1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Kesengsaraan di Suriah Bukan Statistik"

21 Januari 2016

Perang saudara di Suriah masuki tahun ke enam. Semua upaya penyelesaian sejauh ini gagal. Ini alasan tepat bagi organisasi kemanusiaan untuk memulai seruan perdamaian.

https://p.dw.com/p/1HhZX
Syrien Zerstörtes Krankenhaus in Aleppo
Sisa rumah sakit Al Kindi di AleppoFoto: picture-alliance/AA/S. Leila

"Atas nama kemanusiaan dan kebaikan bagi jutaan orang tak bersalah yang sudah menderita begitu lama, dan untuk jutaan lainnya, yang masa depannya terkatung-katung, kami menyerukan agar tindakan segera diambil. Demikian tercantum dalam seruan bersama yang diterbitkan di Jenewa. Termasuk sebagai penandatangan adalah hampir seratus organisasi dari seluruh dunia, di antaranya sejumlah besar organisasi yang tercakup dalam PBB, seperti Badan Urusan Pengungsi UNHCR, Palang Merah Internasional, Oxfam, Save the Children dan World Vision.

Organisasi kemanusiaan harus bisa memberi pertolongan kepada mereka yang membutuhkan di Suriah, tanpa halangan apapun dan dalam jangka panjang. Demikian dikemukakan organisasi-organisasi tersebut dalam seruan mereka. Selain itu, dituntut juga gencatan senjata agar mereka dapat melaksanakan pemberian bantuan dan kebutuhan hidup lain yang penting. Serangan terhadap infrastruktur swasta harus dihentikan. Sekolah, rumah sakit dan penyediaan air tidak boleh diserang. Warga sipil harus bisa bergerak leluasa. Semua partai yang terlibat konflik harus menghentikan pengepungan.

Semua orang diimbau angkat suara

Banyak organisasi bantuan memperingatkan, awal 2013 mereka sudah menyuarakan tuntutan agar kesengsaraan di Suriah yang dilanda perang saudara segera dihentikan. "Itu sudah tiga tahun lalu. Perang kini masuk tahun ke enam yang penuh kebrutalan", demikian kritik penandatangan seruan baru tersebut.

"Pertumpahan darah terus berlangsung. Dan penderitaan menajam." Organisasi kemanusiaan mengarahkan seruannya secara lantang tidak hanya kepada pemerintah, melainkan juga kepada masyarakat dunia. Mereka semua harus angkat suara dan mendesak penghentian pertumpahan darah.

Sejak awal konflik di Suriah, Maret 2011, lebih dari 260.000 orang tewas. 13,5 juta orang di negara itu sangat butuh bantuan kemanusiaan. Ditekankan pula, "Ini bukan sekedar statistik". Ini tentang jutaan manusia, yang hidup dan masa depannya jadi taruhan.

Konflik ini juga merugikan seluruh generasi anak-anak dan remaja. "Peluang mereka untuk mendapat pendidikan dirampas. Dan karena mereka menderita trauma akibat kengerian yang mereka alami, mereka melihat masa depan mereka hanya akan penuh kekerasan", demikian kritik organisasi. Di samping itu, konflik Suriah mendorong tambah runcingnya krisis pengungsi saat ini. Diperkirakan, 4,6 juta orang lari dari Suriah, dan jutaan lainnya mengungsi di tanah air sendiri.

Seruan bersama itu dipublikasikan hanya beberapa hari sebelum pembicaraan perdamaian Suriah dimulai di Jenewa. Tapi masih diperdebatkan, kelompok pemberontak mana yang boleh ikut pembicaraan. Rezim presiden Bashar al Assad hanya bersedia berunding dengan kelompok tertentu, dan itu didukung Moskow. Sedangkan Arab Saudi mendesak, agar sebanyak mungkin penentang rezim diikutsertakan.

ml/hp (afp, ap, dpa, twitter)