1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Terbaru di Afghanistan, Pasca Kunjungan Merkel

19 Desember 2010

Sehari setelah kunjungan Kanselir Jerman, Angela Merkel mengunjungi pasukannya di Afghanistan Utara, empat penyerang menyerbu kantor pengerahan tentara di Kundus.

https://p.dw.com/p/Qftu
Kanselir Jerman Angela Merkel diantara tentara

Menurut keterangan pejabat setempat, lima anggota pasukan keamanan tewas akibat serangan itu. Sementara di ibukota Afghanistan, Kabul, dua pelaku bom bunuh diri meledakan sebuah bus militer. Kementerian pertahanan Afghanistan memberitakan dalam serangan itu lima orang petugas tewas dan sembilan orang cidera.

Merkel Kunjungi Tentara Jerman

Sejatinya Angela Merkel berniat mengunjungi pasar natal di barak militer Jerman di Mazar-i Syarif sebelum bertolak ke tanah air. Namun rencananya itu batal dan sebaliknya memimpin upacara penghormatan terakhir terhadap seorang serdadu Bundeswehr. Tentara berusia 21 tahun tersebut tewas tertembak peluru nyasar. Di hadapan sekitar 800 Serdadu di Mazar-i Syarif, Merkel mengatakan: „Kematian ini membuat kita semakin memahami betapa besarnya pengabdian yang kalian lakukan terhadap sesama dan negara kita. Besar karena hal tersebut membawa bahaya dan risiko, dan karena risiko itu dalam skenario buruk bisa berujung pada kematian."

Serdadu berpangkat kopral itu merupakan tentara Bundeswehr kesembilan yang tewas tahun ini di Afghanistan. Merkel sebelumnya juga menyempatkan berkunjung ke barak militer di Kunduz, yang juga salah satu tempat penugasan paling berbahaya Bundeswehr di Afghanistan. Untuk pertamakalinya Merkel secara tegas dan jelas menyebut misi militer Jerman di Hindukush sebagai sebuah peperangan: „Hal semacam itu tidak kita kenal sejak Perang Dunia kedua. Selama ini kita hanya mendengar pengalaman itu dari orang tua atau kakek-nenek. Dan kini kita harus berupaya mendengarkan pengalaman serdadu-serdadu yang tangguh ini dan berusaha membayangkan mengalami hal yang sama. Dan sebab itu kita harus menyebutnya sebagai perang secara jelas."

Ungkapan tersebut menandai perubahan sikap pemerintah Jerman dalam memandang misi NATO di Afghanistan yang ingin dituntaskan pada tahun 2014. Selama ini Berlin bersikeras menyebut penugasan militer tersebut sebagai bagian dari program pembangunan kembali Afghanistan. Untuk waktu yang lama, perang di Afghanistan menjadi kata tabu di politik yang dinilai hanya akan meresahkan para pemilih. Namun kini angin bertiup ke arah yang berlawanan. Sebagian besar warga Jerman merasa dibohongi oleh pemerintah dan menuntut penarikan mundur pasukan secepat mungkin. Dan tuntutan tersebut semakin santer terdengar seiring bertambahnya jumlah serdadu yang tewas. Bundeswehr sebenarnya tahun lalu sudah dapat memulai penarikan mundur pasukan. Namun Merkel menolak untuk mengakhiri misi di Afghanistan tanpa hasil yang jelas: „Penarikan mundur pasukan hanya jika situasinya dapat dipertanggungjawabkan. Jika kita tidak menetapkan sasaran ambisius terkait pelatihan pasukan dan polisi Afghanistan, maka kita tidak akan mencapai sasaran yang diinginkan. Sebab itu saya kira misi militer ini sangat penting, namun harus selalu dikaji ulang."

Kritik Terhadap Jerman

Kendati demikian, banyak pula yang mengritik bahwa pemerintah Jerman tidak memiliki konsep yang lebih ampuh untuk mendamaikan Afghanistan. Bekas Uskup Gereja Protestan Jerman, Margot Käßmann misalnya menilai, bukan perang, melainkan pembangunan sipil yang dapat merintis perdamaian berkelanjutan di Hindukush: "Adalah sangat tragis bahwa hingga kini tidak ada satu pihakpun mengembangkan konsep perdamaian yang konkrit. Bundeswehr tentu bukan organisasi bantuan seperti yang selama ini ditampilkan pemerintah. Dan apakah para serdadu itu benar-benar bisa mengamankan jalannya proses pembangunan sipil, buat saya pertanyaan itu belum terjawab. Bahwa semakin banyak dana yang mengalir untuk militer dan semakin sedikit untuk kebijakan yang mendorong perdamaian, hal itu sangat menggangu saya."

Di Mazar-I Syarif, Merkel sempat berbicara langsung dengan Komandan ISAF Jendral David Petraeus dan Presiden Hamid Karzai. Merkel mengaku telah mengkonfrontasi Karzai seputar minimnya hasil dalam perang melawan perdagangan obat-obatan dan korupsi. Namun sang Kanselir harus pulang dengan tangan hampa. Pemerintah Afghanistan menolak untuk memberikan komitmen apapun terkait masalah-masalah tersebut.

Sabine Matthay/Rizki Nugraha

Editor: Luky Setyarini