1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sengketa Kamboja dan Thailand Tak Kunjung Mereda

15 Februari 2011

Meski sudah ada seruan dari Perserikatan Bangsa-bangsa untuk melakukan gencatan senjata, belum ada tanda-tanda bahwa Thailand dan Kamboja mengatasi jurang perbedaan antara kedua negara, untuk menghentikan sengketa.

https://p.dw.com/p/10HNw
Candi Preah VihearFoto: picture alliance/dpa

Thailand menyebutkan seorang tentaranya terluka akibat pertikaian yang terjadi Selasa (15/02) pagi. Kedua pihak saling tuduh atas pemakaian granat dalam insiden itu. Thailand tak mau ada campur tangan pihak ketiga dalam menyelesaikan pertikaian, namun Kamboja berpandangan sebaliknya.

Konflikt zwischen Kambodscha und Thailand
Konflik bersenjata awal Februari laluFoto: dapd

Thailand Inginkan Negsosiasi Bilateral, Kamboja Sebaliknya

Pemerintah Thailand menyerukan negara tetangganya, Kamboja untuk melakukan negosiasi bilateral dalam menyelesaikan masalah perebutan candi berusia 900 tahun di perbatasan. Sedikitnya sudah 10 orang tewas dalam konflik bersenjata selama empat hari awal bulan ini akibat sengketa tersebut. Namun di lain pihak, pemerintahan di Phnom Penh menolak seruan Thailand dan mendesak perlunya pihak ketiga sebagai mediator perundingan. Juru bicara kementerian luar negeri Kamboja, Koy Kuong mengatakan bila negosiasi hanya dilakukan secara bilateral, maka hal itu tak akan berjalan.

Upaya Mediasi

Perserikatan Bangsa Bangsa telah mengundang Thailand dan Kamboja untuk melakukan perundingan damai di New York. Duta Besar Jerman untuk PBB Peter Wittig mengemukakan situasinya serius, maka kedua pihak harus kembali ke meja perundingan untuk menghindari eskalasi ketegangan lebih lanjut.

Usai pertemuan tertutup yang dihadiri menteri luar negeri kedua negara dan Menlu Indonesia Marti Natalegawa yang bertindak sebagai mediator di tengah sengketa ini, Ketua Dewan Keamanaan Maria Luiza Ribeiro Viotti mengatakan PBB meminta agar kedua negara yang berseteru ini melakukan pengendalian maksimum. Sementara anggota Dewan Keamanan PBB mendesak Kamboja dan Thailand untuk melakukan gencatan senjata permanen dan melaksanakan hal itu sepenuhnya. Akan tetapi baru beberapa jam setelah seruan itu, tentara kedua negara tersebut kembali saling tuding atas insiden terakhir yang terjadi.

Schießereien zwischen Thailand und Kambodscha Tempel Preah Vihear
Wilayah Preah VihearFoto: dapd

Menlu Kamboja Hor Namhong menuding Thailand menggunakan bom dan amunisi terlarang dalam konflik tersebut. "Saya menyampaikan pandangan Kamboja kepada DK PBB tentang apa yang terjadi. Thailand menyerang dengan menggunakan bom curah, yang dilarang penggunaannya oleh aturan internasional.“

Thailand Tolak Campur Tangan PBB

Di lain pihak, Menlu Thailand Kasit Piromya menolak semua tuduhan itu dan menyatakan bahwa pihaknya bukanlah yang lebih dulu membuka baku tembak. Thailand pun menolak penempatan pasukan perdamaian PBB di lokasi konflik. "Kami, Kamboja dan Thailand, sudah duduk bersama, membuat kemajuan bersama. Tak ada alasan untuk melanjutkan konflik," demikian dikatakan Kasit.

Kasit menambahkan, ia tidak mengadakan pembicaraan bilateral dengan menlu Kamboja dalam pertemuan DK PBB di New York. Namun kesempatan itu masih terbuka dalam pertemuan ASEAN yang akan berlangsung di Jakarta pada tanggal 22 Februari mendatang.

Schießereien zwischen Thailand und Kambodscha Tempel Preah Vihear
Preah VihearFoto: AP

Thailand menyalahkan keputusan UNESCO yang mendeklarasikan reruntuhan Candi Preah Vihear sebagai warisan budaya dunia milik Kamboja, meski wilayah itu masih dipersengketakan. Pada tahun 1962, UNESCO menegaskan bahwa candi itu diakui milik Kamboja, namun baik Kamboja maupun Thailand mengklaim kepemilikan atas wilayah seluas 4,6 km2 yang mengelilingi candi tersebut.

Ayu Purwaningsih/afp/cna

Editor : Agus Setiawan