1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanEropa

Separuh Eropa Telah Divaksin COVID-19, Tetap Waspadai Delta

23 Juli 2021

Separuh warga dewasa Eropa telah menerima dosis lengkap vaksinasi COVID-19, tapi angka infeksi harian kembali naik. Bank Sentral Eropa peringatkan potensi ketidakpastian ekonomi akibat varian Delta.

https://p.dw.com/p/3xu9w
Kerumunan di Inggris setelah dicabutnya pembatasan COVID-19
Inggris baru saja mencabut sejumlah aturan pembatasan COVID-19, walaupun angka infeksi kembali naikFoto: Joel Goodman/ZUMAPRESS/picture alliance

Lebih dari setengah orang dewasa Eropa saat ini telah menerima dosis penuh vaksinasi COVID-19, demikian menurut Uni Eropa pada Kamis (22/07). Saat ini negara-negara di seluruh Eropa dan Asia tengah memerangi wabah baru akibat varian Delta yang menyebar cepat.

Bank Sentral Eropa mengatakan ketidakpastian tentang perkembangan infeksi berarti otoritas harus menjaga agar kas tetap terbuka untuk memastikan agar pemulihan ekonomi yang baru saja terjadi tidak langsung padam kembali.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kasus di negaranya meningkat "secara eksponensial" walaupun masih pada tingkat rendah, sementara di Jepang Olimpiade  resmi dibuka tanpa penonton dan dengan aturan protokol COVID-19 yang ketat.

Sementara itu, dunia kembali menyoroti kemungkinan asal-usul virus SARS-CoV-2 setelah WHO menyerukan audit terhadap sebuah laboratorium di Cina yang menjadi jantung spekulasi tentang di mana pertama kali virus ini muncul. Sorotan ini pun telah memicu tanggapan yang berapi-api dari Beijing.

Lebih dari empat juta orang telah meninggal karena virus ini sejak Desember 2019. Meskipun tingkat vaksinasi meningkat secara global, varian Delta telah memicu peningkatan infeksi dan mendorong pemerintah untuk menerapkan kembali langkah-langkah untuk menekang sebaran virus.

Uni Eropa mengatakan pada hari Kamis bahwa 200 juta orang Eropa telah sepenuhnya divaksinasi, ini setara dengan lebih dari setengah dari populasi orang dewasa. Namun jumlah ini masih kurang dari target 70% vaksinasi pada musim panas.

Data baru ini dirilis ketika Merkel mendesak lebih banyak orang Jerman untuk segera mengambil dosis vaksin mereka seiring dengan kembali meningkatnya kasus infeksi di Jerman.

"Kita melihat (adanya) pertumbuhan eksponensial," ujar Merkel dalam konferensi pers di Berlin, ia menambahkan bahwa "setiap vaksinasi ... adalah langkah kecil untuk menuju normal kembali."

Kasus inveksi COVID-19 di Jerman meningkat ke 12,2 kasus baru per 100.000 orang selama tujuh hari terakhir, atau lebih dari dua kali lipat dibanding pada awal Juli. "Dengan tingkat insidensi yang meningkat, bisa jadi kita perlu memperkenalkan langkah-langkah tambahan," katanya.

Peringatan ketidakpastian ekonomi akibat varian Delta

Jerman dan sejumlah negara Eropa telah mengalami peningkatan kasus dalam beberapa pekan terakhir yang dipicu oleh varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India. Kepala Bank Sentral Eropa Christine Lagarde memperingatkan meningkatnya ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh varian Delta. Bank-bank di wilayah ini pun mempertahankan stimulus besar-besaran untuk zona euro setelah pertemuan dewan pemerintahan yang beranggotakan 25 orang.

"Ekonomi kawasan euro tengah rebound dengan kuat," kata Lagarde, tetapi varian Delta dapat meredam pemulihan setelah lockdown utamanya di bidang industri seperti pariwisata dan perhotelan, ujar Lagarde. 

Prancis minggu ini meluncurkan aturan baru yang mengharuskan orang-orang menunjukkan bukti vaksinasi atau tes negatif untuk mendapatkan akses ke berbagai acara atau tempat dengan lebih dari 50 orang. Aturan ini pada bulan Agustus akan diperluas dengan meliputi restoran, kafe, dan pusat perbelanjaan.

Baru-baru ini Prancis melaporkan adanya lonjakan infeksi baru yang mencapai lebih 21.000 kasus baru pada hari Rabu (21/07), level tertinggi sejak awal Mei. Pada hari Kamis, Italia juga mengatakan orang yang ingin ke bar, restoran, kolam renang, fasilitas olahraga, museum dan teater harus menunjukkan kartu kesehatan mulai 6 Agustus. Aturan ini juga akan berlaku bagi mereka yang ingin menghadiri acara olahraga, konser, dan seminar.

Kasus juga melonjak di Inggris saat sebagian besar pembatasan dicabut pada minggu ini, dan pada hari Kamis supermarket Inggris memperingatkan kemungkinan kekurangan makanan karena sebagian besar staf harus menjalani isolasi mandiri. Sejumlah SPBU juga terpaksa ditutup karena aplikasi kesehatan resmi Inggris memberi tahu ratusan ribu pekerja untuk mengisolasi setelah kontak dengan seseorang dengan COVID-19. 

Konsumen di London memandangi kosongnya rak-rak di supermarket
Rak-rak yang biasanya berisi produk daging di sebuah supermarket di London kini kosong akibat para staf harus mengisolasi diri.Foto: Henry Nicholls/REUTERS

Pada hari Kamis, pertandingan kriket internasional di Kensington Oval di London terpaksa dibatalkan pada menit-menit terakhir setelah adanya tes positif COVID-19 dari anggota tim yang bahkan tidak akan ikut bermain dalam pertandingan.

"Skandal”

Sementara itu, Perdana Menteri Cheska Andrej Babis geram dan mengecam tim Olimpiade negaranya ketika enam atlet dan ofisial dinyatakan positif mengidap virus corona di perkampungan atlet Olimpiade di Tokyo. Dia menyebut insiden itu sebagai "skandal".

Varian Delta juga telah merajalela di negara-negara di Asia, dengan Indonesia menjadi hotspot global baru sementara Vietnam dan Thailand kembali menerapkan aturan untuk mengekang sebaran virus.

Di Tokyo, Olimpiade akan dibuka pada hari Jumat setelah penundaan pandemi selama setahun. Pesta olahraga itu tidak akan membuka pintu pertandingan mereka bagi sebagian besar penonton. Sementara atlet, jurnalis, dan penyelenggara Olimpiade harus tunduk pada tindakan virus yang ketat.

"Ini benar-benar berbeda dari Olimpiade terakhir (tahun 1964) ketika seluruh kota dipenuhi dengan suasana pesta," kata warga Tokyo berusia 80 tahun, Michiko Fukui.

Dengan tidak adanya akhir yang jelas dari pandemi ini, perhatian beralih sekali lagi ke penyelidikan internasional tentang asal-usul virus tersebut. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pekan lalu bahwa penyelidikan harus mencakup audit laboratorium Cina, tetapi Wakil Menteri Kesehatan Tiongkok Zeng Yixin mengatakan bahwa ia "sangat terkejut" atas rencana WHO yang menurutnya telah menunjukkan "tidak menghormati akal sehat dan arogansi terhadap sains" ini.

ae/hp (AFP, reuters)