1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Gas Beracun Bunuh 22 Anggota Sebuah Keluarga

6 April 2017

Abdel Alyousef menguburkan bayi kembarnya di pemakaman massal, sekaligus 20 anggota keluarganya yang lain, termasuk sang isteri. Tragedi keluarga Alyousef menjadi peringatan terakhir terhadap horor di Suriah

https://p.dw.com/p/2amRL
Syrien Giftgasanschlag in Idlib
Foto: picture-alliance/AA/A. Dagul

Ayah yang tengah berduka itu membuai bayi kembarnya yang berusia 9 bulan, Aya dan Ahmad. Ia membelai rambut keduanya, sembari menahan isak tangis, lalu bergumam "selamat tinggal, sayang, selamat tinggal," kepada dua jenazah mungil tersebut.

Abdel Hameed Alyousef lalu membawa Aya dan Ahmad ke pemakaman umum di tepi kota Khan Sheikhoun, Suriah, di mana 20 saudaranya dari klan Alyousef sedang diangkut ke pembaringan terakhir. Setiap keluarga meratapi kematian anggotanya. Mereka tewas dalam serangan gas Sarin yang diduga dilakukan oleh tentara pemerintah dengan dukungan Rusia.

Lebih dari 80 orang, termasuk sedikitnya 30 anak-anak dan 20 orang perempuan, meregang nyawa saat militer merangsek ke kota kecil di barat laut Suriah itu. Klan Alyousef adalah yang paling banyak mencatat korban jiwa.

Seorang anggota keluarga yang lain, Aya Fadl, berkisah bagaimana ia melarikan putranya yang berusia 20 bulan dari rumah sendiri. Ia berpikir bisa mencari selamat dari serbuan gas maut dengan pergi ke luar. Sebaliknya Aya malah menyaksikan horor yang tengah membalut seisi kota. Mobil-mobil dengan bak terbuka mengumpulkan jenazah dari berbagai sudut jalan, termasuk diantaranya adalah kemenakannya sendiri.

USA | Botschafterin der Vereinigten Staaten bei den Vereinten Nationen Nikki Haley mit Fotos syrischer Opfer
Dutabesar AS untuk PBB, Nikki Haley, memegang gambar bocah korban serangan gas beracun di Suriah.Foto: Reuters/S. Stapelton

"Ammar, Aya, Mohammed, Ahmad, aku mencintai kalian, burungku. Mereka betul-betul seperti burung. Tante Sana, paman Yasser, Abdul Karim, tolong dengarkan aku," ucapnya kepada wajah-wajah tak bernyawa itu.

"Saya melihat mereka. Mereka semua meninggal dunia. Semua sudah mati."

Bahkan dalam neraka Suriah yang menelan hampir setengah juta nyawa manusia, tragedi di Khan Sheikhoun tetap membuat dunia tercekat.

"Serangan terhadap anak-anak kemarin berdampak besar pada saya, dampak yang besar," kata Presiden AS Donald Trump. "Pandangan saya terhadap Suriah dan Assad sudah banyak berubah," imbuhnya. "Sekarang Suriah menjadi tanggungjawab saya."

Presiden Bashar Assad dan pemerintah Rusia dituding bertanggungjawab atas serangan gas beracun tersebut. Namun Moskow membantah dan menyebarkan versi lain, bahwa pasukan pemerintah tak sengaja membom gudang dan pabrik senjata kimia milik tentara pemberontak.

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengklaim gejala yang dimiliki korban di Khan Shkeikhoun merupakan dampak dari paparan gas saraf.

Alaa Alyousef mengatakan, keluarganya terbangun oleh suara ledakan empat roket pada pagi setelah Subuh. Yang pertama mereka lihat adalah gumpalan asap. Ayahnya bergegas keluar dan kembali ke rumah setelah melihat seorang perempuan terjatuh karena terpapar asap tersebut. Ia memerintahkan keluarganya untuk menutup jendela dan melindungi wajah dengan pakaian yang dibasahi air dan cuka.

Mereka beruntung karena angin menyapu ke arah yang berlawanan, kata Alaa.

rzn/yf (ap,afp)