1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Bom Bunuh Diri Guncang Pakistan

25 Desember 2010

Tindakan balas dendam kelompok militan Islam terhadap operasi militer Pakistan di wilayah perbatasan berubah menjadi banjir darah. Sebuah serangan bom bunuh diri menewaskan 40 korban jiwa dan melukai ratusan lainnya

https://p.dw.com/p/zpjS
Korban pemboman di sebuah rumah sakit di PeshawarFoto: AP

Taliban diduga kuat berada di belakang serangan berdarah di desa Khar yang terletak di wilayah Bajour, di Barat laut Pakistan dekat perbatasan Afghanistan. Dalam sebuah pernyataannya, Taliban menyebut kebanyakan korban berasal dari kelompok yang menjadi suku pertama yang mencabut dukungannya.

Sang pelaku sendiri dilaporkan mengenakan burka dan pada Sabtu pagi (25/12) menyeret puluhan nyawa ke liang kubur. Sebuah pos pemeriksaan yang terletak di dekat tempat pembagian bantuan pangan, sempat menghentikan pelaku.

Namun, menurut laporan saksi mata, ia dengan cekatan melemparkan granat kepada sekitar 300 orang yang sedang mengantri makanan dan kemudian meledakan dirinya. Pusat pembagian bahan pangan di Khar itu digunakan oleh berbagai organisasi internasional, terutama Program Bantuan Pangan PBB (WHO).

„Serangan itu sebenarnya tidak terjadi di pusat pembagian bahan pangan WHO, melainkan terpisah beberapa ratus meter, di sebuah pos pemeriksaan. Tapi di sana ratusan orang sudah mengantri untuk mendapatkan makananannya," kata Amjid Jamal, jurubicara WHO kepada stasiun BBC.

Pemerintah setempat segera memberlakukan larangan keluar rumah sesaat setelah serangan tersebut. Aparat keamanan dikerahkan untuk mencari tersangka, sementara para relawan seharian mencoba menolong para korban dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

Sebelumnya, pada Jumat (24/12), sekitar 150 anggota milisi pemberontak yang bersenjatakan lengkap menyerbu pos pemeriksaan di kawasan Mohmand di utara yang terletak di dekat perbatasan Afghanistan.

Dalam insiden tersebut lebih dari 20 penyerang dan sedikitnya tiga orang serdadu Pakistan dinyatakan tewas. Keesokan harinya sekitar 40 orang pemberontak tewas setelah menyerang pos-pos yang dijaga pasukan pemerintah.

Sejak bertahun-tahun lalu, wilayah barat laut Pakistan menjadi medan perang antara pasukan pemerintah dengan kelompok ekstrem Taliban. Terakhir Islamabad berulangkali menyatakan, militer telah berhasil menghalau kelompok ekstremis selamanya dari wilayah Bajour.

Namun serangan terbaru menunjukkan, bahwa wilayah tersebut masih belum stabil. Celakanya di wilayah tersebut terdapat banyak pengungsi yang bergantung pada bantuan bahan pangan PBB. Pascainsiden hari Sabtu (25/12), Program Pangan PBB (WHO) untuk sementara menghentikan penyaluran bantuan. Namun bantuan pangan akan disalurkan kembali sesegera mungkin.

„Di tempat kejadian saat ini kami tidak lagi membagikan bahan pangan. Kami memiliki empat stasiun penyaluran di wilyah ini. Kami menunggu izin dari pemerintah setempat setelah situasinya kembali kondusif, sehingga kami bisa kembali bekerja," tutur Amjid Jamal.

Tekanan terhadap militer Pakistan untuk menguasai situasi keamanan di wilayah perbatasan dan memotong gerak kelompok teroris, semakin besar. Hal tersebut terus menerus dituntut oleh sekutu utama Pakistan, Amerika Serikat. Pasalnya wilayah perbatasan Pakistan sering dijadikan sebagai tempat persembunyian oleh kelompok Taliban atau Al-Qaida.

Namun segera setelah militer Pakistan menyudahi operasi militer, kelompok ekstremis kembali mengumpulkan kekuatan di wilayah lain, untuk lalu kembali dan melancarkan serangan.

Tuduhan bahwa Pakistan berbuat terlalu sedikit dalam memerangi teror di negeri sendiri selalu ditepis oleh pemerintah di Islamabad. Dalam satu dasawarsa terakhir sudah lebih dari 2400 serdadu Pakistan yang meregang nyawa dalam perang melawan teror.

Uwe Lueb/Nugraha

Editor: Setyarini, Luky