Sendratari Candrakirana, Pementasan Terbesar Masyarakat Indonesia di Jerman
Kisah percintaan klasik di tanah Jawa antara Candrakirana dan Inu Kertapati sampai juga ke Jerman. Dengan improvisasi mengedepankan budaya nusantara, Sendratari Candrakirana tampil memukau penonton di kota Frankfurt.
Pementasan terbesar
Sendratari Candrakirana merupakan pementasan terbesar kelompok tari Pesona Indonesia di Frankfurt am Main dan sekitarnya. Kisah yang dimainkan berawal dari terusirnya Candrakirana dari Kerajaan Dhaha, petualangan keliling Indonesia dari pasangan Candrakirana dan Inu Kertapati dimulai. Pentas seni ditampilkan dua kali pada hari Minggu (28/4).
Tiket terjual habis
Antusias penonton menyaksikan Sendratari Candrakirana tak hanya datang dari masyarakat Indonesia, banyak warga negara Jerman juga ingin menyaksikan pementasan akbar ini. Lebih 400 tiket yang disediakan penyelenggara semuanya habis terjual. Tiket dijual mulai dari harga 11,80 Euro atau sekitar Rp180 ribu Rupiah.
Puluhan penari
Para penari berasal tak hanya dari kelompok tari Pesona Indonesia, melainkan individu lain yang lolos audisi. Pencarian pemeran tokoh dan para penari telah dilakukan pada November 2018 lalu. Ada sekitar 40 penari yang terlibat di sini, yang paling muda diwakili penari cilik berusia 7 tahun. Mereka membawakan delapan buah tarian klasik Indonesia dan beberapa tarian modifikasi.
Antusias dari jauh
Setiap minggunya, para penari bisa datang tiga kali untuk berlatih mempersiapkan pementasan ini. Ratu Dety Aulia tak hiraukan lelahnya perjalanan, meski jarak yang ditempuh bisa makan waktu hingga dua jam. "Suka sekali menari dari dulu. Apalagi di Jerman, mereka 'kan belum tahu semua budaya Indonesia, ya. Ingin 'banget' menunjukkan kultur Indonesia, banyak sekali dari Sabang sampai Merauke."
Belanja fesyen
Sambil menunggu pertunjukan dimulai atau saat rehat, pengunjung juga bisa berbelanja gaun, luaran pakaian atau rok bercorak aneka batik untuk menambah koleksi busana musim semi dan musim panas kali ini. Desain busana dan corak batik yang sederhana menjadi favorit orang Jerman, kata Ester Bolten, pemilik butik yang berpartisipasi.
Bazaar makanan
Kehadiran aneka makanan dan jajanan khas nusantara cukup mengobati rasa rindu pada kuliner tanah air. Kehadirannya juga tentunya diburu orang Jerman yang penasaran. Selain mie ayam, ada juga nasi uduk, nasi campur, siomay, rempeyek, martabak telor, kue dadar gulung dan masih banyak lagi.
Gamelan Jawa
Sambil asyik bersantap, iringan musik dari gamelan Jawa setia menemani pengunjung. Ada sekitar lima buah lagu yang dibawakan oleh Kelompok Gemelan Wacana Budaya, antara lain Gebo Giro, Mangarsewu dan Subakastowo.
Pameran foto
Pengunjung juga bisa menelusuri pameran fotografi dari BUGI, sebuah organisasi masyarakat internasional yang bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan untuk Indonesia. Foto milik Nugroho Dwiadhiseno di atas adalah salah satu dari 25 koleksi foto yang dipamerkan untuk proyek sanitasi di Desa Tambak Lorok, Semarang.
Penonton belajar banyak
"Pementasannya sangat indah. Tariannya sangat bagus, juga kostum dan aksesorisnya. Ceritanya juga sangat bagus. Saya belajar banyak tentang Indonesia dari pementasan tadi," kata Levin, salah seorang pengunjung. Di pintu masuk teater, penyelenggara menyiapkan booklet berisikan sinopsis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jerman untuk setiap pengunjung. (Teks: Geofani Anggasta/hp)