1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Selamatkan Hutan Lewat Daur Ulang Sampah

16 Maret 2011

Tingkat konsumsi kertas di dunia meledak. Sejak tahun 1950 jumlahnya meningkat tujuh kali lipat. Setiap tahunnya, luas hutan global berkurang 160 ribu km persegi, demikian kritik organisasi lingkungan hidup WWF

https://p.dw.com/p/10aWt
Kertas KoranFoto: AP

Tak urung, jumlah perkebunan bahan dasar bubur kertas pun terus ditingkatkan untuk memenuhi permintaan kertas yang besar. Solusi masalah tersebut, ada alternatifnya: Yakni dengan proses mendaur ulang limbah kertas yang lebih ramah lingkungan daripada produksi kertas dari kayu.

Terlalu Mengandalkan Kertas

Pada tahun 1980-an orang-orang masih mendambakan mengerjakan urusan kantor yang tidak menggunakan kertas. Pada saat itu, banyak ahli percaya bahwa dengan pengenalan media elektronik seperti internet dan e-mail maka tidak akan ada lagi penggunaan kertas yang lebih banyak di kantor-kantor. Tapi kenyataannya kini, sangatlah jauh dari itu, demikianlah dikeluhkan oleh Almut Reichert dari Badan Federal untuk Lingkungan Hidup Jerman: "Di satu sisi, kami semakin banyak menggunakan kertas di kantor karena proses pencetakan dokumen atau print out yang bertambah cepat. Dengan beberapa klik saja, Anda dapat memroses pencetakan beberapa ratus halaman. Hal ini sangat berbeda sekali dengan sebelumnya. Dulu orang hanya punya satu dokumen yang asli yang selanjutnya diteruskan dari tangan satu ke tangan lainnya."

Papier aus Altpapier
Kertas dari kertas bekasFoto: VDP

Pada Kertas Kami Percaya

Dengan penggunaan media elektronik seperti sekarang ini, pencetakan dokumen bukannya lebih sedikit tetapi justru lebih banyak. Hal ini juga diperkuat oleh sebuah studi di Eropa yang berjudul “In paper we trust” , yang artinya pada kertas kami percaya. Banyak dari para konsumen berpendapat bahwa mereka mencetak dokumen untuk alasan keamaanan karena tidak ingin hanya mengandalkan penyimpanan data secara elektronik.

Tak urung, alih-alih ingin beranjak dari pemakaian kertas sebagai sarana kantor, kebutuhan kertas terus meningkat, walaupun negara-negara konsumen sedang melewati masa krisis ekonomi. Tercatat, empat negara , yaitu Amerika Serikat, Cina, Jepang dan Jerman mengkonsumsi kertas dengan jumlah terbesar di dunia. Menurut statistik per kapita, setiap warga Jerman menggunakan 230 kg kertas per tahunnya, itu artinya empat kali lipat dari jumlah rata-rata dunia. Jumlah itu terlalu banyak, demikian menurut Almut Reichert: "Konsumsi perorangan di negara-negara kami melebihi jumlah gabungan konsumsi Asia dan Afrika! Jadi jika Anda membayangkan bagaimana perkembangan penduduk dan jika konsumsi kertas terus meningkat, maka tidak akan mungkin lagi menemukan serat-serat pohon yang segar. Jadi itulah sebabnya kami juga tergantung pada kertas bekas!"

Selain serat pohon, kertas bekas juga penting artinya sebagai bahan baku untuk produksi kertas – setidaknya jika bukan digunakan secara langsung untuk bahan kemasan makanan.

Keuntungan Besar dari Kertas Bekas

Dari sudut pandang ekologi, banyak ahli mendukung untuk meningkatkan penggunaan kertas bekas yang digunakan dalam produksi, ujar Jupp Trauth dari Forum Ekologi dan Kertas: "Ini adalah keuntungan besar dari kertas bekas: Serat dalam bentuk yang sangat sederhana sudah tersedia, saya hanya tinggal mengeluarkan saja. Sementara jika menggunakan serat dari kayu saya harus terlebih dulu memasaknya sampai mendidih dengan kandungan bahan kimia yang tinggi. Dan itu membutuhkan energi dan juga konsumsi air yang banyak untuk kemudian bisa membersihkannya lagi. Dengan demikian saya membuat polusi air yang tinggi, yang tidak akan saya lakukan lagi jika saya memproduksi kertas daur ulang."

Produksi kertas dari serat primer – maksudnya serat segar dari kayu - mengkonsumsi tiga sampai empat kali lebih banyak energi dan lima kali lebih banyak air dibandingkan produksi kertas daur ulang. Bahkan dalam hal pencemaran air, kertas daur ulang masih lebih baik: jumlahnya yakni sekitar seperempatnya. Selain itu, produksi kertas dari serat pohon memakan kayu dalam jumlah yang besar. FAO, Organisasi PBB untuk Pangan dan Pertanian memperingatkan sebuah aspek penting dampaknya pada kerusakan hutan primer : Aktivis lingkungan Jerman, Jupp Trauth mengatakan: "Dengan setiap helai kertas yang terbuat dari serat primer, otomatis kami turut campur tangan dalam pasar kayu. Hal ini berarti kita memproduksi atas permintaan atas kayu. Dan ini sebenarnya merupakan argumen yang lebih valid dari sebelumnya: bahwa kita tidak dapat lagi meningkatkan bahaya punahnya hutan. Jadi hal itu sama berbahayanya, jika kami di masa yang akan datang mendapatkan kertas dari daerah-daerah, di mana terdapat hutan monokultur seperti ini, yang tidak lagi diinginkan oleh orang-orang di sini."

Zeitungpäärchen im Bett
Kertas-kertasFoto: fotolia/detailblick

Gara-gara Kertas, Hutan Pun Tergerus

Kerakusan akan kertas di dunia menyebabkan semakin banyak investasi ditanamkan untuk industri dan pabrik bubur kertas - terutama di Amerika Selatan dan negara-negara di timur atau tenggara Asia. Oleh karena itu tidak jarang bahwa hutan alam di sana pun menghilang , ujar Mark Radday dari organisasi pemerhati lingkungan World Wide Fund for Nature, WWF: "Di Sumatera, dilakukannya budidaya tanaman seperti pohon kayu putih dan akasia untuk produksi kertas adalah penyebab terbesar musnahnya hutan basah – jika kita melihat jumlah lahan yang terpakai."

Beberapa waktu lalu, organisasi lingkungan hidup Robin Wood melalui analisa kimia menunjukkan bahwa sejumlah buku yang beredar di pasar Jerman mengandung serat kertas yang berasal dari hutan basah tropis.

Dan itu tidak pun cukup, perusahaan-perusahaan sekarang ini mengembangkan rekayasa genetika pohon, yang memiliki kandungan lignin rendah daripada pohon normal. Lignin adalah bagian alami dari kayu yang memberikan kekuatan. Bagaimanapun, keberadaan lignin di kertas koran tidak diinginkan karena dapat mempercepat proses penguningan lembaran kertas. Oleh karena itu, pabrik kertas memasaknya secara kimia, dengan biaya tinggi. Jika hendak mengikuti kehendak perusahaan seperti ArborGen di AS, maka perusahaan-perusahaan tadi harus mengakhiri cara-cara tersebut. Perusahaan tersebut mengembangbiakkan pohon genetik dengan lignin yang lebih sedikit. Seperti yang mereka katakan di sebuah iklan televisi: "Dunia tidak membutuhkan lebih banyak pohon, tapi pohon-pohon yang punya lebih banyak manfaat. "

Banyak kelompok lingkungan seperti Robin Wood dan Save the Rainforest memperingatkan efek dari "Pohon Frankenstein" sebagaimana yang mereka sebut tadi sebagai pohon perubahan genetik. Masalah terbesar adalah bahwa pohon seperti itu berbahaya bagi lingkungan. Karena jika sekali organisme hasil rekayasa genetika tersebut diterapkan di lapangan, penyebaran pohon-pohon itu dengan berbagai jenisnya di alam tidak akan bisa dikontrol lagi. Terutama pada organisme yang berumur panjang seperti pohon-pohon, yang menyebarkan serbuk sari mereka sampai ratusan bahkan kadang ribuan mil, hal itu bisa memiliki konsekuensi yang menghancurkan, demikian ditakutkan oleh para ahli lingkungan.

Sebuah modifikasi pohon genetik tidak dapat menjadi solusi berkelanjutan untuk mengatasi kebutuhan tinggi akan kertas, demikian ditekankan para ahli lingkungann, yang menuntut dilaksanakannya alternatif pendaurulangan dan penghematan kertas.

Sekarang sekitar 50 organisasi lingkungan hidup dan organisasi hak asasi manusia di Eropa membuat “Jaringan Kertas Eropa”. Mereka menuntut untuk mengurangi separuh jumlah konsumsi kertas di negara-negara industri.

Anne Florenske / Veve Hitipeuw

Editor : Ayu Purwaningsih