada seluruh pihak berkonflik di Suriah untuk meletakkan senjata. “Pesan perdamaian ini tidak hanya bagi pemerintah tapi bagi siapa pun yang membawa senjata,” kata Annan. Pembunuhan massal Jumat (25/05) lalu merupakan salah satu insiden tunggal terburuk sejak pecahnya konflik di Suriah tahun lalu.
Selasa (29/05) Annan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Bashar al-Assad. Selain itu direncanakan juga pertemuan dengan wakil pihak oposisi dan Jenderal Mood. Kunjungan utusan khusus PBB dan Liga Arab Kofi Annan ke Damaskus adalah yang kedua kalinya sejak dimulainya misi mediasi Annan mengatasi konflik Suriah sekitar tiga bulan lalu.
Rusia Juga Salahkan Pihak Oposisi
Sementara itu Minggu (27/05) malam setelah awalnya ditentang Rusia, Dewan Keamanan PBB mengecam secara bulat aksi kekerasan di Houla. Negara-negara barat dan Arab menuduh Assad bertanggung jawab atas aksi kekerasan tersebut. Rusia sebaliknya memandang baik pemerintah Suriah maupun pihak oposisi yang bertanggung jawab. Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan dalam sebuah konferensi pers bersama Menlu Inggir William Hague di Moskow, kini yang penting adalah agar kekerasan berakhir. Warga Suriah sebaiknya menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan dari luar.
DK/afp/ap